Berasa 'Offroad' di Jalan Solok - Solok Selatan

Foto Harian Singgalang
×

Berasa 'Offroad' di Jalan Solok - Solok Selatan

Bagikan opini

Melewati jalur Lubuk Selasih - Surian, tepatnya di sekitar daerah Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, beberapa hari lalu, saya nyaris tak percaya melihat kondisi jalan yang begitu parah. Lubang dalam dimana-mana, baik bagian kiri maupun kanan sehingga pengendara dari arah Padang dan sebaliknya tak bisa menghindar. Ditambah kondisi hujan saat itu membuat tanah berlumpur serta lubang yang tertutup air berwarna keruh, tak ubahnya seperti jalan desa yang ditempuh petani menuju ladang.Menempuh jalur menuju daerah wisata Saribu Gadang Solok Selatan itu, sejujurnya saya merasa deg-degan seperti sedang 'offroad'. Was-was apakah jalan yang ditempuh benar, dan ternyata memang benar. Jalur itu memang jalan utama yang dilewati bus pariwisata, bus angkutan umum dan mobil pribadi menuju Surian, Muaro Labuah, dan Solok Selatan yang sedang gencar-gencarnya mempromosikan pariwisata.

Pada beberapa titik - saya menghitungnya ada lima - badan jalan yang amblas sehingga kondisinya bisa lebih parah lagi ke depan. Di beberapa tempat, anak-anak memegang baskom, meminta sumbangan.Pada beberapa titik juga, terlihat air berwarna keruh yang mengalir langsung dari bukit dan sawah masyarakat. Ada juga onggokan pasir gunung di pinggir jalan. Sementara, pada sebagian besar, tak nampak drainase atau saluran air di pinggir jalan. Sebagian memiliki drainase, tapi terputus di tengah jalan alias tidak lancar.

Saat balik ke arah Padang di hari yang sama, saya mencoba menghitung panjang jalan yang rusak menggunakan aplikasi google map. Setidaknya, ada sekitar 5 kilometer atau lebih jalan rusak yang harus ditempuh pengendara. Sungguh waktu yang tidak sebentar untuk 'dinikmati' dalam perjalanan.Bila ditilik dari kriterianya menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, status jalan rusak di kawasan Lembah Gumanti itu sepertinya termasuk jalan provinsi karena menjadi jalan kolektor yang menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten atau kota dalam satu provinsi. Selain itu, jalan provinsi merupakan jalan kolektor primer yang menghubungkan antar-ibu kota kabupaten/kota serta menjadi jalan strategis provinsi.

Tidak berarti menyalahkan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang abai terhadap kondisi jalan yang rusak parah. Karena, saya bukan warga yang rutin melewati jalur tersebut sehingga tidak melihat perkembangan jalan dari waktu ke waktu, termasuk kapan terakhir kali jalan itu diperbaiki. Namun, menurut seorang warga, jalan di kawasan itu memang sering rusak parah dan kondisinya akan terus terjadi bila aktifitas tambang pasir gunung tidak terkontrol. Selain itu, drainase yang tidak lancar akan membuat air terus mengalir ke jalan raya yang akan membuat usia kualitas jalan semakin pendek. Dalam artian, perbaikan dan menjaga kualitas jalan merupakan usaha terpadu antara pemerintah provinsi, kabupaten dan masyarakat sekitar.Jalan rusak seperti cerita yang tak ada habisnya. Seorang teman berseloroh 'jalan rusak adalah kearifan lokal', karena dimana ada jalan rusak (kerap) disana ada anak-anak atau warga yang memungut sumbangan. Meski kerusakan jalan tidak dilakukan dengan sengaja, tapi (mungut sumbangan) seperti sudah menjadi tradisi dan pada kasus tertentu memang memberi manfaat bagi pengguna jalan untuk pengaturan lalu lintas. Namun, bukan berarti jalan rusak seperti sebuah konsistensi yang harus dijaga. Saluran drainase yang lancar, kapasitas kendaraan yang melewati jalan, dan aktifitas manusia di batas kewajaran dan sesuai aturan, semua saling terkait dalam memelihara infrastruktur jalan.

Saat pemerintah sedang gencar-gencarnya melakukan promosi pariwisata, terutama melalui program-program desa wisata yang diyakini mampu menggenjot ekonomi masyarakat, menjadi ironi jika jalan buruk terkesan diabaikan. Jalan adalah salah satu urat nadi perekonomian masyarakat. Jalan juga merupakan infrastruktur prioritas dalam memajukan pariwisata.Beberapa kali saya melewati jalan rusak di Sumbar, tapi sejauh ini, ini yang terparah. Di pinggir jalan, beberapa poster calon legislatif dengan wajah tersenyum sumringah terpajang menyapa pengguna jalan. Tak terlalu banyak memang poster di sepanjang jalan rusak ini, yang jelas salah satunya poster dengan wajah familiar karena sudah duduk beberapa kali periode di Senayan. Senyum mereka bisa diartikan banyak hal. Bisa jadi diartikan sebagai ‘Ini adalah pekerjaan rumah yang akan saya kerjakan dan lanjutkan nanti ketika terpilih’. Itupun kalau informasi jalan rusak itu disampaikan oleh tim sukses mereka. Jika tidak, terima kasih sudah mengawasi jalan rusak, meski hanya lewat gambar! (Melda Riani)

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini