Deru lulintas di Jalinsum tak terdengar di dalam masjid ini. Saya sedang bersimpuh di tengah-tengahnya, menghadap migrab.Langit-langit putih cemerlang membuat suasana di ruangan tak pakai AC itu semakin jernih. Inilah masjid baru, namanya Masjid Agung Dharmasraya. Pokok masjid ini Rp123 miliar lebih. Di depan, ada taman yang luas, bunga dan pohon-pohonnya sedang tumbuh, tak lama lagi akan rindang.
Masjid ini kedua terbesar dan terbaik setelah Masjid Raya Sumbar. Terpaut sekitar 15 Km dari sungai Batanghari halaman depan bagi rumah rakyat di sana sejak ribuan tahun silam. Masjid bisa menampung 12.000 orang, 97 persen siap. Sisanya yang belum siap, payung seperti di Masjid Nabawi di sisi kiri belum dipasang karena datang. Di sisi timur akan dibuat Ka’bah tiruan untuk manasjik haji warga kabupaten itu. Sebentar lagi di sebelah timur juga, akan dibangun rumah gadang terbesar di Sumbar. Istano Basa saja kalah, mantun benarlah.Masjid ini, terletak di Nagari Gunung Medan, Sitiung, di tepi Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum), luas lahannya 67.194 meter. Dananya dari APBN Rp22 miliar, APBD Rp103 miliar. Masjid dua lantai ini dibangun dalam diam. Diam, bergerak tanpa henti dan jadi sejak 2019.
“Kami ingin pula Dharmasraya punya masjid rancak,”kata Bupati Dharmasraya Sutan Riska Taanku Kerajaan di masjid itu, Sabtu (20/8). Tatkala akan membangun masjid, Sutan Riska meminta para ulama dan pemuka memberikan masukan. Tatkala akan mencari arah kiblat, ulama dihadirkan lagi. Dicari bersama-sama. Ini hadiah pemerintah untuk kabupaten termuda itu.Bupati termuda itu, dengan dialek yang khas Dharmasaraya membuat para menteri “biati”, apalagi Presiden Jokowi. Ia terus terang saja kepada pemegang proyek dan pundi negara.
“Apa lagi?” Kata seorang menteri“Bangun jalan Pak, lalulintas padat, kan Lintas Sumatera.”
“Waduh, ya sudah, ada nih dana Rp 25 miliar,” kata sang menteri. Rengek Sutan Riska itulah yang menghasilkan dana pembangunan.“Jembatan Pak,” lain kali.
“Tahun depan saja ya.”“Sekarang Pak”“Ya sudah ya sudah.” Dapat lagi.Ia gampang saja minta dana pembangunan. Kesayangan Jokowi, Mendagri, Menteri PU, TNI Polri, dan berbagai pejabat pusat itu, kadang tempat mengadu pula oleh sejumlah bupati di Indonesia. Karena hal tersebut, gampang saja minta jalan tol. Sebentar lagi akan dibangun. Gampang pula meminta berbagai kebutuhan. Masjid ini didirikan di atas tanah negara, diminta saja kepada Presiden. Dapat.
Dan masjid itu, meniru gara orang bersujud. Dengan menara yang bagus. Tak berpintu. Terbuka saja siang dan malam. Dindingnya tembus karena dibuat dari cetakan-cetakan yang motifnya pun dimusyawarahkan dengan tokoh masyarakat.Masuk ke dalam masjid, tak ada tiang. Lega. Di depan Mihrab menjadi fokus dan titik api semua jemaah, di sana tertulis kalimah Allah. Ada 16 lengkungan dan satu bingkai persegi empat, genap 17 sebagaimana rakaat shalat wajib. Ada empat lengkungan kecil di mihrab, sebagai “tau jo nan ampek” Lurus di langit-langit teruntai kalimah Asmaul Husna.
Di bangunan masjid ada aula, ada kamar untuk ulama yang memberikan pengajian dan datang dari jauh. Air cukup, penerangan cukup, system sirkulasi angina sepertinya meniru Masjid Raya Sumbar, juga langit-langit.Koridor (piring-piring) di luar masjid lega untuk semua sisi-sisi. Di atas atap, ada empat kubah warna emas. Ini juga dimaksudnya sebagai lambang, ”tau di nan ampek.” Lalu di halaman depan dengan huruf sebear gaban yang mencolok ditulis, “ Masjid Agung Dharmasraya.” Di tamannya pohn-pohon telah ditanam, menunggu tumbuh daunnya makin lebat. Ada tmbuhan hias yang tinggi yang baru dipindahkan, ke sana yang harganya mencapai Rp 30 juta. Di sana juga dibangun jalan bagi remaja yang ingin bersantai sembari menunggu waktu shalat masuk. Ada bangku-bangku dari kayu berkaki besi yang kokoh. Di taman itu lampu hias dipasag dengan jarak yang sama. Jika malam, memenedarkan cahaya yang sejuk.
Saya masih bersimpuh di masjid ini, memandang ke depan. Lalu bangkit melihat ke sekeliling. Di luar beberapa warga terlihat berfoto di taman. Rombongan direksi PT Semen Padang, masih berbincang dengan bupati Sutan Riska. Dirut Asri Mukhtar dan direksi Oktoweri, Indrieffouny Indra, Sekper Iskandar Lubis dan Humas Nur Anita Rahmawati, memang sengja mengunjungi Bupati Sutan Riska yang sedang sibuk dengan Festival Pamalayu. Semen Padang ikut berpartisipasi dalam acara itu.Rombongan mengitari masjid, yang lapangan parkirnya luas. Masjid ini menjadi menarik, karena terluas dan termegah kedua di Sumbar itu dan karena dibangun dengan gaya modern. Di kawasan ini banyak masjid, salah satunya Masjid Tuo Siguntur, dekat Sungai Dareh, yang berusia lebih 100 tahun, dibangun di zaman madya dengan atap masjid bertingkat dalam jumlah ganjil.