Saya ke Batu Taba untuk riset penulisan novel biografi Inyiak Parabek. Ini saya lakoni setelah sukses menulis hal serupa tentang Syekh Sulaiman ar Rasuli atau Inyiak Canduang dan Rahmah El Yunnusiyah pendiri Diniyah Puteri Padang Panjang.Saya di Batu Taba sekitar 4 jam, meninggalkan sejarah yang masih tersungkup kabut. Sejarah itu seluas Singkarak, danau nan elok, meski sejak dari Solok sampai titik terakhir tepian danau, banyak sekali rumah yang membelakangi danau. Menutup pemandangan untuk umat manusia. Tapi sudahlah, itu urusan lain pula.
Waktu zuhur shalat di Masjid Raya di sana, Asar di Masjid Jihadu Wa Lidaini, Padang Panjang. Untuk mengurai lelah, saya rehat sekejap Dabie Café, tak jauh dari masjid itu. Saya pesan segelas kopi, nikmatnya tak terbada. (*) Editor : EriandiZiarah ke Batu Taba: Angku Angin, Guru dari Inyiak Parabek
Berita Terkait
