Habibie, N250 Gatot Kaca dan Akhir Tragis Perjalanan Dirgantara Indonesia

×

Habibie, N250 Gatot Kaca dan Akhir Tragis Perjalanan Dirgantara Indonesia

Bagikan berita
Foto Habibie, N250 Gatot Kaca dan Akhir Tragis Perjalanan Dirgantara Indonesia
Foto Habibie, N250 Gatot Kaca dan Akhir Tragis Perjalanan Dirgantara Indonesia

Tidak cukup sampai di sini. Empat tahun kemudian, tahun 1965, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit pendirian KOPERLAPIP (Komando Pelaksana Industri Pesawat Terbang) dan PN Industri Pesawat Terbang Berdikari. Setahun kemudian, kedua lembaga ini digabung menjadi LIPNUR atau Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio.Setelah masa kepemimpinan Presiden Soekarno berakhir dan dilanjutkan oleh kepempinan Presiden Soeharto, perhatian pemerintah Indonesia terhadap Industri Dirgantara nasional tidaklah kendur, meskipun kedua pemimpin/agenda pemerintahan itu dikenal bertolak belakang dan tokoh-tokohnya terlibat banyak perseteruan politik.

Bila Presiden Soekarno mengirim Nurtanio dan teman-temannya ke Manila untuk mempelajari industri Dirgantara, maka Presiden Soeharto memanggil pulang BJ Habibie ke Indonesia untuk membangun industri Dirgantara nasional. BJ. Habibie waktu itu dikenal sebagai pakar pesawat cemerlang yang sangat disegani di Jerman. Namun karena panggilan untuk mengabdi di negeri sendiri, BJ Habibie melepaskan segala privillege yang dia dapatkan di Jerman. Atas dukungan penuh Presiden Soeharto, BJ Habibie merombak LIPNUR menjadi IPTN, Industri Pesawat Terbang Nusantara.IPTN inilah yang kemudian dikenal sebagai industri pesawat terbang termaju di negara berkembang.

Menyadari bahwa membangun industri pesawat terbang nusantara itu membutuhkan proses panjang dan transfer teknologi dari negara-negara maju, maka pada awal-awal pengembangan IPTN, BJ Habibie menggandeng kerjasama dengan CASA. Sebuah industri pesawat terbang dari Spanyol yakni Construcciones Aeronáuticas SA. Dari kerjasama inilah lahir pesawat CN-235. Sebuah pesawat penumpang sipil (airliner) kelas menengah bermesin dua. Pesawat bernama sandi Tetuka ini telah menjadi pesawat paling laku di kelasnya.Karena pesawat ini merupakan proyek kerjasama antara CASA dan Nurtanio, maka kode pesawatnya pun disebut “CN”.

Berikutnya, IPTN tidak lagi menyandarkan kerjasama dengan negara maju dalam membuat pesawat terbang. IPTN mencoba berdiri sendiri untuk membuat pesawat terbang. Maka lahirlah pesawat N-250.Berbeda dengan sebelumnya yang mempunyai kode CN, kode pesawat ini “N” saja yang berarti Nusantara atau Nurtanio. N-250 sendiri adalah pesawat penumpang sipil yang menjadi primadona IPTN untuk merebut pasar di kelas 50-70 penumpang yang diluncurkan pada Indonesia Air Show 1996 di Cengkareng.

Adapun figur-figur dalam produksi pengembangan pesawat tipe N250 adalah pakar Manufacturing: Budi SantosoPakar Structure: Arie Wibowo

Pakar Electrical System : Irzal Rinaldi ZailaniPakar Design: Andi Alisjahbana.

Sebagaimana diketahui, setahun setelah peluncuran pesawat ini Indonesia dilanda krisis moneter. Krisis ekonomi yang berimbas pada krisis politik sehingga Presiden Soeharto pada akhirnya jatuh.Bagi industri pesawat terbang, krisis ini tidak hanya berimplikasi secara ekonomi tapi juga politik. Secara ekonomi, industri pesawat terbang tidak lagi mendapat dukungan keuangan negara. Sehingga IPTN terpaksa harus merumahkan sekitar 4.000 karyawannya. Sementara secara politik, IPTN tidak lagi mendapat sokongan keuangan dari pemerintah.

Mematuhi MoU dengan IMF, pemberi pinjaman untuk mengeluarkan Indonesia dari krisis, pemerintah Indonesia terpaksa mengeluarkan proyek industri pesawat terbang nasional sebagai bagian dari penyelematan ekonomi.Namun sebagaimana Orde Lama yang tidak menjadikan situasi sulit dalam mempertahankan kemerdekaan sebagai alasan untuk tidak mengembangkan industri pesawat terbang, begitu juga dengan pasca pemerintah setelah Orde Baru. Meski demikian, masih dalam masa recovery, setahap demi setahap industri pesawat terbang nusantara tetap dicoba untuk dipulihkan.

Seperti dengan merubah nama PT IPTN Menjadi PT DI (Dirgantara Indonesia). Dan empat tahun setelah krisis, PT DI mulai dipercayai negara-negara seperti Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Korea Selatan, serta Filipina untuk melaksanakan beberapa proyek kedirgantaraan mereka.Meski efek krisis ekonomi 1998 juga telah membuat PT DI diputus pailit oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, tapi upaya Hukum yang serius dari PT DI telah membuat keputusan pailit tersebut dibatalkan.

Puncak kebangkitan adalah ketika PT DI sendiri terjadi ketika tahun 2012 bisa mengirimkan 4 pesawat CN-235 pesanan Korea Selatan dan menyelesaikan 3 pesawat CN-235 pesanan TNI AL dan 24 Heli Super Puma dari EUROCOPTER.Kebangkitan PT DI sendiri pada saat itu tidak bisa dilepaskan dari kebijakan pemerintah. Selain memberikan dukungan dana, pemerintah menggunakan kebijakan afirmasi berupa pemesanan pesawat militer ke PT DI.

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini