Dirwan Ahmad Darwis, Putra Baso yang Hubungkan Malaysia dan Indonesia

×

Dirwan Ahmad Darwis, Putra Baso yang Hubungkan Malaysia dan Indonesia

Bagikan berita
Dirwan Ahmad Darwis, Putra Baso yang Hubungkan Malaysia dan Indonesia
Dirwan Ahmad Darwis, Putra Baso yang Hubungkan Malaysia dan Indonesia

Ini banyak dilatarbelakangi faktor pendidikan, termasuk rekan-rekan di media juga banyak yang tidak tahu, bahkan ada media yang memang punya misi untuk merusak tatanan itu, ada agenda lain dibelakangnya. Wartawan muda-muda tidak tahu itu. Saya berani ngomong karena pergaulan saya disitu, bahkan saya dulu juga seperti itu. Saya pernah bilang untuk apa belajar sejarah, hidup ini ke depan bukan ke belakang. Para budayawan, sastrawan dan lain-lain itu dulu saya lihat orang-orang yang tidak berpijak di bumi nyata, darimana datang duit, makanya miskin terus, hahaa..Begitu sombongnya saya dulu dan sangat materialistik, kalau ingat itu sekarang malu saya rasanya. Hingga kini, banyak sahabat saya yang masih dengan pola pikir begitu. Itu karena tidak tau, bahwa sejarah itu tuntunan untuk manapak masa depan, tanpa sejarah kita buta dan mudah dikibuli orang. Sedangkan budaya, bahasa/sastra itu sumber kearifan yang mengakar ke bawah yang mampu membentuk karakter menuju ke sebuah peradaban. Sekarang lihatlah, bangsa beradab kah kita? Dari orang biasa di tepi jalan, cendikiawan dengan gelar akademis berjubel, yang berpangkat, cara mereka menampilkan diri, gaya bicara dan berdialog di media, miris kita melihatnya.

Hidup sekarang sudah nafsi-nafsi, bangga hanya untuk diri sendiri, semangat “ke-kita-an” sebagai orang Minang sudah hampir hilang, kita saling cakar-cakaran. Menyedihkan sekali, apa lagi sekarang sudah lahir pula generasi yang tidak lagi berbahasa Minang di Ranah Minang ini. Mereka berbahasa Indonesia raya dengan logat/irama daerah masing-masing. Ada gaya Piaman, gaya Pikumbuah, gaya Rang Agam dan lain2, lucu kedengarannya. Ini akibat ke-tidak-tahuan para orang tua, demi gengsi yang entah untuk apa, mereka cabut generasi ini dari akar budayanya. Maka anak-anak ini tidak lagi akan mewarisi kearifan Minangkabau sebagai watak terpuji orang-orang Minangkabau dahulu. Mereka akan susah memahami “alun takilek lah takalam, titian barakuak, rantiang nan kamangaik/maimpok, raso jo pareso” dan lain-lainnyanya, pelan tapi pasti akan hilang jatidiri mereka. We are really sliding down to nowhere! (*)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini