Masalah pencernaan seperti nyeri ulu hati, perut kembung, dan rasa panas di dada (heartburn) sering kali disebabkan oleh asam lambung yang naik.
Salah satu cara meredakannya adalah dengan mengonsumsi obat antasida. Namun, tidak semua antasida cocok untuk semua orang.
Pemilihan yang tepat penting agar obat bekerja efektif dan tidak menimbulkan efek samping.
Berikut ini penjelasan Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (Pafi) dalam website pafibolaangmongondowutarakab.orgApa Itu Antasida?
Antasida adalah obat yang berfungsi menetralkan kelebihan asam lambung di saluran cerna. Obat ini bekerja dengan cepat dan biasanya tersedia dalam bentuk tablet kunyah, suspensi cair, atau serbuk.
Antasida sering digunakan untuk mengatasi:
- Maag (dispepsia)
- GERD (gastroesophageal reflux disease)
- Perut terasa penuh atau begah
Tips Memilih Obat Antasida:
1. Perhatikan Kandungan Aktifnya
Antasida umumnya mengandung:
- Aluminium hidroksida: Meredakan asam, tapi bisa menyebabkan sembelit.
- Magnesium hidroksida: Bekerja cepat, namun dapat menyebabkan diare.
- Kalsium karbonat: Efektif menetralkan asam, tetapi bisa menyebabkan kembung.
- Natrium bikarbonat: Cepat bereaksi, namun tidak disarankan untuk penderita hipertensi atau gangguan ginjal.
Tips: Pilih antasida kombinasi magnesium aluminium jika Anda ingin efek yang lebih seimbang.
2. Pertimbangkan Kondisi Kesehatan Anda
- Penderita hipertensi, gagal ginjal, atau yang sedang menjalani diet rendah garam sebaiknya menghindari antasida yang mengandung natrium.
- Wanita hamil harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi antasida, meskipun beberapa jenis relatif aman.
3. Perhatikan Interaksi Obat
Antasida dapat mengganggu penyerapan beberapa obat seperti antibiotik (tetrasiklin), obat tiroid, atau suplemen zat besi. Sebaiknya beri jeda 1-2 jam antara antasida dan obat lain.
4. Perhatikan Bentuk Sediaan
- Tablet kunyah cocok untuk kepraktisan.
- Cairan atau suspensi lebih cepat diserap, cocok untuk gejala yang cukup parah.
5. Gunakan Sesuai Aturan
- Gunakan antasida setelah makan atau saat gejala muncul.
- Hindari penggunaan jangka panjang tanpa pengawasan tenaga kesehatan.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika gejala tidak membaik dalam 2 minggu, atau Anda mengalami:
Editor : Rahmat