Nestapa 7 Ayat Berulang, Sering Dibaca Jarang Dipahami

Foto Assyifa Akhfadatul Ulya
×

Nestapa 7 Ayat Berulang, Sering Dibaca Jarang Dipahami

Bagikan opini
Ilustrasi Nestapa 7 Ayat Berulang, Sering Dibaca Jarang Dipahami

Kapan terakhir kali kita benar-benar merasakan Al-Fatihah “menyentuh” jiwa? Beberapa mungkin sedikit tidak nyaman untuk menjawab. Coba jujur pada diri kita sendiri, berapa dari 17 kali itu yang benar-benar dihayati?

Berani sentuh sebuah realitas bahwasanya mungkin selama ini kita hanya “men-check list” kewajiban semata, tanpa benar-benar hadir secara spiritual saat membaca tujuh ayat sakral ini. Berani akui bahwa bibir kita bergerak otomatis, sementara pikiran kita melayang pada sejuta urusan duniawi. Coba bayangkan paradoks ini: ayat yang diulang ulang justru menjadi korban pengulangan itu sendiri, ia kehilangan magisnya. Miris sekali!

Berani sentuh sebuah kenyataan bahwa shalat kita mungkin kebanyakannya menjadi rutinitas fisik daripada spiritual? Berani hadapi fakta bahwa kita mungkin telah mereduksi firman Allah menjadi sebuah rangkaian kata-kata yang harus diucapkan sebagai “check list” ibadah harian?

Jika jawabannya “ya”, terimakasih sudah berada pada jalan yang benar. Karena pengakuan adalah langkah awal menuju transformasi. Dan tranformasi ini yang akan menjadi tujuan dari setiap ibadah yang dilakukan.

Memecah Nestapa

Sadarkan diri, apa yang sudah dibaca berulang jangan sampai kehilangan esensi. Allah ingin kita paham, bahwa Al-fatihah bukan hanya sebuah surat yang diulang setiap hari, tapi lebih dari itu. Adanya refleksi yang seharusnya kita miliki dari 7 ayat yang diulang 17 kali setiap hari. Bukan sekedar melafalkan, tapi bagaimana ayat-ayat tersebut dapat selalu hidup dalam diri. Bukan sekedar menuntaskan kewajiban, tapi juga bagaimana makna setiap ayat tersebut dapat terus kita amalkan.

Sudah seharusnya dari sekarang, kita pahami bagaimana untuk terus memaknai setiap apa yang diulang. Setiap apa yang dilakukan dengan berlandaskan kewajiban bisa menjadi sebuah hal yang seharusnya tetap tumbuh dalam diri. Tentu dengan harapan dari pemaknaan dalam setiap ayat yang diulang, Setidaknya bagaimana untuk tidak menyepelekan sebuah kebiasaan. Sudah saatnya untuk break the cycle. Ubah kuantitas menjadi kualitas. Saatnya benar-benar menyentuh dan disentuh oleh Al-fatihah.

Karena pada akhirnya, jangan sampai menjadi seorang penghafal ayat, tapi penghianat makna, bagaikan mayat hidup yang shalat di hadapan Tuhan, namun hatinya kosong dan tertutup. (***)

IKLAN PU
Bagikan

Opini lainnya
Terkini