Mau Shalat di Masjidil Haram? Datanglah Dua Jam Lebih Awal

×

Mau Shalat di Masjidil Haram? Datanglah Dua Jam Lebih Awal

Bagikan berita
Foto Mau Shalat di Masjidil Haram? Datanglah Dua Jam Lebih Awal
Foto Mau Shalat di Masjidil Haram? Datanglah Dua Jam Lebih Awal

Kemana berdua saja, mencuci bagai berdua juga. Pakaian suami dicucikan. Di hotel tersedia banyak mesin cuci dan ampaian kain berjejer panjang.Rumah tangga yang "pindah" ke Saudi itu, ternyata sebuah keniscayaan belaka. Namanya saja naik haji, dalam kerumunan massa yang hebat maka bersama pasangan adalah pilihan terbaik. Maka di Masjidil Haram, dibuatlah titik bertemu. Di pintu nomor sekian, di dekat WC nomor sekian, di depan Zamzam Tower dan sebagainya.

Suami tiap sebentar mengetuk pintu kamar istri. Istri pun mantun. Ada-ada saja keperluannya. Semua begitu. Yang sendirian? Karena dari awal mandiri maka mereka biasa-biasa saja.Sekda Padang

Saya juga biati melihat mereka yang setiap waktu ke Masjidil Haram. Salah satunya sekda Padang Asnel. Pejabat yang satu ini, pantang berputik waktu shalat dibuatnya. Ia sigap ke masjid. Menurut catatan saya: shalat lima waktunya selalu di Masjidil Haram, entah kalau saya salah catat. Ia segeh-segeh saja. Riang. Memang bak pepatah China, " hati yang riang adalah obat."Pak Sekda ini, seperti tak mengenal lelah. Di sini terbukti, ia disiplin waktu, keras pada diri sendiri dan memberi contoh. Setiap saya sapa, ia tersenyum dan menyapa lebih lantang lagi. Selesai dari masjid ia masuk kamar istirahat dan bila waktunya tiba, Asnel berangkat lagi ke Baitullah. Bersama atau sendiri. Selalu membawa tas merah dari KBIH. Sering pergi bersama istri. Jika istrinya capek ia cigin sendirian.

Di Haram, ia tawaf dua kali sehari, minimal sekali. Umrah sunat sudah tiga kali. Tak ada kawan-kawan satu kloter yang bisa mengerjakan hal semacam ini karena capek. Dia tak capek-capeknya."Menjelang saya pensiun, mudah-mudahan saya sehat selalu," kata dia yang baru mancogok dari kamarnya Selasa (7/8) pukuk 06.30. Ia berkain ihram.

"Mau umrah," kata dia. Kamar kami berdekatan di lantai satu Alkiswah.Beruntung orangtua punya anak, beruntung anak punya orangtua dan beruntung istri punya suami. Beruntunglah keluarganya. Bahkan ia pernah shalat di Masjidil Haram di belakang imam.

Ke Masjidil Haram bukan perkara mudah. Jauh dan capek. Maka mereka yang panek, shalat saja di lantai dasar hotel. Berjemaah, imamnya lintas provinsi. Juga di masjid-masjid terdekat. Masjid terdekat itupun jika mau dapat tempat, datanglah 40 menit sebelum waktu masuk. Di Makkah sekarang, semua masjid penuh sesak. Luar biasa. Umat Islam lintas bangsa. Tak ada Islam Turki, Afganistan, China, Nigeria dan Indonesia. Tak ada kulit putih, coklat atau hitam legam. Hanya satu: Islam. Bacaannya sama, shalatnya sama, kiblatnya sama dan senyumnya tulus, setulus senyum petani seusai panen. Setulus senyum nelayan dari laut kala subuh. (*)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini