Puasa Khawwash

×

Puasa Khawwash

Bagikan berita
Puasa Khawwash
Puasa Khawwash

Dalam Ihya’ ‘Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menjelaskan tiga tingkatan puasa. Puasa orang awam, puasa orang khusus (khawwash) dan puasa orang spesial (khawwash al-khawwash).Puasa orang awam adalah puasa yang dilakukan sebatas menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan suami istri sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.

Puasa khawwash adalah puasa yang dilakukan tidak hanya dengan menahan dari makan, minum dan berhubungan suami istri, melainkan juga mencakup menahan ucapan, pendengaran, penglihatan, tangan, kaki dan seluruh anggota tubuh dari segala perbuatan dosa dan maksiat.Adapun puasa khawwash al-khawwash adalah puasa yang tidak lagi sekedar puasa fisik, melainkan puasa hati, dengan cara mengendalikan qalbu dari segala nafsu dan pikiran duniawi.

Bagi orang-orang khawwash al-khawwash, dunia dipandang tidak lebih dari sekedar tempat berbuat baik atau beramal shalih, sementara segala ibadahnya tertuju pada keridhaan Allah SWT.Lebih jauh, Imam Ghazali menegaskan bahwa capaian puasa khawwash al-khawwash hanya dimiliki para nabi, rasul, shiddiqun dan muqarrabin.

Para shiddiqun dan muqarrabin adalah hamba-hamba yang memiliki kedekatan khusus dengan Allah seperti para wali. Level penghambaan mereka begitu tinggi, sehingga menempatnya sangat dekat dengan Sang Pencipta.Setiap sikap, tindakan, dan seluruh ibadah yang dilakukannya tidak lain kecuali untuk keridhaan Sang Khalik.

Tanpa bermaksud pesimis atas mimpi mencapai puasa khawwash al-khawwash, bercita untuk mencapai puasa khawwash pun bukanlah harapan yang rendah. Sebab, puasa khawwash adalah puasa orang-orang sholeh.Bagaimana caranya agar kita mampu mencapai level puasa khawwash? Imam Ghazali menguraikan enam amalan orang-orang sholeh yang dapat ditiru guna mencapai puasa khawwash.

Pertama, menjaga pandangan dari segala sesuatu yang tercela dan munkar, serta dari segala sesuatu yang dapat memalingkan perhatian dari mengingat atau dzikir kepada Allah.Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Imam al-Hakim, Nabi bersabda, Siapa saja yang menjaga pandangannya karena takut kepada Allah, niscaya Allah akan menganugerahkan keimaman yang dipatrikan dalam qalbunya.

Jadi, menjaga pandangan dari sesuatu yang dapat mengganggu konsentrasi dari mengingatkan Allah saat berpuasa menjadi kunci dalam menjaga puasa.Kedua, menjaga lidah dari perkataan sia-sia, berdusta, mengumpat, memfitnah, perkataan kotor dan keji, menghina dan menyampaikan ucapan yang penuh kebencian.

Jangankan berkata kotor, fitnah, atau berdusta, berkata sia-sia pun tidak diperkenankan jika level puasanya hendak mencapai puasa khawwash.Atas alasan itu, bagi orang berpuasa, dianjurkan untuk lebih banyak diam bila mana pembicaraannya akan menjurus pada perkataan sia-sia, berdusta, memfitnah, mengumpat ataupun berkata kotor.

Salah satu cara menjaga sikap ini adalah dengan memperbanyak membaca Alquran, mengkaji Alquran atau menyibukkan diri dengan dzikir kepada Allah.Ketiga, menjaga pendengaran dari mendengar segala sesuatu yang dilarang atau diharamkan.

Setiap perkataan yang dilarang untuk diucapkan, seperti berbohong, fitnah, mengumpat dan lain sebagainya, juga merupakan perkataan yang dilarang untuk mendengarnya.Termasuk dalam perbuatan ini adalah tindakan orang yang berdiam diri untuk ikut mendengarkan umpatan seseorang terhadap orang lain.

Editor : Eriandi
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini