Saya Sampai Jogja, Merapi Meletus...

Foto Harian Singgalang
×

Saya Sampai Jogja, Merapi Meletus...

Bagikan opini

Inilah Jogja yang terbuat dari rindu itu. Saya tiba, Merapi meletus pula. Haha.. Tapi, tak apa, arahnya bukan ke sini dan kota tua di Jawa ini, tenang-tenang saja.Inilah Jogjakarta. Dari Jakarta ke sana terbang hanya satu jam, menuju kota naik mobil di jalan mulus, 90 menit. Naik kereta 40 menit harga Rp30 ribu tapi harus reservasi jauh-jauh hari dan penuh terus. Naik taksi Rp450 ribu.

Inilah Jogjakarta, rental innova 2022 harganya Rp1 juta dan gaji sopir dikasih bos Rp200 ribu/hari. Sekarang, Sabtu (11/3) cuacanya panas. Jalannya padat.Turun dari pesawat di Bandara Internasional Kulon Progo, saya naik mobil ke kota. Bandara ini berdiri di atas lahan seluas 600 hektar dan kabarnya menelan biaya pembangunan Rp9 triliun. Kalau uang Rp300 triliun milik orang pajak yang dibongkar PPATK dan Pak Mahfud MD, bisa membangun berapa bandara?

Terakhir saya ke sini ketika Covid-19 dan saya kena di kota ini. Kedua kena lagi saat HPN di Kendari setahun silam. Di pesawat semua pakai masker demikian juga di bandara, hal yang tak ditemukan lagi di Eropa.Mobil yang saya tumpangi melintas di stasiun Jogjakarta, tiba-tiba masuk postingan Ilham Bintang ke Grup WA Forum Pemred, tentanf Gunung Merapi Kembali Meletus. Ini, persis Gunung Kelud meletus, saya dan kawan-kawan waktu itu sampai di Jogja. Sekarang saya lega, sebab arahnya ke Magelang. "Aman Pak, arahnya ke Magelang," kata sopir yang membawa saya. Langit kota kerajaan ini saya lihat memang jernih.

Senja telah tiba, matahari bersinar lembut dan saya ajak Mas Sopir, Faiz mutar-mutar sekejap, sebelum masuk jadwal acara yang ketat.Ia membawa saya ke tengah kota, jalan satu arah, yang di Padang, susahnya minta ampun. Tak tahu, dibawa kemana saya. Ikut saja, namanya saja wisatawan sok tercengang-cengang. Tapi, saya ingat, mata pernah ditutup berjalan di bawah beringin seputaran alun-alun kota. Jika lurus jalannya maka mantap.

Jogja adalah kota sejarah. Saat jatuh ke tangan Belanda, pemerintan pindah ke Sumatera Barat, itulah PDRI 1948. Saat jadi anggota KNIP, Rasuna Said pernah bersidang di sini dan Bung Hatta berpidato.Sekarang kota ini berpenduduk 3,7 juta,jalanan padat, trotoar juga, apalagi pasar. Tapi, di sini biaya hidup murah. Yang susah mungkin masuk UGM.(*)

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini