Politik Sara'dasi

Foto Harian Singgalang
×

Politik Sara'dasi

Bagikan opini

Orang - orang tua Bugis Makassar zaman dulu punya "pappaseng", amanah,atau pesan agar anak cucunya mewaspadai "Sara'dasi".Sara'dasi, sebangsa hasutan, adu domba, tapi lebih ganas dari itu. Pasangan pengantin yang memiliki banyak kecocokan satu sama lain saja sehingga berikrar di depan penghulu (ijab kabul) mengikat tali perkawinan, bisa buyar karena terpapar Sara'dasi.

Di malam pertama ada penyusup yang lolos membisiki pengantin pria bahwa istrinya memiliki ekor. Sedangkan kepada mempelai wanita, dibisiki suaminya suka main lewat "belakang".Malam pertama bulan madu sejoli itu pun gaduh. Mempelai pria penasaran ingin membuktikan ekor di bokong istri.

Sebaliknya, sang istri ketakutan karena menemukan bukti nyata upaya keras sang suami "mengincar" bokongnya.Kisah pengantin menjadi metafora untuk memudahkan orang tua menggambarkan kedahsyatan Sara'dasi. Tidak ada malam pertama lagi. Esok hari pasangan itu malah mendatangi kantor KUA untuk bercerai.

SubversifDi masa Orde Baru, istilah dalam bahasa Bugis Makassar itu pernah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi "Subversi" atau Subversif.

Dalam KBBI, subversi / subversif adalah gerakan atau usaha atau rencana menjatuhkan kekuasaan yang sah dengan menggunakan cara di luar undang-undang.Kata subversi diambil alih dari kata 'hasutan' sebagai nama untuk pemberontakan yang dilakukan secara tersembunyi atau terselubung, walaupun konotasi dari dua kata agak berbeda.

Subversi dilakukan secara terbuka atau terang-terangan dengan menyatakan serangan kepada objek lembaga atau kekuasaan dasar hukum negara.Sementara hasutan lebih pada tindakan penghancuran target objek pada sasaran secara tersembunyi. Dalam peperangan Subversi adalah bagian penting dari propaganda.

Supaya mudah diterima anak cucu, maka orang-orang tua Bugis Makassar membuat metafora hubungan pernikahan yang sakral.Dalam tradisi Bugis Makassar zaman dulu, entah sekarang, masing - masing mempelai dikawal beberapa hari oleh orang kepercayaan keluarga sebelum dan beberapa hari setelah ijab kabul. Yang ditunjuk melaksanakan tugas itu orang sangat terpercaya. Istilahnya "Anrong Bunting" (Ibu pengantin).

Dalam konteks politik, kita kenal dengan nama Tim Sukses. Tugasnya, menjaga dan melayani segala kebutuhan mempelai termasuk menjaga pengamanannya.Sara'dasi memang kebanyakan dilakukan oleh orang terpercaya maka itu akibatnya sangat dahsyat.

Rasanya seperti itu yang terjadi pada peristiwa pecahnya koalisi antara Partai Demokrat dengan Partai Nasional Demokrat ( Nasdem). Koalisi itu pecah Kamis (31/8) lalu.Pihak PD yang meradang saat mengumumkan perpecahan, kebetulan menggunakan juga istilah hubungan calon pengantin untuk Anies Baswedan (yang diusung Nasdem sebagai Calon Presiden) dengan Agus Harimurti Yudhoyono ( yang diusung PD untuk Calon Wakil Presiden). Mereka rencana maju untuk Pilpres 2024.

Andaikata pihak Partai Demokrat menerima permohonan Anies sebelumnya untuk bertemu, kejadiannya bisa lain. AHY kemungkinan bisa menerima sebagian alasan Anies seperti yang kelak kita ketahui lewat acara "Blak-Blakan Anies - Cak Imin" di Mata Najwa.Acara yang dipandu wartawan senior Najwa Shihab tayang dua hari setelah deklarasi mereka sebagai pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden Koalisi Perubahan untuk Persatuan ( KPP) di Surabaya.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini