Meninjau Peluang Bundo Kanduang Memimpin Sumbar

Foto Harian Singgalang
×

Meninjau Peluang Bundo Kanduang Memimpin Sumbar

Bagikan opini

Bundo Kanduang di Sumatera Barat memiliki peran yang sagat penting. Jika kaum feminisme mengkampanyekan kepemilikan properti kepada perempuan, di Minangkabau, sejak zaman dahulu properti melekat pada diri perempuan. Sejak zaman dahulu perempuan Minangkabau telah mengambil peran dalam kehidupan sosial masyarakat. Sebut saja, Siti Manggopoh yang sukses melawan penjajah Belanda. Ada Rasuna Saad, juga berjuang melawan penjajah hingga dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan dan namanya diabadikan sebagai nama jalan di berbagai daerah. Ada Rohana Kudus, pendiri sekolah kerajinan Amai Setia.Limpapeh rumah nan gadang, sumarak dalam nagari, hiasan dalam kampuang, umbun puro, pegangan kunci, artinya, Bundo Kanduang merupakan penerus keturunan, pewaris harta kekayaan dan terlibat dalam musyawarah dalam nagari. Luar biasa peran perempuan dalam Minangkabau. Walau saat ini ada anggota DPD asal Sumatera Barat, Emma Yohana, ada anggota DPR, Nevi Zuraina, Lisda Hendrajoni dan Athari Gauthi, tampaknya istiah di atas masih belum sepenuhnya diperankan perempuan Minangkabau dalam peran politik sebagai kepala daerah.

Camat, lurah dan walinagari sudah dipimpin oleh perempuan. Tetapi Sumatera Barat belum memiliki sejarah kepala daerah tingkat provinsi, kota/kabupaten adalah perempuan. Padahal daerah lain yang memiliki kultur budaya yang mirip dengan Sumbar telah memiliki kepala daerah perempuan, misalnya Aceh dan Banten.Emma Yohana yang pernah mencalonkan diri menjadi Wali Kota Padang tahun 2013 diganjal isu perempuan tidak bisa menjadi imam. Jika kecamatan, kelurahan, nagari , bisa dipimpin perempuan dan tidak ada perdebatan diantara Tigo Tungku Sajarangan, mestinya untuk Provinsi, Kota/Kebupaten tidak ada masalah juga perempuan menjadi pemimpinnya. Tapi kenyataanya, saat Emma Yohana mencalonkan diri, terjadi perdebatan sengit mengenai isu imam ini. Entah karena masih trauma dengan isu perempuan tidak bisa menjadi imam, atau karena kaderasisasi perempuan di parpol tidak berjalan baik, pada pilkada serentak 2019 kemaren tidak ada satupun calon kepala daerah maupun wakilnya yang mengusung perempuan. Padahal sebagai daerah yang menganut sistem matrilinear, perempuan di Sumatera Barat memiliki peluang yang besar menginggat perannya di masyarakat diakomodir adat dengan sangat luas, yaitu Limpapeh rumah nan gadang, sumarak dalam nigari, hiasan dalam kampuang, umbun puro, pegangan kunci.

Pesta demokrasi 2024 menjadi tantangan sekaligus kesempatan bagi perempuan di Sumatera Barat untuk tampil kembali. Ada beberapa hal yang bisa mengantarkan perempuan menjadi pemangku jabatan eksekutif:

  1. Anggota DPD dan DPR perempuan yang saat ini duduk di Senayan mampu memberikan inspirasi dan berprestasi memajukan daerah pemilihannya. Sehingga mereka bisa dijadikan contoh bahwa memang perempuan memiliki kempetensi politik dan mampu menyuarakan aspirasi masyarakat.
  2. Masyarakat memilikipolitical educationbahwa,laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama dalam politik. Perempuanmemiliki hak dan kewajiban yang sama untuk memilih dan dipilih.
  3. Perempuan memiliki kamatangan dalam kompetensinya sebagai istri dan ibu. Jangan alih-alih ingin mengurusi publik, urusan domestik belum tertangani dengan baik. Jika urusan domestik telah berjalan dengan baik, maka kegiatan publik akan dapat dilalui dengna baik juga.
  4. Perempuan perlu mengambil peran yang lebih besar lagi di masyarakat sehingga memiliki rekam jejak pengabdian kepada masyarakat sebagai modal dasar memimpin. Sehingga tidak lahir pemimpin karbitan yang terpilih hanya karena banyaknya uang, atau karena kekerabatan.
  5. Kaderisasi yang simultan dari partai politik. Tidak dapat dipungkiri pemimpin lahir dari rahim partai politik. Selama ini parpol di Sumatera Barat tampakya masih setengah hati memberikan kesempatan kepada perempuan untuk mengambil peran yang jauh lebih besar lagi dalam kancah politik khususnya pada level eksekutif.
  6. Dukungan kaum perempuan itu sendiri. Jika perempuan mendapatkan dukungan dari kaumnya sendiri maka potensi duduknya perempuan sebagai kepala daerah akan jauh lebih besar.
  7. Perempuan biasanya Perempuan memiliki sifat keibuan, mengayomi, mendidik. Perempuan biasanya juga lebih teliti dan detail. Sifat ini membawa keuntungan bagi pemimpin perempuan dalam menjalankan roda kepemimpinannya.

Walau ranah politik keras, tetapi Bundo Kanduang tetap memiliki peluang yang besar menjadi kepala daerah. Kehadiran perempuan dalam kepemimpinan di Sumatera Barat diharapkan dapat menurunkan tensi politik yang keras dan menjadi adventage dalam masyarakat. Tetapi kita tidak bisa menutup mata, pemimpin perempuan tidak steril dari korupsi. Ini menjadi tantangan besar bagi perempuan. Mari kita lihat 2024 nanti….(*)

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini