Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi Kenapa tak Mau Mudik?

×

Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi Kenapa tak Mau Mudik?

Bagikan berita
Foto Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi Kenapa tak Mau Mudik?
Foto Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi Kenapa tak Mau Mudik?

Ketiga tentang masjid di Palembang yang dilarang untuk tempat berjumat, karena ada masjid tua. Kata Ahmad Khatib, boleh karena jumlah penduduk kian banyak dan jarak antara kedua masjid itu wajar dan cukup jauh.Ia bantah risalah mufti Batavia yang melarang, sesuai pesanan Belanda. Bahkan ada satu kitab lagi ia tulis dengan nama samaran, agar ‘orang kampung saya’ tidak jadi korban Belanda.

Satu hal yang pasti, sejak kembali dari Mekkah dan bermukim dua tahun di kampung, ia gelisah siang dan malam.Bahkan nyaris tiap malam bermimpi serasa dirinya ada di Mekkah. Pergi kedua kali sebenarnya tanpa sengaja sebab tetiba datang saja gurunya ke Padang di musim haji. Guru itu Syekh Utsman Syatha.

Maka berangkatlah remaja ini ke Mekkah atas persetujuan semua keluarga, kecuali ibundanya. Baru saja naik kapal dilarang ayahnya tapi tak tercegah.Karena pergi secara mendadak ketika ia kebetulan sedang di Padang di rumah pamannya yang jaksa, maka tak mungkin lagi mengabari ibunya di Koto Tuo. Maka, ia mohon pamit lewat sepucuk surat. Nanti ibunya datang ke Mekkah dengan adik-adiknya termasuk adik sepupunya Tahir Jalaluddin.

Saya berkesimpulan, Syekh Ahmad Katib al-Minangkabawi tak mau pulang ke Minangkabau karena hal-hal di atas tadi.Bisa jadi ditambah dua lagi yaitu ketidaksukaannya pada adat Parpatiah dan Ketumanggungan dan bandelnya urang awak yang terus saja bertarekat dengan berbagai tambah-tambahan tak sesuai yang menurut Ahmad Khatib justru merusak.

Tapi, itu dugaan saya saja. Yang manapun, wajar saja perantau tak pulang-pulang lagi dan itu jumlahnya sangat banyak. Tadi disebut, bukankah ibundanya sudah bermukim di Mekkah? Atau ada data lain bahwa ibunya kembali pulang, salahlah saya.Yang pasti jika NU dengan pengikut 100 juta orang lebih, Muhammadiyah 65 juta lebih, Tarbiyah jutaan orang, maka guru tua anggota dan ulama organisasi ini, tak lain orang yang sama: Syekh Ahmad Katib al-Minangkabawi

Yang jelas pula, ia cinta Minangkabau, cinta rakyatnya dan masakannya tapi apa hendak dikata, badan jauh di rantau orang.Nah, kisah ulama hebat inilah yang sedang saya susun, berdenyut-denyut kapala saya dibuatnya bak membuat disertasi saja, saungguak gadang buku mesti saya baca. E yala ye. (**)

Editor : Eriandi
IKLAN PU
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini