Namun, jika Bulog dapat mengelola kebijakan ini dengan baik, justru mereka akan memegang kendali penuh atas pasokan beras nasional. Ini bisa menjadi langkah besar menuju kedaulatan pangan, asalkan diikuti dengan investasi infrastruktur pascapanen yang serius.
Satu aspek yang sering terlupakan dalam perdebatan harga gabah adalah biaya produksi. Harga gabah naik, tetapi jika ongkos tanam masih tinggi, petani tetap saja ngos-ngosan. Tata niaga pupuk yang berantakan, harga pupuk kimia yang mahal, dan tanah yang semakin rusak akibat pemakaian pupuk sintetis berlebihan harus dibenahi.
Coba bayangkan skenario ini: pemerintah bukan hanya menjamin harga gabah, tetapi juga mendorong petani untuk secara bertahap beralih ke pupuk organik alami dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Dengan demikian, biaya produksi turun drastis, tanah semakin subur, dan dalam beberapa tahun ke depan, produktivitas padi bisa meningkat pesat tanpa merusak ekosistem.
Beberapa negara telah membuktikan bahwa disiplin dalam menerapkan pupuk alami dan sistem pertanian organik dapat meningkatkan produksi pangan secara berkelanjutan. Salah satu contoh paling menonjol adalah Sikkim, India, yang sejak 2016 menjadi negara bagian pertama di dunia yang sepenuhnya mengadopsi pertanian organik.
Dengan mengganti pupuk kimia dengan kompos alami dan biofertilizer, petani di Sikkim berhasil meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan pada impor pupuk. Hasilnya, produksi pertanian tetap stabil, sementara lingkungan tetap terjaga dari pencemaran akibat bahan kimia sintetis.
Sri Lanka juga pernah mencoba kebijakan serupa dengan melarang total pupuk kimia pada 2021. Namun, tanpa perencanaan matang, kebijakan ini justru menyebabkan penurunan drastis produksi padi dan krisis pangan. Ini menjadi pelajaran penting bahwa transisi ke pertanian organik harus dilakukan bertahap, dengan memberikan pendampingan, riset, serta insentif bagi petani.
Sebaliknya, di Jepang dan Korea Selatan, kombinasi pertanian organik dengan teknologi modern berhasil menjaga produksi beras tetap tinggi sambil mengurangi dampak lingkungan. Model keberhasilan mereka menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat, pupuk alami bisa menjadi kunci kedaulatan pangan jangka panjang.Jika strategi ini diterapkan dengan benar, kita tidak hanya berbicara tentang stabilitas harga gabah, tetapi juga tentang revolusi pertanian yang lebih berkelanjutan. Bukan hanya petani yang untung, tetapi juga generasi mendatang yang akan menikmati tanah subur dan pangan berkualitas.
Kebijakan satu harga gabah tanpa syarat kali ini jelas merupakan angin segar bagi petani, tetapi sekaligus menjadi tantangan bagi Bulog. Sementara itu, peran TNI dalam mengawasi tengkulak bisa menjadi faktor penentu keberhasilan kebijakan ini.
Namun, jika kita ingin memastikan keberlanjutan jangka panjang, maka reformasi tata niaga pupuk dan peralihan ke pertanian organik harus segera dipercepat. Dengan langkah-langkah yang tepat, bukan mustahil dalam waktu dekat, Indonesia benar-benar bisa mencapai swasembada pangan yang sesungguhnya —bukan sekadar wacana di atas kertas.