Tikam Samurai II (5)

×

Tikam Samurai II (5)

Bagikan berita
Tikam Samurai II (5)
Tikam Samurai II (5)

Bagaimanapun kemahiran tempurnya, namun berkhayal dengan mengaku-ngaku berusia 87 tahun, merupakan masalah kejiwaan serius. Marinir Amerika harusnya tidak memakai orang yang sakit jiwa. Apalagi bila orang itu berasal dari negeri terbelakang bernama Indonesia.Masalah serius itulah yang dibawa Letnan Irine untuk dibicarakan kepada komandannya, Kapten Erry Falcon. Masalah ini mungkin takkan muncul, andainya sopir bernama si Bungsu itu tidak “melawan” perintah si letnan, agar “berbelok ke kiri”.

Kendati mereka terlepas dari maut akibat si sopir tidak menuruti perintah, namun “melawan perintah tetap saja melawan perintah”. Sesuatu yang amat terlarang dalam ketentaraan.Sebenarnya tidak masalah “melawan perintah” itu yang menjadi soal. Masalah sebenarnya adalah harga diri si letnan. Irine merasa tersinggung oleh sikap si sopir yang mencueki tiga kali perintahnya.

Tapi rasa tersinggung pribadi kan tak bisa  dijadikan alasan untuk menghukum seorang tentara. Nah, alasan yang tepat untuk menghukumnya, bahkan untuk memenjarakan atau jika perlu untuk memecatnya, adalah karena berbohong dalam riwayat hidup!Sebagai wakil komandan kompi, dia tidak hanya sekadar punya hak, tapi punya kewajiban, memeriksa jika ada yang berbohong di dalam pasukannya. Apalagi berbohong dalam riwayat hidup!

Orang seperti ini, tidak hanya harus dihukum. Tapi jika perlu dipecat. Namun terlebih dahulu, menurut aturan, harus disidang. Itulah yang dilakukan Irene, menemukan bukti untuk menyidangkan orang dari negeri terbelakang ini.Entah mengapa, dia merasa benar-benar tak suka pada sopir yang berasal dari Indonesia itu. Di sekolah dulu, di tingkat SMP dia tak pernah mendengar nama Indonesia diajarkan.

Di tingkat SMA dia mendengar selintas tentang Negara itu dalam hal negatif. Misalnya sebagai negara terbelakang pelanggar hak asasi manusia. (bersambung) 

 

Editor : Eriandi
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini