Gulai Tunjang di Eindhoven dan Colombo Plan

Foto Harian Singgalang
×

Gulai Tunjang di Eindhoven dan Colombo Plan

Bagikan opini

Kawan Jon lainnya yang sama-sama bekas penerima beasiswa Colombo Plan adalah Wan Noesjirwan. Tapi Wan tidak kuliah di Australia melainkan di New Zealand. Wan berangkat tahun 1961 dengan rombongan 40 anak muda. Dia kuliah di Victoria University of Wellington, di ibu kota negara kiwi tersebut. “Sekarang tinggal saya yang masih hidup”, kata Wan yang kini sudah lewat delapan puluh tahun. Ia berasal dari Batu Palano, di kaki Gunung Merapi, Sumatra Barat.Saat ini, Wan menikmati masa pensiun yang nyaman di Sydney. Jon pun begitu.

 [caption id="attachment_153146" align="aligncenter" width="250"] Rombongan 39 mahasiswa Indonesia penerima beasiswa Colombo Plan dari Pemerintah Australia, angkatan 1965. Mereka berpose sesaat setelah mendarat di Sydney Airport (Foto koleksi Jon Imran)[/caption]

Barangkali, penerima beasiswa Colombo Plan yang karirnya paling sukses adalah Boediono. Berangkat ke Australia di awal tahun 1960-an, Boediono menyelesaikan sarjana ekonominya di University of Western Australia, Perth, kemudian lanjut studi Master di Monash University, Melbourne.Boediono sudah menjadi pejabat penting Bank Indonesia sejak akhir era orde baru—dan menjadi pejabat BI masa itu yang lolos dari jerat hukum kasus BLBI. Di masa Presiden Habibie, Boediono menjabat Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas. Kecuali di era Presiden Abudrrahman Wahid (1999-2001), Boediono selalu menjadi pejabat penting di bidang perekonomian di era Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hingga menjabat Wakil Presiden RI tahun 2009-2014.

Jelas bahwa Roesjdy, Jon, Wan, dan Boediono adalah anak-anak muda Republik yang cemerlang. Mereka putra-putra terbaik bangsa pada zamannya.  Mereka beruntung mengecap kesempatan kuliah di negara maju ketika Indonesia, di tahun 1960-an, masih merupakan salah satu negara termiskin di dunia.Tentu kala itu semangat mereka amat membara. Ingin kuliah sebaik mungkin dan pulang kembali membangun negeri. Namun sejarah menyeret mereka pada nasibnya masing-masing. Takdir mereka berbeda. Dunia dan semua hiruk-pikuk situasi geopolitik kala itu jelas berada di luar jangkauan mereka. Mungkin mereka yang kuliah di negara Barat seperti Australia dan New Zealand akan lebih beruntung dibandingkan yang kuliah di negara-negara blok Timur seperti Uni Soviet atau Rumania.

oOoDi awal millennium ketiga, saya juga beruntung bisa mengecap pendidikan pascasarjana di Belanda dan Australia. Setelah itu saya intens menjalani kehidupan akademik di Australia. Saya menyaksikan, sejak satu dekade terakhir, pemerintah Australia mengubah model Colombo Plan (CP) menjadi New Colombo Plan (NCP).

NCP ini berbeda 180 derajat dengan CP yang telah memberangkatkan Jon, Wan, dan Boediono dulu.  Jika CP membawa para mahasiswa dari Asia ke Australia, NCP justru mengirim para mahasiswa dari Australia ke Asia. Tentu ini terkait dengan perkembangan geopolitik. Anak-anak muda Australia perlu mengenal lebih dekat negara-negara Asia yang makin penting dan makin strategis bagi Australia.Sebagai dosen di salah satu universitas di Australia, saya telah empat kali membawa rombongan NCP. Sekali ke Thailand dan tiga kali ke Indonesia. Saya bekerja sama dengan kolega dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, UIN Jakarta, dan UIN Yogyakarta dalam program study tour NCP tersebut.

Anak-anak muda Australia, rombongan NCP yang saya bawa, berasal dari latar belakang yang beragam. Ada yang belum pernah terbang, dan belum pernah ke luar negeri. Ada yang blasteran Australia dan Thai. Ada yang keturunan Iran, Pakistan, Bangladesh, Phillipines, Lebanon, dan Afrika. Semua memegang paspor Australia.Kepada rombongan mahasiswa Australia yang saya dampingi ke Indonesia, saya tekankan supaya mereka benar-benar bisa mengenali Indonesia dengan baik. “Jaga nama baik Australia dan universitas tempat kalian belajar. Kalian adalah duta Australia,” begitu saya ucapkan.

Dulu, putra-putri terbaik bangsa yang pernah mendapat kesempatan belajar ke luar negeri itu tadi, mungkin  mendapat wejangan yang senada pula.(*)

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Ganefri
Terkini