Sumatera Barat (Sumbar) memiliki tradisi panjang dalam melahirkan pemimpin berkarakter kuat dan berintegritas. Sumbar terus melahirkan sosok pemimpin muda yang membawa angin segar dalam pemerintahan.
Salah satunya adalah Wakil Gubernur Sumatera Barat, Audy Joinaldy, Audy Joinaldy akan segera menyelesaikan amanahnya sebagai Wakil Gubernur Sumatera Barat pada Bulan Februari tahun 2025 ini.
Dengan latar belakang akademik yang kuat serta pengalaman di dunia bisnis dan agribisnis, Audy dikenal sebagai pemimpin yang cerdas, inovatif, dan dekat dengan masyarakat.
Dalam sebuah rapat staf terakhir yang ia pimpin bersama Gubernur Mahyeldi, pada Sabtu 1 Februari 2025, Audy menunjukkan sikap tegas dan penuh keteladanan. Saat banyak pihak berspekulasi tentang langkah politiknya ke depan, ia menegaskan bahwa jabatan bukanlah hal utama yang ia kejar.
"Bukan kehilangan jabatan yang membuat saya sedih. Pengalaman yang dilewati, persaudaraan, dan silaturahim itulah yang longlast," ungkapnya. Bahkan, ia mengaku justru merasa lega karena telah menuntaskan tanggung jawabnya dengan baik.
Audy juga menegaskan bahwa dirinya bangga tetap memegang komitmen yang telah ia buat sejak awal. "Saya bangga karena masih bisa menjaga komitmen saya. Kalau saya tidak berpasangan dengan Buya,saya tidak akan maju sebagai gubernur Sumbar. Jika ada Spanduk yang muncul itu hanya gimmick politik biar seru," ujarnya sambil tersenyum, merujuk pada berbagai spekulasi yang beredar.Bagi Audy, politik bukan sekadar soal jabatan atau kekuasaan, melainkan tentang menjaga kebersamaan dalam membangun daerah. "Saya tidak mau membuat perpecahan, Saya tidak mau memberi pelajaran politik yang buruk bagi generasi muda. Itu terlalu mahal. Ini bukan masalah jabatan, kekuasaan, atau uang—semua itu bisa diukur. Tapi kebanggan dan kekompakan membangun daerah ini, itu priceless," tegasnya.
Tak kalah menarik, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi—yang akrab disapa Buya—juga menegaskan bahwa hubungannya dengan Audy lebih dari sekadar kepentingan politik. "Saya dan Pak Audy tidak akan pernah berpisah. Mungkin di pemerintahan iya, tapi dalam banyak hal, kami tidak akan terpisahkan," ujar Buya dengan penuh keyakinan.
Seolah satu hati dalam dua raga, kedua pemimpin ini menunjukkan harmoni kepemimpinan yang langka dan patut dicontoh. Kekompakan dan saling percaya yang mereka bangun menjadi teladan dalam dunia politik yang sering kali diwarnai perpecahan.
"Pertemuan kami terjadi secara tidak sengaja, tetapi dari sana lahir hubungan yang menjadi sejarah baru dalam pemerintahan. Kita membangun Sumatera barat bersama dengan keikhlasan", ungkapnya.