Kunjungan Kerja dan Tamasya Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke Sumatera Barat

Foto Gusti Asnan
×

Kunjungan Kerja dan Tamasya Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke Sumatera Barat

Bagikan opini
Ilustrasi Kunjungan Kerja dan Tamasya Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke Sumatera Barat

Kunjungan kerja atau lawatan dinas adalah suatu kegiatan yang lazim dilakukan oleh pejabat atau aparat pemerintah. Aktivitas ini dilakukan sebagai bagian dari upaya mereka untuk melihat secara langsung keadaan sosial, politik, ekonomi, budaya, dan keamanan negeri. Di samping berkaitan dengan kegiatan dinas, kunjungan kerja juga sering dimanfaatkan oleh para pejabat dan aparat pemerintah untuk bertamasya alias jalan-jalan. Tidak jarang pula kegiatan itu juga dilakukan dengan membawa istri, anak dan anggota keluarga yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan dinas sang pejabat atau sang aparat pemerintah.

Kunjungan kerja atau lawatan dinas yang disertai oleh kegiatan jalan-jalan sesungguhnya telah dipraktikkan di Indonesia sejak masa penjajahan Belanda, dan marak dilakukan pada awal abad ke-20. Salah satu aspek yang melatarbelakangi praktik ini pada awal abad ke-20 adalah semakin baiknya infrastruktur transportasi, semakin bagusnya fasilitas penginapan, dan berkembangnya aktivitas wisata.

Dari berbagai sumber sejarah diketahui, bahwa ada banyak pejabat atau aparat pemerintah Belanda yang melakukan kunjungan kerja dan sekaligus bertamasya pada awal abad ke-20. Salah satu di antaranya adalah Jonkheer Mr. Alidius Warmoldus Lambertus Tjarda van Starkenborgh-Stachouwer.

Tjarda van Starkenborgh-Stachouwer adalah Gubernur Hindia Belanda yang menduduki jabatannya antara tanggal 6 September 1936 hingga 8 Maret 1942. Dengan kata lain, dia adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang menandatangani pernyataan kapitulasi negaranya pada Bala Tentara Jepang di Kalijati tahun 1942.

Baca juga: Menteri Baru

Sehubungan dengan kenyataan itu Starkenborgh-Stachouwer adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang terakhir mengunjungi Sumatera Barat.

Gouverneur-Generaal atau Landvoogd Starkenborgh-Stachouwer melakukan kunjungan kerja ke Sumatera Barat selama delapan hari, mulai tanggal 3 Oktober sampai dengan 10 Oktober 1938. Sang Gubernur Jenderal didampingi oleh istrinya Ch. Tjarda van Starkenborgh-Stachouwer, dua anak gadisnya F.T. Tjarda van Starkenborgh-Stachouwer dan C.J. Starkenborgh-Stachouwer, Menteri Sekretaris Negara (J.M. Kiveron), Kepala Urusan Rumah Tangga Gubernur Jenderal (Kapten Th. E.J. de Bie), Ajudan Gubernur Jenderal (Letnan Laut Kelas-1 W.F. van Vreeswijk), dan juga ikut seorang nona yang bernama C.M. de Villeneuve (sahabat anak sang Gubernur Jenderal).

Dalam perjalanan dari Batavia (via Bengkulu) Sang Gubernur Jenderal dan rombongan menggunakan kapal pemerintah yang bernama ‘Rigel’ dibawah pimpinan W.F. van Rooy dan dikawal oleh Kapal Perang Bermeriam yang bernama ‘Flores’ dengan komandan komandan Kapten Letnan Laut J.C.A. Scholte. Sedangkan perjalanan di daratan dilakukan dengan menggunakan kereta api dan juga mobil.

Sebagai sebuah lawatan dinas, sesuai dengan protokoler yang dirancang negara, maka kedatangan Gubernur Jenderal di suatu kota atau daerah disambut oleh Panitia Penyambutan (Commissie van Ontvangt). Panitia ini terdiri dari para pejabat tertinggi sipil dan militer dari pemerintahan Belanda (Europeche Bestuur) serta juga para pemimpin informal lainnya (para penghulu dan pejabat pribumi atau Inlandsche Bestuur) di kota atau daerah tersebut. Sedangkan sebagai tempat menginap, Gubernur Jenderal dan rombongan tinggal di rumah pejabat tertinggi atau penginapan lain di kota atau daerah yang dikunjungi.

Aktivitas formal (politik) yang dilakukan antara lain tur (konvoi) atau kirab kenegaraan keliling kota, audiensi dengan para pejabat sipil dan militer tingkat Keresidenan, Kota (Gemeente), dan Afdeeling. Pertemuan atau audiensi dengan tokoh-tokoh masyarakat bangsa Belanda, Indo, Timur Asing (dari kaum China dan India) serta pribumi. Aktivitas lain adalah kunjungan ke unit-unit usaha atau lembaga-lembaga yang langsung berhubungan dengan masyarakat banyak, serta pabrik atau pertambangan strategis nasional.

Tur (konvoi) atau kirab kenegaraan dilakukan di kota Padang. Tur keliling kota ini dilakukan dengan mengendarai mobil dan disaksikan oleh warga kota yang berbaris di pinggir jalan yang dilalui Sang Gubernur Jenderal dan rombongan.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini