Rasa merupakan salah satu elemen fundamental yang mempengaruhi pengalaman dan preferensi konsumen dalam menikmati makanan dan minuman. Pemahaman mendalam mengenai persepsi rasa dapat memberikan wawasan penting bagi industri kuliner dan pangan dalam merancang produk yang sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen. Penelitian sebuah riset bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana rasa dapat membentuk kepuasan konsumen, mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi rasa, serta menganalisis dampak dari pengalaman rasa terhadap perilaku pembelian dan loyalitas konsumen.
Kesalahan dalam pengiriman produk dapat mengganggu seluruh rantai pasok (supply chain) yang akan menimbulkan berbagai dampak negatif. Produk yang salah kirim atau rusak memaksa perusahaan untuk melakukan pengiriman ulang, yang mengakibatkan biaya tambahan dan penggunaan sumber daya yang tidak efisien. Selain itu, ketidakpuasan pelanggan akibat kesalahan ini dapat merusak reputasi perusahaan dan menurunkan loyalitas pelanggan, yang pada akhirnya mempengaruhi permintaan. Kesalahan pengiriman yang terjadi berulang kali, dapat menurunkan kinerja keseluruhan rantai pasok, memperlambat proses operasional, serta menciptakan ketidakseimbangan dalam persediaan dan perencanaan distribusi.
Generasi Milenial dan Generasi Z merupakan kelompok konsumen terbesar di masa depan, dengan preferensi unik yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya. Bagi kedua generasi ini, rasa memiliki peran penting sebagai salah satu tolok ukur utama dalam memilih makanan dan minuman. Mereka cenderung mengutamakan pengalaman sensorik dan autentisitas rasa yang tidak hanya memuaskan selera tetapi juga memberikan sensasi baru dan berbeda.
Generasi ini lebih terbuka terhadap eksplorasi rasa, termasuk mencoba varian rasa yang tidak konvensional atau bahkan kombinasi yang eksperimental. Pengaruh media sosial juga memperkuat kecenderungan ini, karena banyak dari mereka sering mencari pengalaman kuliner yang bisa dibagikan secara visual dan menarik perhatian. Selain itu, mereka lebih kritis terhadap kualitas bahan baku dan cara pengolahan, yang berkontribusi pada tuntutan akan produk dengan cita rasa asli, bebas bahan kimia, dan berkelanjutan.
Pemahaman mendalam mengenai preferensi rasa generasi ini sangat penting bagi industri makanan dan minuman. Perusahaan yang mampu berinovasi dan memenuhi ekspektasi rasa yang sesuai dengan nilai dan selera mereka akan memiliki peluang besar untuk membangun loyalitas serta memperkuat posisi di pasar yang kompetitif.
Indofood merupakan salah satu perusahaan makanan terbesar di Indonesia dengan lini produk yang beragam yang akan dijadikan contoh untuk memudahkan pemahaman terhadap teori marketing ini. Salah satu produknya yang paling ikonik, Indomie, telah menjadi makanan favorit masyarakat dari berbagai latar belakang. Namun, memenuhi preferensi rasa di setiap wilayah merupakan tantangan tersendiri bagi perusahaan mengingat keberagaman budaya dan cita rasa di Indonesia.
Untuk menjawab tantangan ini, salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah analisis pasar berbasis data pasif yang diperoleh melalui kemitraan strategis dengan Warunk Upnormal, jaringan kafe milik CRP Group. Warunk Upnormal menawarkan pengalaman kuliner yang populer di kalangan milenial dan Gen Z, dan memenuhi syarat sebagai sarana untuk mengumpulkan data preferensi konsumen di berbagai wilayah tanpa survei formal yang memakan biaya besar.
Pendekatan yang diterapkan dikenal sebagai customer experience research atau passive data collection through partnerships. Metode ini memungkinkan perusahaan mengamati perilaku konsumen secara alami tanpa intervensi langsung, sehingga data yang diperoleh lebih representatif terhadap preferensi konsumen dalam konteks kehidupan nyata mereka (Kotler & Keller, 2016). Strategi ini sering disebut sebagai market sensing atau embedded market research, di mana perusahaan memanfaatkan interaksi konsumen dengan produk dalam jaringan ritel atau restoran mitra untuk mendeteksi pola konsumsi.
Warunk Upnormal difungsikan sebagai jaringan distribusi yang strategis sebagai mitra untuk menjangkau generasi muda, khususnya milenial dan Gen Z, yang menyukai suasana kafe sambil menikmati berbagai kreasi Indomie. Melalui kemitraan ini, Indofood dapat mengamati preferensi rasa Indomie berdasarkan pesanan konsumen di setiap lokasi Upnormal. Beberapa tahapan utama yang mendukung pengumpulan data pasif melalui strategi ini:
1. Pengintegrasian Menu Indomie di Warunk Upnormal: Indofood mengizinkan Warunk Upnormal untuk menyajikan berbagai varian Indomie dengan penyajian yang kreatif. Hal ini memberi Indofood akses terhadap data penjualan Indomie yang dapat mencerminkan preferensi rasa di setiap daerah tanpa harus langsung melakukan survei.
2. Observasi Preferensi Rasa per Daerah: Melalui analisis data penjualan dari setiap cabang Upnormal, Indofood dapat mengidentifikasi pola preferensi di masing-masing wilayah. Misalnya, jika di suatu wilayah Indomie rasa rendang lebih populer dibandingkan rasa lain, Indofood dapat memperbanyak pasokan rasa tersebut untuk memenuhi permintaan.
3. Efisiensi Biaya dan Waktu dalam Riset Pasar: Metode ini lebih efisien daripada riset konvensional karena data dikumpulkan dari transaksi yang terjadi secara alami. Selain itu, pendekatan ini tidak mengganggu konsumen dengan survei atau kuesioner, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat dan relevan (Green & Tull, 2008).
Dampak pada Strategi Distribusi dan Rantai Pasok Indofood
Informasi yang dikumpulkan melalui kemitraan ini sangat membantu Indofood dalam perencanaan distribusi dan pengelolaan rantai pasok. Dengan mengetahui rasa yang paling diminati di setiap wilayah, Indofood dapat mengoptimalkan pengiriman produk sehingga lebih sesuai dengan preferensi lokal. Pendekatan ini sejalan dengan teori customer-centric supply chain management, yang menekankan pentingnya pemahaman terhadap kebutuhan pelanggan untuk meningkatkan efektivitas distribusi dan loyalitas konsumen (Christopher, 2016).
Jika data menunjukkan bahwa wilayah Jawa Barat (misalnya) lebih menyukai Indomie rasa soto, sementara di Sumatera lebih populer Indomie rasa kari, Indofood dapat menyesuaikan distribusi dengan menempatkan stok produk berdasarkan permintaan lokal. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi risiko kelebihan stok produk yang kurang diminati di suatu daerah, tetapi juga mempercepat perputaran produk di tingkat ritel.
Selain memahami preferensi konsumen untuk rasa yang sudah ada, Indofood juga dapat menggunakan Warunk Upnormal sebagai tempat uji coba varian rasa baru. Dengan memantau respons konsumen terhadap rasa baru di berbagai cabang Upnormal, Indofood dapat mengukur popularitas produk tersebut sebelum meluncurkannya di pasar yang lebih luas. Strategi ini memungkinkan Indofood untuk meminimalkan risiko saat mengembangkan produk baru, mengingat bahwa inovasi rasa yang sesuai dengan preferensi lokal dapat meningkatkan kesuksesan produk di pasar.
Pendekatan dengan teori ini menawarkan banyak keuntungan, namun tantangan yang harus dihadapi dalam mengoptimalkan strategi ini, di antaranya:
1. Persepsi Harga dan Kualitas di Warunk Upnormal: Beberapa konsumen menganggap harga di Warunk Upnormal relatif tinggi jika dibandingkan dengan warung atau kafe non-franchise. Persepsi ini bisa memengaruhi frekuensi kunjungan dan jumlah data yang dapat dikumpulkan.
2. Ketergantungan pada Data Pasif: Data pasif yang dikumpulkan tidak selalu mencakup seluruh preferensi pasar, karena data ini hanya mencerminkan konsumen yang mengunjungi Warunk Upnormal. Oleh karena itu, mungkin diperlukan data tambahan dari sumber lain untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif.
3. Kesulitan dalam Analisis Data Regional: Dengan beragamnya budaya dan preferensi rasa di Indonesia, perlu dilakukan analisis data secara mendalam dan tepat waktu untuk mengoptimalkan rantai pasok. Hal ini memerlukan teknologi analitik yang canggih serta tim yang berkompeten untuk menerjemahkan data menjadi wawasan yang dapat diterapkan dalam strategi distribusi.
Keberhasilan kemitraan antara Indofood dengan Warunk Apnormal dalam meneliti preferensi rasa konsumen merupakan contoh kolaborasi strategis antara produsen dan pelaku bisnis kuliner. Melalui kemitraan terbukti penelitian ini dapat mengidentifikasi prefrensi rasa yang lebih akurat dan spesifik berdasartkan daertah.
Kemitraan antara Indofood dan Warunk Upnormal mencerminkan strategi pemasaran berbasis data yang cerdas, di mana Indofood berhasil memanfaatkan data preferensi rasa konsumen untuk mengoptimalkan distribusi produk dan meningkatkan relevansi merek di setiap wilayah. Dengan pendekatan passive data collection through partnerships, Indofood tidak hanya mampu menyesuaikan produk dengan kebutuhan lokal tetapi juga dapat memperkuat loyalitas konsumen terhadap merek Indomie di seluruh Indonesia. Pendekatan ini memperlihatkan bagaimana perusahaan dapat mengumpulkan data yang akurat dengan biaya yang lebih rendah, serta memberikan wawasan berharga untuk pengembangan produk dan perencanaan bisnis di masa depan. (*)
Home
Opini
Analisis Pasar Berbasis Data Pasif Melalui Kemitraan: Studi Kasus Indofood dan Warunk Upnormal
Analisis Pasar Berbasis Data Pasif Melalui Kemitraan: Studi Kasus Indofood dan Warunk Upnormal
Peneliti dan Mahasiswa Doktoral Universitas Andalas Padang
Opini lainnya