Benevolence, Dakwah Lapang Si Pemurah

Foto Isral Naska
×

Benevolence, Dakwah Lapang Si Pemurah

Bagikan opini

Oleh Isral NaskaDosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Delegasi AIMEP (Australia Indonesia Muslim Exchange Program) 

Setelah makan siang yang penuh keakraban bersama beberapa guru dan murid di Al-Siraat, bus kemudian membawa rombongan ke sebuah tempat di Doncaster East. Setelah lebih dari setengah jam perjalanan kami akhirnya sampai di halaman sebuah gedung di 125 George St. Gedung yang tidak bertingkat itu memiliki halaman parkir yang luas dengan pepohonan nan asri di sekitarnya, membuatnya tidak terlalu terlihat dari jalan raya.Bangunan sederhana namun sangat bagus ini adalah tempat sebuah organisasi keislaman menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Bernama Benevolence Australia, organisasi itu dipimpin oleh seorang perempuan ramah bernama Saara Sabbagh. Ia akrab dipanggil Sister Saara. Pembawaan Sister Saara yang ceria namun menunjukkan kedalaman pengetahuan dan kebijaksanaan membuatnya terlihat cocok dengan nama organisasi yang ia dirikan. Benevolence sendiri berarti “murah hati”.

Organisasi ini memang memiliki tujuan untuk dengan senang hati membantu Muslim, khususnya muslimah, untuk memperoleh kedamaian jiwa dan perasaan dekat dengan Allah. Pendekatan dakwah yang dilakukan Benevolence cukup unik, walaupun tidak asing. Mereka menyambut semua orang yang datang untuk bertanya tentang Islam, tanpa mendesak mereka untuk secepat mungkin menjadi Muslim yang ideal. “Setiap orang memiliki jalan dan tahapannya sendiri-sendiri” Kata Sister Saara sambil tersenyum. Beberapa orang yang mengaku bahwa suka datang belajar ke Benevolence karena diterima dengan baik tanpa merasa direndahkan sebagai pendosa. “Because I heard you guys do not judge” Begitu kata mereka.Tidak mengherankan jika kita membuka website Benevolence, organisasi ini dibantu oleh banyak perempuan, yang bahkan di antara mereka belum menggunakan hijab. Mereka diterima dengan tangan terbuka oleh Sister Saara, tanpa pernah merasa digurui. Belakangan Benevolence juga menjadi tempat bagi banyak non-Muslim untuk ingin lebih tahu tentang Islam. Bahkan laki-laki juga banyak yang tertarik belajar Islam di Benevolence. Padahal awalnya hanya ditujukan untuk perempuan.

Cara belajar Islam di Benevolence sangat santai. Di sana ada ruangan besar yang dibuat dengan nuansa homy, persis seperti ruang tamu. Kita bisa duduk di kursi, langsung duduk di lantai, atau di atas kursi tamu ala rumah-rumah orang Arab. Di dekat itu ada dapur dimana kopi, teh, makanan biasa disiapkan. Di ruang itu umumnya mereka belajar Islam. Kegiatan outdoor juga sering dilakukan untuk memberikan nuansa yang berbeda.Sekaitan dengan ini, Sister Saara punya analogi menarik untuk menggambarkan Benevolence. Ia menyebut tempatnya sebagai “semi sacred place” alias tempat yang setengah suci. Maksudnya, di sana orang belajar Islam yang tentu saja merupakan aktifitas yang suci, namun dengan cara yang santai. Menurutnya, banyak Muslim Australia yang tidak siap langsung ke masjid untuk belajar karena merasa diri terlalu kotor atau tidak siap dengan karakter banyak Masjid yang dibuat kaku dan serius. Ini menyebabkan banyak Muslim yang terombang-ambing. Mereka ingin belajar, tapi terlalu takut belajar kepada ulama dan institusi yang serius dan kaku. Benevolence hadir untuk mengisi ruang kosong ini. Dengan tersenyum, Sister Saara menyebut tempatnya dengan istilah “between mosque and coffee shop”. Jadi dia berusaha menghadirkan atmosphere yang tidak terlalu kaku seperti kebanyakan masjid, juga tidak terlalu santai seperti halnya coffee shop.

Sister Saara dan suaminya adalah orang yang tidak diragukan kapasitasnya untuk itu. Sister Saara bukan seoarang revivalist yang memiliki semangat tinggi dalam dakwah tapi kurang pengetahuan tentang Islam. Ia bertahun-tahun mempelajari Islam secara serius, bahkan belajar hingga ke Timur Tengah. Ia pulang ke Australia dan mengajarkan Islam dengan cara-cara yang dapat diterima dalam kondisi dan kebutuhan sosial orang Australia. Kata Sister Saara tentang hal ini “Kita harus berusaha menjadikan Islam menjadi tetap relevan.”Kombinasi dakwah Sister Saara dan suaminya dalam menjalankan Benevolence memang sangat strategis. Ia yakin bahwa ulama perempuan dapat memberikan hal-hal yang tidak dapat diberikan oleh ulama laki-laki. Sebaliknya juga demikian, ulama laki-laki juga dapat memberikan apa yang tidak dapat diberikan oleh kaum perempuan.

Menarik mendengar perjalanan Sister Saara berdakwah lewat Benevolence. Lebih menarik lagi mendengar bahwa organisasi itu diakui secara resmi dan memperoleh bantuan pendanaan dari pemerintah Australia karena dianggap memberikan kontribusi positif untuk masyarakat. Artinya, Sister Saara berhasil membuat Islam menjadi tetap relevan seperti yang ia katakan. Bagaimana tidak, pemerintah Australia saja, yang notabene adalah negara Barat Sekuler, mengakui bahwa Benevolence memberikan kontribusi pada kebaikan warga negara mereka. Jika tidak demikian, mana mungkin mereka dibantu.Saya pribadi sebenarnya sudah sangat lelah setelah kegiatan berhari-hari yang padat. Namun riwayat Benevolence memaksa saya untuk terlibat aktif dalam diskusi dan mencatat banyak hal. Memang jika sesuatu sudah menarik, tak soal lagi lelahnya fisik.

 

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini