Pengembangan MP-CPBL pada Mata Kuliah Motor Bensin Pendidikan Vokasi Teknik Otomotif

×

Pengembangan MP-CPBL pada Mata Kuliah Motor Bensin Pendidikan Vokasi Teknik Otomotif

Bagikan berita
Pengembangan MP-CPBL pada Mata Kuliah Motor Bensin Pendidikan Vokasi Teknik Otomotif
Pengembangan MP-CPBL pada Mata Kuliah Motor Bensin Pendidikan Vokasi Teknik Otomotif

oleh Dr. Bahrul Amin S.T., M.Pd. /Mahasiswa Program Doktor PTK UNPPendidikan vokasi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memainkan peran yang sangat strategis bagi terwujudnya tenaga kerja yang terampil dan berkarakter. Dari berbagai kajian bahwa peluang untuk memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan dari suatu negara akan semakin besar jika didukung oleh SDM yang memiliki: (1) pengetahuan dan kemampuan dasar untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan dinamika pembangunan yang tengah berlangsung; (2) karakter yang unggul, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (3) jenjang pendidikan yang semakin tinggi; (4) keterampilan keahlian yang berlatarbelakang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek); dan (5) kemampuan untuk menghasilkan produk-produk yang unggul, baik dari kualitas maupun harga, mampu bersaing dengan produk-produk lainnya di pasar global. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi staf pengajar melalui latihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun hingga saat ini mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti (Suyanto, 2006).

Sementara itu, beberapa permasalahan telah dapat diidentifikasi dalam penyelenggaraan Pendidikan Vokasi di antaranya adalah: 1) Masih rendahnya partisipasi masyarakat untuk membiayai pendidikan, terutama di bidang vokasi, okupasi bahkan saat ini terjadi kemerosotan peminat di bidang keteknikan atau vokasi, 2) Tingginya prosentase lulusan bidang keteknikan dan vokasi yang belum mendapat kerja, 3) Penyelenggaraan pendidikan program vokasi membutuhkan biaya yang tinggi dibandingkan dengan pendidikan program ilmu sosial,4) kurikulum yang dipakai kurang mempunyai tingkat keluwesan dan terlalu terstruktur sehingga kurang peka terhadap tuntutan kebutuhan lapangan kerja secara luas dan kurang berorientasi ke pasar kerja, dan 5) Pendidikan Vokasi dan pendidikan lainnya mengalami penurunan kualitas dan kuantitas. (Suyanto, 2006).Di lain pihak, otoritas pendidikan melihat permasalahan dalam penyelenggaraan pendidikan teknologi dan vokasi dari dua sisi, yaitu: Pada sisi permintaan, kalangan industri menyatakan bahwa kualifikasi para lulusan belum sesuai dengan harapan dunia usaha/dunia industri, baik dalam penguasaan hard skill (keterampilan), soft skill (etos kerja dan kemandirian), maupun communication skill yang dibutuhkan guna mengantisipasi perkembangan teknologi. Singkatnya, dibutuhkan pekerja yang terampil dan bersikap baik (produktif dan tahan banting). Pada sisi penawaran, institusi dihadapkan pada keterbatasan sumber daya (sarana, SDM, finansial) dan rendahnya keterlibatan dunia usaha/dunia industri sebagai pengguna lulusan dalam pengembangan Sekolah Vokasi, sehingga terjadi kesenjangan informasi tentang tuntutan industri.

Usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satu peran nyata yang dapat dilakukan adalah memfasilitasi sumber daya manusia untuk memiliki keterampilan dalam melakukan perbaikan proses pembelajaran yang ada.Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Prof Ganefri, Ph.D pada pertemuan TVET tanggal 6 November 2020 menyatakan “There are two things that need to be considered for the provision of vocational education in the current millenial era. First, we must adapt our curriculum to the need of industry to day and technological advances. Second, develop learning method using project besed learning model, problem based learning model, production based learning or teaching factory. (Ganefri, TVET, 2020).

Model Pembelajaran Competency Problem Based Learning (MP-CPBL) merupakan suatu model pembelajaran yang dihasilkan dari pengembangan model-model pembelajaran vokasi yaitu model pembelajaran Competency Based Trainning (CBT) dan Problem Based Learning ( PBL) . Kebaruan dari MP-CPBL adalah :MP-CPBL merupakan model pembelajaran dengan konstruksi Sintak yang baru, yang dikembangkan bertitik tolak dari model CBT dan model PBL. Model ini mampu mensinergikan antara kekuatan model CBT dengan keunggulan model PBL.

MP-CPBL merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatan ketiga domain kompetensi yaitu yaitu kognetif, Psikomotor, dan domain AffektifMP-CPBL mampu mengintegrasikan pembelajaran teori dengan praktek dalam satu kesatuan sistem pembelajaran. Model ini merupakan terobosan pembelajaran di Jurusan Teknik Otomotif FT UNP Padang. Selama ini pembelajaran antara teori dengan praktek dilakukan dengan SKS yang terpisah, tempat dan waktu pembelajaran yang terpisah, dan kadang dengan dosen yang berbeda. Akibatnya antara pembelajaran teori dengan praktek sering sekali tidak ada kesinambungan.

Melalui pembelajaran MP-CPBL memfasilitasi mahasiswa belajar mandiri untuk mengembangkan potensi intelektualnya semaksimal mungkin dengan bimbingan dan arahan Dosen yang seminimal mungkin.Pengembangan model Competency Problem Based Learning (MP-CPBL) melalui proses rancangan prosedur Borg & Gall yang terdiri dari lima tahap yaitu : 1) Tahap Penelitian Pendahuluan, 2) Tahap Merancang Dan Mengembangkan Produk, 3) Tahap Validasi Ahli dan Revisi, 4) Tahap Pengujian Model dan Evaluasi (Ujicoba Lapangan dan Evaluasi), 5) Tahap Model Akhir Laporan Hasil/ Disertasi. Sistem sosial dalam pelaksanaan MP-CPBL ini adalah dosen berperan sebagai manager, fasilitator dan motivator, adanya proses kerjasama saling membantu dalam memahami konsep-konsep materi oleh mahasiswa, dan sikap tanggung jawab individual mahasiswa.

Tahapan atau Langkah-langkah Pembelajaran (syntax) Model Competency Problem Based Learning (MP-CPBL) pada mata kuliah Motor Bensin terdiri dari 9 langkah yaitu (1) Perkenalan dan Review, (2) identifikasi masalah, (3) memahami masalah, (4) mengumpulkan dan membagi informasi, (5) Merencanakan Pelatihan, (6) mengembangkan materi pelatihan, (7) melaksanakan pelatihan, (8) menyajikan hasil pelatihan , (9) mengevaluasi hasil pelatihan.Model Competency Problem Based Learning (MP-CPBL) ini dilengkapi dengan buku model Pembelajaran Motor Bensin, buku modul motor bensin, buku panduan kerja Dosen dan buku panduan kerja Mahasiswa yang dapat membantu meningkatkan penguasaan hard skill (keterampilan), soft skill (etos kerja dan kemandirian), maupun communication skill pada mahasiswa. Pengembangan model ini di dasari dari permintaan industry terhadap pekerja yang terampil dan bersikap baik (produktif dan tahan banting).

Dalam rangka meningkatkan penguasaan hard skill (keterampilan), soft skill (etos kerja dan kemandirian), maupun communication skill pada mahasiswa perlu dilakukan pembelajaran yang nyata (kontektual) di lapangan.Menurut Johnson (2009:14) bahwa pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa mahasiswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. Filosofi adalah apa yang diyakini sebagai suatu pandangan hidup yang dianggap benar dan baik, serta dapat diterima secara umum oleh orang banyak. Menurut Miller (Strom,1996). Filosofi dibangun oleh pengetahuan manusia sedikit demi sedikit,yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.

Selanjutnya dijelaskan menurut cara pandang teori konstruktivisisme bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dilapangan. Artinya mahasiswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di masyarakat. Teori belajar konstruktivisme ini bertitik tolak pada teori pembelajaran Behaviorisme yang didukung oleh Skinner yang mementingkan perubahan tingkah laku pada mahasiswa. Pembelajaran dianggap berlaku apabila terdapat perubahan tingkah laku kepada mahasiswa, contohnya dari tidak tahu menjadi tahu (Howard et al., 2000).Implementasi pengembangan Model Competency Problem Based Learning (MP-CPBL)

Sintak model pembelajaran CPBL dan Buku Model CPBL pada Mata Kuliah Motor Bensin telah dilakukan validasi konstruk dengan Analisis Faktor Konfirmasi (CFA), dengan nilai rata-rata dikategorikan memenuhi kriteria goodness-of-fit models, sehingga validitas konstruknya diklasifikasikan fit atau valid. Dengan demikian Buku Model CPBL, Sintak Model CPBL dan inidikator yang dikembangkan dapat menggambarkan terkait dengan masing-masing sintak.Menghasilkan sebuah Model Pembelajaran Motor Bensin Berbasis Competency Problem Based Learning (CPBL) yang valid, praktis dan efektif guna mendukung proses pembelajaran Motor Bensin. Pengembangan MP-CPBL pada tahap uji validitas, praktikalitas dan efektivitas memperlihatkan bahwa keempat produk yaitu : Buku Model Motor Bensin, buku Modul pembelajaran Motor Bensin, Buku Panduan Kerja Dosen (PKD), dan Buku Panduan Kerja Mahasiswa (PKM) menunjukan bahwa keempat produk tersebut telah memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan dan keefektifan.

Editor : Eriandi
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini