Dilema Pendidikan di Tanah Air

Foto Harian Singgalang
×

Dilema Pendidikan di Tanah Air

Bagikan opini

Tidak saja proses belajar mengajarnya yang dibuat sama standarnya, tetapi fasilitas fisik gedungpun sama. Misalnya semua sekolah punya lapangan olah raga yang sama ukurannya, semua memiliki kolam renang, semua memiliki gedung serba guna, loker sepatu, loker tas, meja dan kursi belajar sama, papan tulis magnetik sama, WC yang sama baiknya, dsb. 

Bahkan soal ulanganpun semua dibuat sama dengan kertas HVS 80 gram full warna. Anak-anak tertarik dengan gambar yang berwarna. Jarang sekali ada soal multiple choice.Jika melihat fasilitas fisik gedungnya dan juga fasilitas belajar mengajarnya, maka tidak salah Jepang menjadi negara maju karena kualitas pendidikan sangat diprioritaskan pemerintahnya.

 

  1. Guru dirolling.

Saya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana profesionalnya guru mengajar dan bertanggung jawab terhadap tugasnya. Bahan ajarnya banyak, retorika mengajarnya tidak membosankan, dan mereka kadang bekerja hingga malam untuk mempersiapkan keperluan proses belajar mengajar untuk esok harinya. Seluruh guru memiliki kompetensi mengajar sehingga bisa dikatakan tidak ada guru yang bekerja asal asalan. Para guru itu dan juga kepala sekolah dirolling ke semua sekolah. Jadi tidak ada guru di sekolah sini bagus sedangkan di sekolah sana tidak bagus. 

  1. Infrastruktur sangat mendukung.
Orang tua tidak akan cemas melepas anaknya yang baru berusia 6 tahun berjalan kaki sejauh 1-2 km ke sekolah karena tersedia jalan khusus untuk pejalan kaki. Jika ada penyebrangan, ada lampu merah yang berfungsi dengan baik dan ditaati seluruh pengendara

Saat ini yang dibutuhkan adalah keseriusan pemerintah memprioritaskan kualitas Pendidikan. Jika memang wajib belajar 9 tahun dengan sistem zonasi, berarti wajib juga bagi pemerintah menyediakan sekolah beserta infrastrukturnya.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Ganefri
Terkini