Salah Ucap Berakibat Fatal

Foto Inoki Ulma Tiara
×

Salah Ucap Berakibat Fatal

Bagikan opini

Tanah Datar sedang menghadapi bencana, sebagai Bupati Tanah Datar, Eka Putra SE, MM menjadi panglima perangnya dengan segala daya upaya berusaha menanggulangi dampak bencana banjir bandang atau galodo. Eka Putra SE, MM telah berusaha untuk sesempurna mungkin mengatasinya baik secara sumber daya yang ada serta strategi penanggulan bencana galodo, namun Eka Putra bukanlah manusia sempurna, pasti memiliki kekurangan dan kealpaan. Salah satu kealpaan Eka Putra di rapat terbatas yang dipublikasikan ke publik oleh adalah persoalan berkata keras kepada sekretaris daerah Provinsi Sumatera Barat untuk mengingatkan tentang salah pengucapan sekretaris daerah yang mengucapkan wakil presiden yang seharusnya diucapkan presiden. Kealpaan Eka Putra memiliki beberapa alasan:

Pertama, Eka Putra sebagai lingkaran istana di saat Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden, bagi Eka Putra salah ucap dan salah prosedur dalam protokoler kepresidenan adalah kesalahan besar maka secara spontan Eka Putra mengingatkan dengan keras supaya menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo sempurna secara pengucapan dan keprotokoleran presiden. Kita kembali semasa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presiden, SBY menyampaikan (Nwk/nrl 2010) “Protokoler negara harus baik agar tak memalukan, kita juga bangga dalam acara kenegaraan, apabila berjalan dengan baik maka rakyat akan merasa senang. Kalau kita asal-asalan, ya terus terang embarassing. Kok kacau, nggak lazim,". Kekawatiran Eka Putra ditambah pengalaman pilpres 2024 salah ucap menjadi masalah besar dan fatal ketika berhubungan dengan pejabat atau acara formal. Seperti yang dilakukan oleh Gibran Rakabuming Raka salah ucap asam folat menjadi asam sulfat. Salah ucap Gibran membuat Gibran diejek, dihina, diolok-olok, dan difitnah sedemikian rupa dan menjadi topik berita nasional.

Kedua, dilakukan Eka Putra, adalah spontanitas ia melihat Sekretaris Daerah (Sekda) memulai rapat telat dan seolah-olah kurang serius memimpin jalannya rapat, padahal rapat tersebut rapat koordinasi persiapan kunjungan Presiden ke Sumbar. Sekda provinsi dalam kata sambutannya tidak menyebutkan penghormatan terhadap dua Jenderal dari Basarnas RI dan BNPB RI yang ikut serta dalam rapat tersebut, setelah diingatkan oleh Eka Putra baru disampaikan kata penghormatan untuk dua jenderal tersebut. Dua jendral sebelumnya bersama Eka Putra menanggulangi bencana banjir bandang. Rasa tidak nyaman dalam rapat koordinasi yang melahirkan sponitas Eka Putra bicara keras salah ucap sekda provinsi.

Ketiga, Eka Putra sudah berhari-hari turun ke lapangan melihat dan merasakan secara langsung situasi, kondisi, dan suasana kebatinan masyarakat yang mengalami bencana. Kedatangan presiden adalah momen penting untuk menyampaikan serta mendapatkan bantuan pemerintah pusat yang berkelanjutan untuk membangun Tanah Datar sesudah bencana banjir bandang. Harapan besar ini membuat Eka Putra memastikan sebuah hal yang berhubungan dengan kedatangan presiden RI tidak ada kesalahan. Jangan sampai kesalahan kecil salah ucap mempengaruhi presiden dan rombongannya melihat Tanah Datar, sehingga spontan mengkoreksi salah ucap sekretaris daerah dengan cara yang keras.

Disisi lain tulisan (Adam 2024) seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Provinsi Sumatera Barat menyebut langsung Eka Putra yang notabene adalah Bupati Tanah Datar dalam tulisannya “Tungkek Mambaok Rabah” adalah pernyataan yang tebang pilih karena menilai bicara keras terhadap sekretaris daerah provinsi. Karena O. Adams tidak berani menyebut nama bupati yang ia dijelaskan panjang lebar (Adam 2024)

“Beberapa kasus viral belakangan ini misalnya. Ketika seorang kepala daerah atau bupati yang menghujat gubernur menjadi heboh di dunia maya menjadi tontonan masyarakat. Sebagian besar netizen mencemooh, bahkan menjadi bahan tertawaan. Bagi saya ini menyedihkan. Bukan karena ingin membela gubernur, tapi sedih karena hal memalukan seperti itu, menjadi bahan candaan publik. Hal ini secara tidak kita sadari akan menggerus rasa kepercayaan publik pada seorang pemimpin atau kepala daerah.”

Berdasarkan berita koran cetak dan online dan video-video yang beredar di media sosial seperti (Perdana and Purba 2024), (Jon 2024), dan (TV 2024) asumsi bupati atau kepala daerah yang dimaksud oleh O Adams adalah Epyardi Asda

Melabeli Eka Putra dengan tungkek mambaok rabah kurang tepat secara konsep yang berarti panutanlah yang membawa musibah atau kehancuran. Ucapan keras Eka Putra terhadap Sekda Provinsi adalah masalah personal yang tidak akan membawa musibah atau kehancuran apa-apa. Oscar terlalu cepat menyimpulkan tungkek mambaok rabah, ketika disampaikan kepada Eka Putra bahwa cara mengingatkan Sekda Provinsi kurang tepat ketika salah ucap di rapat koordinasi, maka bupati Tanah Datar Eka Putra dengan jiwa besarnya menelepon langsung Sekda Provinsi untuk meminta maaf atas kesalahannya mengingatkan Sekda provinsi. Peristiwa ini luput dari pengamatan Oscar, seharusnya Oscar juga menulis bahwa bupati Tanah Datar Eka Putra berjiwa besar ketika menyadari kesalahan meminta maaf kepada sekda provinsi. Oscar Adam sebagai seorang PNS harus diperhatikan batasannya sebelum menulis dalam membangun opini agar tidak melampaui batasannya sebagai PNS (cover both side) yaitu kumpulkan fakta dan data serta jauh dari tafsiran politik praktis.

Kita memang mudah mengingat kesalahan orang lain lalu menyebarkannya, tetapi seharusnya juga memberikan penghargaan terhadap keberanian orang memperbaiki kesalahan serta meneladaninya. (***)

Bagikan

Opini lainnya
Terkini