Selamat jalan di Bulan Juli, Sapardi Djoko Damono

×

Selamat jalan di Bulan Juli, Sapardi Djoko Damono

Bagikan berita
Foto Selamat jalan di Bulan Juli, Sapardi Djoko Damono
Foto Selamat jalan di Bulan Juli, Sapardi Djoko Damono

Tidak menulis saat emosiSapardi mengaku tak pernah menulis saat dirinya sedang dalam keadaan emosi yang tidak stabil, misalnya saat jatuh cinta, saat patah hati, saat sangat marah, sangat sedih atau bahkan sangat rindu.

"Kalau saudara sedang sangat marah, misalnya, maka itu tidak akan jadi. Saya saat menulis puisi 'Dongeng Marsinah' itu dalam keadaan sangat marah makanya itu butuh waktu sampai tiga tahun untuk menyelesaikannya, bahkan sampai sekarang pun kalau saya membaca lagi puisi itu, saya masih marah dan ingin memperbaikinya," kata Sapardi.Peraih penghargaan Pencapaian Seumur Hidup dalam Sastra dan Pemikiran Budaya dari Akademi Jakarta itu yakin, orang yang sedang emosi tinggi atau marah tak akan bisa menulis puisi dengan baik.

"Kalau emosi tinggi jangan nulis, nanti puisinya tanda pentung (tanda seru) semua, siapa yang bisa baca? Tenangkan dulu perasaannya. Ajak bicara emosinya, 'hei, saya mau nulis dulu, kamu menyingkir dulu', jadi harus ada jarak antara penyair dan apa yang akan disyairkan. Namanya jarak estetis," kata Guru Besar Pensiun (profesor emeritus) UI itu.Sapardi mengisahkan, saat dirinya menulis "Dongeng Marsinah" yang merupakan salah satu sajak di kumpulan puisi "Melipat Jarak" (2015), dirinya merasa benar-benar marah dan sulit berjarak dengan karyanya mengingat peristiwa pembantaian Marsinah benar-benar telah membuat sastrawan kelahiran Surakarta itu.

Sapardi menulis puisi sejak tahun 1957, pertama kali menerbitkan "Duka-Mu" (1969) yang diikuti dua kumpulan sajak tipis pada 1974, "Mata Pisau" dan "Akuarium". "Perahu Kertas" dan "Sihir Hujan" masing-masing mendapat penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta dan Anugerah Puisi Putera, Malaysia pada 1983.Selain puisi, Sapardi juga menulis cerpen dan novel seperti "Membunuh Orang Gila", "Trilogi Soekram", dan "Hujan Bulan Juni". Buku-buku esainya yang mutakhir adalah "Tirani Demokrasi", "Slamet Rahardjo", "Sebuah Esai, Mengapa Ksatria Memerlukan Punakawan?", serta "Alih Wahana".

Sejumlah penghargaan pernah diterimanya baik dari dalam maupun luar negeri, di antaranya adalah Cultural Award (Australia, 1978), Anugerah Puisi Putera (Malaysia, 1984), dan SEA-WRITE Award (Thailand, 1988), Khatulistiwa Literary Award (2004).Selamat jalan Sapardi, di Bulan Juli. (ant/mat)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini