Jangan Pernah Remehkan Covid-19, Sesak Nafas Dibuatnya

×

Jangan Pernah Remehkan Covid-19, Sesak Nafas Dibuatnya

Bagikan berita
Foto Jangan Pernah Remehkan Covid-19, Sesak Nafas Dibuatnya
Foto Jangan Pernah Remehkan Covid-19, Sesak Nafas Dibuatnya

Sesuai protokol kesehatan, selama dalam karantina, Idham dan keluarganya harus disiplin. Yaitu dalam memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak.  Setiap keluar kamar, Idham selalu memakai masker dan cuci tangan. Keluar untuk mengambil makanan dan minuman di dapur. Diambil sendiri dan dibawa ke teras belakang. Di belakang rumah itulah dia makan. Kalau ingin tambah, cuci tangan lagi sebelum mengambil nasi dan lauknya.Setelah makan, dia harus cuci sendiri peralatan makannya. Dicuci dan ditarok kembali ke tempatnya. Begitu pula dengan pakaian, habis mandi, dia harus pula mencuci baju dan celana. Dia jemur dan setelah kering diangkat dan dibawa ke kamar.

Sesuai anjuran dokter, setiap pukul depalan pagi, Idham selalu berjemur dibawa terik matahri. Dia berjemur sambil berolahraga di lantai dua, atap rumah. Olahraganya kadang senam maumere dan aerobik, yaitu dengan mengikuti Youtube.Setelah satu jam, istirahat dan bila badan sudah terasa dingin, mandi. Habis mandi, istirahat. Itulah aktivitas yang dia jalani selama kurang lebih dua minggu tersebut.

Puncak penderitaan yang dirasakan Idham terjadi pada Minggu pagi, dimana tidak hanya penciumannya yang hilang. Tetapi hidungnya pun terasa tebal dan bebal. Seakan ada lapisan karet didalamnya dan, itu membuat nafasnya sesak.Mengingat pasien Covid-19 tidak boleh stres, Idham lalu berusaha mengalihkan dan memotivasi pikirannya. Dia buka internet dan, setelah itu dia makanlah satu butir obat anti biotik radang selaput yang diberikan dokter. Tadinya tak ada penjelasan terkait obat ari pihak rumah sakit tersebut.

Setelah tertidur sebentar, Idham terbangun dengan kondisi dada terasa panas, seluruh badan terasa gatal dan tampak memerah. Ya, seperti alergi. Merasa tidak cocok, obat-obat itupun dia buang. Karena kondisi tubuhnya masih belum pulih, hasil swabnya yang kedua, yaitu setelah tujuh hari dikarantina, hasilnya masih positif.

Ihdam tetap optimis bahwa virus corona itu bisa dilawan dengan meningkatkan imun tubuh. Dengan semangatnya, dia terus mengkosumsi vitamin dan meminum air rebusan jahe merah. Diminum pada saat lagi hangat.Lima hari kemudian, sekitar hari Rabu, Idham merasakan adanya perubahan. Badannya terasa lebih nyaman dan hidungnya pun bisa mencium kembali aroma nasi goreng yang ada dapur dari kamarnya. "Alhamdullilah, sejak Rabu itu saya merasa sangat sehat," katanya.

Tiga minggu, 21 hari. Ibarat ayam mengerami telur, sudah menetas pula telurnya. Lama kan? Benar-benar menjenuhkan. Makanya, begitu petugas Puskesmas yang mengabarkan bahwa dua kali swabnya yang terakhir, hasilnya negatif, dia betul-betul merasa sangat lega. "Ya, Informasi itu bagaikan Proklamasi Kemerdekaan Bagi buat saya," ujarnya.Selama 'mengkarangkeng' diri secara mandiri di rumah, berbagai yang dirasakan. Virus corona disease (Covid-19) itu ternyata benar-benar adanya. Virus corona itu menyakitkan dada. Sesak nafas dibuatnya. Penciuman hilang. Hilang bauh, hilang pula selera makan.

Idham Setiawan berharap, mata rantai penyebaran virus corona ini bisa segera diputus. Untuk itu dia mengajak semua masyarakat agar mengikuti protokol kesehatan. "Jangan anggap remeh virus corona. Virus itu sangat berbahaya," katanya. (darmansyah)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini