Dirwan Ahmad Darwis, Putra Baso yang Hubungkan Malaysia dan Indonesia

×

Dirwan Ahmad Darwis, Putra Baso yang Hubungkan Malaysia dan Indonesia

Bagikan berita
Dirwan Ahmad Darwis, Putra Baso yang Hubungkan Malaysia dan Indonesia
Dirwan Ahmad Darwis, Putra Baso yang Hubungkan Malaysia dan Indonesia

Bisa cerita sedikit tentang Pak Rais Yatim dan program ke-Minangkabau-an?

Allah SWT mempertemukan saya dengan beliau. Pak Rais ini adalah orang Minangkabau asli asal Palupuah, Agam. Tapi beliau sudah generasi kedua lahir di Malaysia - Negeri Sembilan.Setelah acara SEMI’09, awal tahun 2010 oleh seorang sahabat saya diperkenalkan kepada beliau yang saat itu menjabat Menteri Penerangan, Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia. Lalu hubungan berlanjut hingga kemudiannya saya dipercaya jadi Konsultan PR di kementerian beliau untuk urusan ke Indonesia.

Pak Rais ini orangnya sangat unik. Bagi saya beliau ini seperti kamus politik berjalan di Malaysia. Beliau banyak tahu sejarah perkembangan politik Malaysia karena pernah bekerja di bawah lima Perdana Menteri. Pernah menempati berbagai posisi penting sebagai menteri selama hampir 40 tahun di pemerintahan. Hingga saat ini setelah pensiun dari kabinet, beliau masih dipercaya sebagai Penasehat Sosio-budaya Kerajaan Malaysia. Jabatan itu setingkat menteri.Beliau juga diangkat sebagai President International Islamic University Malaysia (IIUM). Pak Rais ini tipe orang modern, cendikiawan, akademisi dan penulis tapi tidak kehilangan jatidiri sebagai orang Melayu apa lagi sebagai Minangkabau, kental sekali. Coba kalau ada orang Minang ketemu dia lalu enggan Bahasa Minang marah sekali dia. Saat ini beliau memimpin langsung YIRMI sebagai ketua yayasan dan saya diamanahkan sebagai sekretaris.

Tentang program Minangkabau?

Pak Rais sangat menaruh perhatian terhadap Minangkabau dan senantiasa mengikuti perkembangan. Banyak hal yang dirisaukannya tentang masa depan orang Minangkabau yang menurut beliau tidak disadari oleh kebanyakan pemimpin kita. Semisal, semakin terkikisnya adat dan budaya dalam diri orang Minang sekarang, ketidakmampuan kita dalam mempertahankan “bahaso Minang” sebagai sumber khazanah kearifan lokal. Dan ini sangat berbahaya terhadap keberadaan suku Minangkabau masa depan, termasuk kekurangpedulian kita terhadap budaya dan sejarah kita sendiri.Semua ini akan berakibat generasi yang akan datang terancam akan kehilangan jati diri. Lalu, makna dan pentingnya mempertahankan jati diri itu pun kebanyakan kita tidak paham, hanya sebatas ucapan saja. Untuk itu, tahun lalu YIRMI sponsori penerbitan “Kamus Baso Minang” karangan Yos Magek Bapayuang, putra Minang asal Kamang, Agam. Tan Sri Rais sendiri beberapa bulan yang lalu meluncurkan buku berjudul “Adat, the Legacy of Minangkabau”, ini mungkin satu-satunya buku tentang Minangkabau dalam versi bahasa Inggris yang ditulis oleh orang Minangkabau sendiri.

Buku itu sudah dikirim ke hampir 900 universitas di seluruh dunia dengan tujuan mengangkat martabat Minangkabau ke persada dunia. Kemudian terbaru, ada buku petatah-petitih Minangkabau karya Yos Magek juga yang baru selesai cetak. Saya dan beberapa kawan-kawan juga sudah mendirikan Yayasan Pusako Minangkabau (YPM) di Sumbar. Sebagai persiapan tahun lalu Pak Rais mengirim saya dan Prof Gusti Asnan (Dekan FIB Unand) ke Universitas Leiden, Belanda. Insya Allah kita akan coba melakukan sesuatu yang kurang menjadi perhatian kebanyakan orang Minangkabau.Baik, apa ini memang sudah menjadi cita-cita anda dari dulu?

Hahaa…cita-cita saya waktu kecil adalah untuk tinggal di luar negeri dan jadi pilot. Setelah agak besar, cita- saya berubah-rubah, tapi ternyata cita-cita kecil itu yang terealisasi yakni ingin tinggal di luar negeri, (tapi itu maksudnya bukan di Malaysia), di negeri bule. Saya pernah di Rusia, dan berkelana ke seluruh negara Scandinavia, Eropah Timur, Asia Tengah. Saya ini jenis petualang, dari kutub utara sampai kutub selatan sudah saya jalani. Terakhir saya sekolah bisnis, dua tahun tinggal di New Zealand sekaligus kursus pilot. Walaupun tidak berprofesi seorang pilot professional paling tidak saya bisa terbangkan pesawat jenis Cessna dan merasa bagaimana jadi seorang pilot sesuai cita-cita dulu… hahahaa.Bagaimana tanggapan orangtua?

Orangtua saya orang Kampung sebagaimana saya juga dari Kampung. Beliau hanya berdoa saja berserah diri dan selalu mendoakan yang terbaik. Tapi memang kalau ada sesuatu hal yang saya banggakan, saya hanya cerita ke beliau - sekadar berbagi cerita bahagia. Ibu adalah orang yang sangat saya sayangi dan muliakan, hanya kepada beliau dan juga kepada istri saya bisa cerita, tidak pernah kepada yang lain. Dengan wanti-wanti supaya mereka berdua jangan cerita ke orang lain untuk menghindari “riya”, karena tafsiran orang mungkin berbeda-beda.Tanggapan keluarga/anak-anak, istri anda bekerja?

Sama tidak ada bedanya, pendekatan dan cerita ke anak-anak tentu beda. Saya punya dua orang anak laki-laki. Mereka sekarang sudah agak besar-besar, satu kuliah di Malaysia dan satu lagi di Bandung. Istri saya bekerja sebagai PNS di Pemkab Limapuluh Kota. Makanya saya sering bolak balik ke kampung, kalau tidak dia yang ke KL. Jadi saya di Malaysia itu sebenarnya bukan seperti orang merantau yang jarang pulang, tiap sebentar saya pulang kampung.

Baik, sedikit kembali ke soal pekerjaan, apa tantangannya?Pekerjaan ini perlu kesabaran. Sabar dalam memberikan pengertian terhadap masyarakat tentang apa dan untuk apa masalah ini diperjuangkan. Tantangan yang berat itu justru datang dari orang-orang berpengaruh seperti sebahagian besar pimpinan negeri ini. Mereka tidak paham bahaya masa depan yang mengancam. Pemikiran mereka telah terperangkap dalam sebuah lingkaran setan yang mereka sendiri tidak sadar.

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini