Dengan menghidupkan makna di balik Rupiah, siswa tidak hanya belajar menghitung uang, tetapi belajar menghargai jerih payah bangsa; mereka tidak hanya tahu membelanjakan, tetapi juga belajar merencanakan dan mengelola sumber daya, serta memahami bahwa setiap rupiah yang mereka pegang adalah bagian dari ekosistem ekonomi dan identitas nasional yang saling terhubung. Maka mencintai, membanggakan, dan memahami Rupiah adalah bagian dari mencintai negeri ini secara utuh—bukan sebagai slogan kosong, tetapi sebagai praktik keseharian yang berakar pada kesadaran dan pengetahuan.
Dalam konteks pendidikan abad ke-21, di mana keterampilan berpikir kritis, kolaboratif, dan literasi digital sangat ditekankan, program CBP Rupiah menjembatani dunia ekonomi makro dengan realitas pembelajaran mikro di ruang kelas. Guru menjadi fasilitator transformasi, bukan hanya menyampaikan materi, tetapi menginspirasi siswa untuk berpikir reflektif dan bertindak bertanggung jawab terhadap bangsa, mulai dari hal yang paling dekat dengan mereka—yakni uang yang mereka gunakan setiap hari.
Melalui pengalaman saya dalam program Duta Guru CBP Rupiah Championship 2025, saya menyadari bahwa pendidikan tentang Rupiah memiliki dimensi strategis: ia membentuk karakter, memperkuat identitas, dan menumbuhkan kemandirian ekonomi. Bukan tidak mungkin, dari kelas-kelas kecil inilah akan lahir generasi yang bukan hanya cakap secara akademik, tetapi juga memiliki kesadaran ekonomi, integritas nasional, dan tanggung jawab sebagai warga negara.*
(Padang, Mei 2025)