Shin Tae Yong dan  Celoteh Penggemar Sepakbola di Ruang Publik

Foto Yeni Maiasnita
×

Shin Tae Yong dan  Celoteh Penggemar Sepakbola di Ruang Publik

Bagikan opini

Oleh Yeni MaiasnitaMahasiswa  Magister Ilmu Komunikasi Unand

Indonesia secara dramatis memastikan satu tempat di babak 16 besar Piala Asia 2023. Kepastian ini didapat setelah Kyrgyzstan menahan imbang Oman di partai terakhir. Hasil 1-1 hingga peluit panjang berbunyi. Baik Kyrgyzstan ataupun Oman tidak membawa peluang apapun dari skor ini. Justru timnas Indonesialah yang diuntungkan.Indonesia menjadi tim terakhir yang melaju ke babak knock out melengkapi daftar 15 timnas lainnya yang melenggang lebih lebih dulu.

Beragam reaksi muncul di masyarakat. Celotehan nyaring, khususnya di media sosial. Di ruang publik virtual ini, masyarakat Indonesia saling berinteraksi dan berkomunikasi.Sebetulnya celotehan itu sudah mulai terasa gemanya sejak awal timnas Indonesia dipegang oleh pelatih asal Korea Selatan Shin Tae Yong. Masyarakat pada awalnya mengomentari latihan yang ditetapkan oleh Shin Tae Young. Latihan fisiknya dianggap terlalu berat.

Komentar berlanjut ke topik berikutnya. Perekrutan pemain diaspora dan naturalisasi, mengusik penggemar sepakbola. Apalagi ketika strategi coach Shin ini dimuluskan oleh Erick Thohir pasca Erick terpilih menjadi ketua PSSI.Nama nama seperti Elkan Baggot, Rafael Struick, Jordi Amat, Justin Hubner, Ivar Jenner, Marc Klok menjadi bagian skuad Garuda.

Diruang public virtual inilah celotehan penggemar terbagi menjadi dua. Setengah bagiannya adalah masyarakat penggemar sepakbola yang menyatakan dukungan kepada Shin Tae Yong dan timnas Indonesia. Mereka memberikan ulasan positif terhadap rencana tim pelatih timnas. Mulai dari konsep latihan, taktik, strategi dan lain lain.Setengah bagian lainnya menggaungkan local pride. Mereka yang berada disisi ini cenderung memberikan komentar negatif pada apa yang terjadi di timnas saat ini. Komentar itu khususnya ditujukan pada coach Shin. Poin yang mereka kritisi misalnya, 4 tahun coach melatih Indonesia sejak Januari 2020 lalu, belum ada satupun piala yang berhasil dibawa pulang oleh coach Shin.

Kelompok ini juga menujukkan keceriwisannya di ruang public soal formasi pemain yang dipanggil. Mereka rewel soal pemain lokal yang dirasa kurang mendapat kesempatan. Menurut mereka seharusnya Coach Shin percaya pada pemain lokal. Naturalisasi dan memboyong pemain diaspora hanya akan merugikan pemain lokal. Tagar #styout pun bergulir.Seringkali terjadi pertikaian di ruang publik virtual. Masing masing kubu saling serang di kolom komentar media sosial. Saling membela hingga menjurus menghina. Bahkan ketika timnas Indonesia mencatat sejarah baru. Belum pernah ada sejarahnya timnas Indonesia masuk ke babak 16 besar. Tak sekalipun. Inilah momen itu. Kegaduhan di ruang publik tak jua berhenti.

Meminjam konsep Jurgen Habermas yang merupakan seorang filsuf dan sosiolog dari Jerman serta generasi kedua Mazhab Frankfurt, tentang ruang publik (public sphere), bahwa manusia selalu berada dalam ruang kehidupan. Ruang publik dipahami sebagai ruang kehidupan. Dalam ruang hidup tersebut ada proses interaksi dan komunikasi dengan sesama dalam sebuah ruang pula, inilah yang disebut ruang publik.Ruang public dapat dikatakan sebagai sebuah arena bersama kehidupan sosial, di mana semua orang mempunyai akses untuk mendapatkan informasi dan dapat berekspresi dengan bebas terkait semua hal yang ada hubungannya dengan kepentingan bersama. Ruang Publik merupakan semua wilayah yang memungkinkan kehidupan sosial kita untuk membentuk opini publik yang relatif bebas.

Media sosial termasuk dalam ruang publik. Media sosial bisa digolongkan sebagai ruang publik yang digunakan seseorang untuk melakukan berbagai interaksi komunikatif. Di dalam ruang publik ini masyarakat bisa mengungkapkan opini, gagasan, bahkan kritik terhadap suatu hal dengan bebas.Inilah yang dimanfaatkan oleh penggemar sepakbola Indonesia. Kolom komentar akun dan postingan terkait Shin Tae Yong dan timnas Indonesia selalu ramai pengunjung. Puluhan ribu kata diketikkan di kolom komentar oleh bermacam akun. Saling dukung jika mereka bertemu akun dengan komentar senada atau saling serang jika bertemu dengan akun yang dirasa kontra.

Ruang publik memberikan kesempatan agar masyarakat tidak pasif terhadap informasi yang diterima. Begitu bebasnya pendukung atau pembenci coach Shin berceloteh karena konsep ruang publik, partisipan tidak mendapat privilege (perlakuan istimewa). Dengan tidak adanya perlakuan istimewa berarti setiap anggota masyarakat mempunyai kesetaraan dalam proses wicara. Tak ada kelompok yang lebih dominan dari kelompok yang lain.Tak jarang celoteh penggemar tersebut datang dari akun anonim. Fake account. Tak jelas siapa orangnya, tak jelas pula pemiliknya. Ini memang konsekuensi percakapan dan celotehan dunia virtual. Komunikasi yang terbangun di media sosial bisa sangat beragam bentuk, maksud, dan tujuannya.

Bisa dikatakan, ruang publik virtual semakin banyak digemari oleh masyarakat umum karena terdapat beberapa hal menarik, diantaranya  identitas setiap aktor aktor sosial dapat tersembunyi. Akun  yang dikunci sehingga tidak mudah melacak siapa dia, atau fake account yang bahkan postingannya saja diragukan kebenarannya. Apalagi jika kemudian celotehannya bernada kebencian, dan ini memang ditemukan adanya.Penggemar sepakbola Indonesia bisa jadi terbelah dua sejak kedatangan coach Shin. Memuja atau membenci. Haters gonna hate lovers gonna love. Namun, yang ingin penulis tekankan disini sesuai dengan pemahaman penulis adalah ada efek positif sejak dipegang coach Shin.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini