Kembali ia menegaskan, bahwa perusahaan platform (aplikator) bukan berkedudukan sebagai pemberi kerja, tetapi hanya memfasilitasi pertemuan antara yang membutuhkan jasa dan yang menyediakan jasa. Namun, terdapat persepsi yang keliru bahwa perusahaan platform menyediakan lapangan pekerjaan sehingga secara tidak langsung menimbulkan citra seolah-olah mereka adalah pemberi kerja.
Pendapat Yose Rizal sejalan dengan pandangan Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, bahwa kebijakan yang berkaitan dengan industri platform digital seharusnya tidak dilihat sebagai regulasi terhadap bisnis tersendiri, melainkan sebagai bagian dari ekosistem yang mendukung sektor lain, termasuk UMKM, pedagang pasar, warung kelontong, serta industri skala rumah tangga.
"Setiap kebijakan harus mempertimbangkan kepentingan utama para pemangku kepentingan - perusahaan aplikator, Mitra, konsumen, dan bisnis lain yang bergantung pada layanan platform digital. Jika tidak, regulasi ini berpotensi menghambat pertumbuhan digitalisasi nasional," ujarnya.
Begitu juga dengan wacana untuk menjadikan pekerja ekonomi informal (gig worker) menjadi karyawan tetap. Tentunya, diperlukan pendekatan yang lebih inklusif dan berimbang dalam penyusunan kebijakan terkait pekerja platform digital, serta perlu dilakukan perbandingan dengan pengalaman negara lain beserta dampaknya dalam membuat regulasi terkait pekerja ekonomi informal karena pasti berdampak pada fleksibilitas Mitra sendiri.
Sebagai contoh, ungkap Wijayanto, ketika regulasi mengharuskan mengubah Mitra platform menjadi karyawan tetap di berbagai negara, seperti Jenewa, Swiss, Spanyol, Inggris, Singapura dan Seattle, Amerika Serikat, jumlah Mitra turun hingga 67% di Jenewa, ribuan pekerjaan hilang, dan banyak yang tetap menganggur, serta biaya layanan naik, permintaan turun, dan pendapatan restoran serta pajak berkurang.
Wijayanto menambahkan, dampak negatif dari kebijakan yang terlalu kaku terhadap platform digital antara lain:1. Pengurangan Jumlah Mitra
Regulasi ketat membuat platform sulit beroperasi, mengurangi jumlah Mitra, dan berujung pada hilangnya pekerjaan bagi jutaan orang yang mengandalkan sektor ini sebagai sumber pendapatan utama.
2. Kenaikan Harga Layanan
Editor : Eriandi