Akankah Penggalan Kalimat Bung Karno Kini Akan Berubah ?

Foto DR Gamawan Fauzi
×

Akankah Penggalan Kalimat Bung Karno Kini Akan Berubah ?

Bagikan opini
Ilustrasi Akankah Penggalan Kalimat Bung Karno Kini Akan Berubah ?

Rilis BPS tahun 2024 tentang suku bangsa yang berpendidikan sarjana satu akhirnya mendapat tanggapan luas. DR. Hotman Paris Hutapea, pengacara terkenal itu pernah menceritakan betapa perjuangan ibunya menyekolahkan anaknya dengan tiap hari memberikan menu ikan mujair satu ember agar anaknya cerdas. Profesor DR. Reinal Kasali yang mengamini hasil penelitian BPS itu dengan pengalamannya tentang bagaimana dia melihat semangat orang Batak menyekolahkan anaknya dan juga beberapa wanita Batak di youtube mengisahkan pengalaman tentang pentingnya sekolah bagi orang Batak dan banyak yang lainnya.

Tentu saja saya senang, karena reaksi saya tentang data itu sudah saya tulis sejak awal di publish oleh BPS dengan judul "Untung Masih Nomor Dua".

Dengan judul itu, sebanarnya saya ingin mendapat reaksi luas di Sumatera Barat. Tapi yang saya amati auranya terasa dingin-dingin saja dan tak menyentuh perasaan banyak orang Minang. Komentar yang saya terima paling banter, tulisannya bagus, tapi tak menimbulkan reaksi gundah dan merasa "terbakar". Ya... biasa-biasa sajalah. Nomor empat atau nomor sepuluh pun tak apa. Pemda propinsi, kabupaten kota serta DPRD yang mewakiki rakyat pun tak merasa gundah, apa lagi merasa gelisah. Tapi saya tak kecewa, karena mental orang sering kalah memang biasa menerima kekalahan, sudah biasa, itu pikir saya saja.

Kehebatan para founding Father asal Minang sebelum dan saat kemerdekaan yang berulang-ulang diceritakan dalam berbagai pidato, yang semestinya menjadi cemeti atau tauladan untuk dilanjutkan dari generasi ke generasi, kini mungkin hanya untuk sekedar bernostalgia, atau "pa lamak lamak kato" semata. Padahal kehebatan masa lalu itu tak secuilpun ada saham kita generasi kini di dalamnya. Lalu untuk apa berbangga-bangga dengan masa lalu bila kita generasi kini tak berbuat untuk mempertahankan prestasi itu.

Baca juga: Kecelakaan Truk

Kritik pedas dari Presiden kelima Megawai dan wakil Presiden Yusuf Kalla tentang degradasi ketokohan dan kehebatan Minangkabau yang diutarakan beberapa waktu lalu juga tak memunculkan reaksi apa-apa, dalam pengertian untuk mengambil langkah kongkrit bagi perbaikannya, walaupun kalimat Mambangkik Batang Tarandam selalu saja disuarakan. Tapi tak jelas bagaimana cara membangkik batang tarandam itu.

Slogan tidak akan pernah merubah apa-apa. Perubahan hanya akan terjadi bila sesuatu direncanakan dengan matang, dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan berkelanjutan serta dievalusi secara berkala hingga tujuan tercapai.

Sepekan terakhir ini, saya banyak membaca tulisan Khairul Jasmi Pimpinan koran Singgalang tentang Pendidikan di Sumatera Barat. Saya mengirim reaksi 5 jempol untuknya dan saya beri sedikit komentar "KUPAS TUNTAS LAH KJ ".

Membaca tulisan KJ itu, sebenarnya kita memiliki resources yang sangat memadai untuk kembali nomor satu, bukan nomor dua, karena data itu menunjukkan selisih Batak dan Minang hanya 0,2 persen saja, antara 18,2 dan 18 persen.

Bila Minangkabau serius melakukan lompatan besar dalam pendidikan dan menjadi sebuah gerakan masal dan menyeluruh bagi Sumatera Barat maka kemungkinan itu amat besar terwujud. Apa sebab ? Suku Minang sejak dulu kala memiliki semangat bersekolah yang tinggi (education minded), mempunyai sucses story dalam melahirkan para cendikiawan dan tokoh yang diakui, memiliki tantangan kuat untuk exis dikarena hanya dengan pikiran dan sumberdaya manusia maka Sumatera Barat bisa maju disebabkan miskinnya sumber daya alam, memiliki dana beasiswa di luar APBD (Study fund) lebih 100 milyar rupiah lebih, yang didapat dari sumbangan PT Rajawali dari hasil jual beli saham Semen Indonesia, dan banyak lainnya.

Di tahun 1982 lalu, pada saat Sumatera Barat memperoleh Penghargaan Parasamya Purna Karya Nugraha, karena dinilai sebagai propinsi yang paling berhasil dalam menggerakkan Pembangunan, dengan bangga Prof. Emil Salim mengatakan bahwa keberhasilan Sumbar adalah karena Industri otak, bukan "Pangka Langan" yang kuat.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini