Gua Hira, di Sini Sejarah Itu Dimulai

×

Gua Hira, di Sini Sejarah Itu Dimulai

Bagikan berita
Foto Gua Hira, di Sini Sejarah Itu Dimulai
Foto Gua Hira, di Sini Sejarah Itu Dimulai

Ia melihat jalan ke puncak selain dilengkapi 1.200 anak tangga, juga pagar. Semua dibuat oleh warga bukan kerajaan. Bahkan ditemukan warga yang masih menyemen anak tangga baru. Di depan mereka ada kotak sedekah."Guanya sempit sekali, di sanalah Nabi kita menerima wahyu pertama," kata dia. Sesempit apa? Sajadah, lebih sedekit.

Noor Arias tak hendak turun seperti juga jemaah lain, tapi harus. Itulah sebabnya mereka membawa semua kenangan, nanti pulang ke Tanah Air dikisahkan pada saudara.Sejak SD

Pendaki berikut Sukron. Menurut dia, hatinya sudah pakek ke Gua Hira sejak awal. Ia mendengar kisah gua tersebut pertama saat kelas 2 SD, bersambung waktu MDA di Surau Batu Parabek, Bukittinggi. Selanjutnya mulai mendalam setelah membaca orang tuanya."Itu buku Sejarah Hidup Muhammad, karangan Hussein Mohammad Haekal, yang tebal warna hijau," kata dia.

Setelah sampai di atas, Sukron melihat guanya ternyata tidak besar, dan tidak punya ruang tempat bernaung yang dia bayangkan. Cuma ada batu teleng menaungi ruangan kira-kira dua tempat shalat.Batu yang pertama agak masuk ke dalam. Pas untuk satu lapiak sumbayang, satu lagi di sebelah kanannya, lebih tinggi dari yang pertama. Agak kecil pula.

"Di sana kami sujud syukur, lalu membaca shalawat dan terakhir membaca 5 ayat dari wahyu pertama itu," kata dia.Sukron meraba dinding dan langit-langit gua. Sangkaannya doeloe suara Jibril tentu memantul di bebatuan itu. Kenangan masa kecil pria ini, telah membawanya naik ke Gua Hira.

Naik habis IsyaAdalah M Nazer, jemaah Nur Zikrillah juga bersama rombongan naik sehabis Isya, keesokan harinya.

"Walaupun panjang pendakian hanya 650 meter, namun sudut pendakian cukup tajam hampir menjelang puncak sekitar 45 derajat. Ambo dan rombongan barangkek habis lsya dari Haram," katanya.Tak ada lampu sejak mendaki sampai di puncak meski begitu jalan masih tampak. Seperti juga Arias dan Sukron, sepanjang pandakian menjalang puncak banyak ditemukannya warga yang memperbaiki anak tangga. "Ada kardus infak juga,"sebut Nazer.

Ia sampai pada di puncak dan mencoba membayangkan perjalanan Nabi ke sana. Rasa puas tak bisa dilukiskan, seolah ia kembali kanak-kanak mendengar kisah Gua Hira dari guru. Tidak. Ia malah berdiri sekarang di sini. Rasa syukurpun terucap.Sampai di puncak tidak langsung bertemu dengan gua tujuan, tetapi harus turun lagi ke lereng sabaliknya beberapa meter.

"Saat itu kebetulan saya sendirian yang telah sampai di pintu gua, kawan-kawan masih agak jauh di belakang," katanya. Tak ada cahaya. Agak gelap, meski begitu ia bisa melihat mulut goa. Sekejap kemudian ada dua jemaah dari Oman dan lekas saja mereka membantu dengan senter lampu HP."Maka masuklah saya, di tempat Rasulullah menerima wahyu pertama," kata dia. Di sana ia berusaha beradaptasi sejenak.

"Ada pertanyaan dalam kepala saya mengapa pemerintah Saudi tidak menyediakan lampu penerangan jalan atau bahkan cable car? Karena biayanya tak seberapa untuk ukuran kantong mereka.Kemudian saya jawab sendiri jika pencapaian gua tersebut dipermudah, maka para pendaki tidak bisa merasakan bagaimana perjuangan Rasulullah sampai ke puncak dalam rangka menegakkan agama lslam.

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini