Solusi Sederhana dari Islamic Council of Victoria

Foto Harian Singgalang
×

Solusi Sederhana dari Islamic Council of Victoria

Bagikan opini

Oleh Isral NaskaDosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Delegasi AIMEP (Australia Indonesia Muslim Exchange Program) 

Kegiatan hari berikutnya di Melbourne adalah pergi ke kawasan barat kota Melbourne. Di sana kami akan berkunjung ke kantor Islamic Council of Victoria (ICV) untuk diskusi dan makan siang.Ia organisasi yang didirikan sebagai payung untuk seluruh organisasi Islam yang jumlahnya banyak sekali di kawasan Victoria State. Pada usianya yang sudah lebih dari 35 tahun, organisasi ini menjadi representasi dari sekitar 270 ribu Muslim Victoria. Jumlah sebanyak itu berasal dari lebih dari 100 latar belakang etnis. Sedangkan secara resmi, ada 76 organisasi Muslim yang dipayungi oleh ICV. Organisasi ini melakukan banyak kegiatan, utamanya adalah advokasi dan memastikan kesejahteraan sosial Muslim sebanyak itu. Semua itu dilakukan agar Muslim dapat mewarnai lingkungan dengan nilai-nilai Islami. Jadi ini adalah organisasi besar dengan pekerjaan besar.

Di sana kami disambut oleh wakil presiden ICV, bernama Mohammad Mohideen. Dia didampingi oleh beberapa orang pemuda dan seorang gadis. Mereka terlihat cerdas dan pintar. Dan rupanya mereka adalah juga pengurus ICV, pemimpin masa depan Muslim Victoria.Ada beberapa hal yang sempat menjadi bahan diskusi. Mulai dari keadaan Muslim di Victoria hingga persoalan KDRT. Tentu saja persoalan Palestina pasti masuk pembicaraan. Apalagi beberapa hari sebelumnya terjadi unjuk rasa besar mendukung Palestina di Melbourne. Dalam istilah mereka disebut dengan “Rally for Palestine”

Karena posisi strategisnya, ICV sangat diandalkan untuk menyampaikan suara umat Islam kepada pemerintah Australia. Sebagai contoh, belakangan ini mereka sibuk berdialog dengan pemerintah untuk menyampaikan sikap tentang Palestina, lengkap dengan argumen-argumennya. Yup, argumen memang segala-segalanya di sana. Menyatakan dukungan tanpa argumen yang dapat dipahami dan diterima adalah hal konyol. “Semua berjalan baik dan mudah-mudah sikap pemerintah terhadap isu Palestina dapat berubah” Kata Tuan Mohideen.Dialog sekaligus makan siang di kantor ICV mengungkap bahwa masyarakat Muslim berkembang sangat cepat di Barat. Untuk konteks Australia, Tuan Mohideen menekankan bahwa itu tidak hanya terjadi secara kuantitatif tapi juga kualitatif. Dia dengan bangga mengatakan bahwa sekarang semakin mudah menemukan Muslim yang menjadi profesional dalam banyak bidang, seperti bisnis, akademisi, bahkan politisi.

Saya meyakini bahwa itu semua terjadi karena keberhasilan proses pendidikan di kalangan Muslim. Hal itu membuat mereka memiliki kualifikasi yang lebih dari cukup untuk mengambil peran dalam masyarakat Australia hari ini. Siapa yang dapat menolak seseorang yang memiliki keahlian? Tuan Mohideen sendiri adalah orang yang sangat terdidik. Ia adalah pengajar dan peneliti di Monash University. Universitas itu termasuk 50 besar dunia, terletak di kota Monash yang berjarak 20 menit menyetir dari Melbourne.Nama lengkap Tuan Mohideen adalah Mohammad Mohideen. Ia menjabat sebagai wakil presiden ICV. Pria asal Sri Lanka itu dihormati di Monash karena reputasinya terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, utamanya dalam advokasi urusan umat Islam. Ia dipercaya oleh komunitas asalnya, yaitu Muslim Sri Lanka, untuk memimpin organisasi mereka selama 25 tahun. Di antara pencapaian besar Tuan Mohideen adalah menjadi salah satu tokoh utama dari berdirinya masjid di lingkungan kampus Monash. Masjid itu menampung 1000 jamaah dan menjadi tujuan favorit Muslim untuk beribadah. Sebagai bentuk pengakuan atas reputasinya, pemerintah Monash memasang profil dan prestasi pria 50an tahun ini di website resmi kota. Luar biasa.

Suatu ketika saya pernah membaca hasil survey yang diterbitkan oleh PEW Research Center. Bahwa di dunia Barat, terjadi penurunan dramatis jumlah penganut Kristen dalam beberapa tahun ini. Sebagian mulai menyatakan diri sebagai atheist dan sebagian mengaku tetap percaya Tuhan tapi tidak beragama. Itu membuat turunnya jumlah orang yang rutin mengunjungi gereja. Seorang teman kuliah di Ireland yang merupakan seorang pendeta mengakui hal itu. Pun demikian dengan gereja besar yang kami kunjungi sebelumnya, bernama Catholic Achodicese of Melbourne. Gereja itu terasa sepi. Ada memang beberapa pengunjung, didominasi oleh kelompok lansia.Penjelasan Tuan Mohideen tentang komunitas Muslim di Australia, menunjukkan trend sebaliknya; hasrat berIslam semakin tinggi. Memang jika kita amati, masjid-masjid dipenuhi oleh jamaah dari berbagai usia, mulai dari yang kecil sekali sampai yang sudah sepuh. Kata Tuan Mohideen, hal ini membuat komunitas agama lain iri dengan Muslim. Memang wajar mereka iri. Siang itu saja, ruang shalat di ICV dipenuhi oleh jamaah. Umumnya adalah orang-orang muda yang bekerja di Melbourne. Terlihat lantai satu tempat shalat pria memang penuh oleh jamaah yang datang untuk shalat Zuhur. Sedangkan lantai dua saya tidak tahu persis, karena itu adalah ruang shalat khusus jamaah perempuan.

Terlepas dari banyak hal positif yang disampaikan oleh Tuan Mohideen, dia menyebut bahwa masyarakat Muslim bukan tanpa masalah. Salah satu hal yang dia garisbawahi adalah soal masih cukup banyaknya terjadi KDRT. Tentu bukan karena agama, tapi lebih karena faktor budaya. ICV juga memberikan layanan khusus untuk itu.Tapi ia menegaskan ada satu solusi sederhana yang tidak boleh dilupakan, yaitu memperbaiki situasi lewat khutbah Jumat. Dia menekankan pentingnya materi-materi khutbah yang menumbuhkan dan memperkuat kesadaran kaum pria akan peran mereka dalam keluarga. Kepada mereka ditekankan tanggung jawab sebagai ayah, sebagai suami, dan sebagai kepala keluarga. “Kita mungkin tidak dapat mengubah dunia, tapi kita dapat mengubah seseorang” kata Tuan Mohideen tentang itu. Para pria setiap jumat diingatkan kembali pada tanggung jawab mereka. Ia bercerita pernah ditemui oleh beberapa orang perempuan, bercerita akan perubahan sikap suami mereka dalam keluarga.

Saya sangat tertarik akan ide bahwa khutbah Jumat dijadikan wadah untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas para pria untuk bersikap layaknya pria Muslim sejati. Semoga ini dapat menekan tingginya tren gugat cerai yang angkanya semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sebagaimana diketahui, gugat cerai adalah permohonan istri ke pengadilan agar sang suami menceraikan dirinya. Itu terjadi karena si istri memandang bahwa sang suami tidak lagi layak menjadi suami, tidak lagi punya kapasitas sebagai pemimpin keluarga, dan tidak lagi layak menjadi imam dalam keluarga.Menyadari persoalan di atas, tidak ada salahnya ini dipikirkan lebih serius. Khutbah jumat perlu diperkuat nilai strategisnya untuk membangun kekuatan keluarga. Saya tidak mengatakan bahwa khutbah Jumat selama ini tidak bagus. Namun perlu ada dialog bersama dari kalangan alim ulama, cerdik pandai dan ninik mamak tentang bagaimana dapat menjadikan khutbah Jumat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas keimanan dan kepemimpinan para pria dalam keluarga. Jika kuat keluarga, selamat pula negara. Bagaimana bapak-bapak sekalian, apakah setuju?

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini