Jangan Bersedih, Kami Semua Sayang Rani

Foto Harian Singgalang
×

Jangan Bersedih, Kami Semua Sayang Rani

Bagikan opini

Oleh Nurma, SPd, MPdKepala SDN 01 Situjuah Gadang

 Di tengah keramaian dan hiruk pikuk teman-teman sekolahnya Rani merasa sepi. Dia duduk sendirian di sudut teras dekat kantor kepala sekolah, pandangannya kosong, air matanya berlinang. Dua tahun sudah Rani mengidap penyakit Skoliosis berat. Punggungnya membengkak, pinggangnya meliuk kekanan, dan kepalanya tertekuk ke bawah. Sehingga Rani tidak seperti remaja normal. Di usianya beranjak remaja  Rani merasa minder dan membuatnya selalu menyendiri. Terkadang dia menangis mengadukan nasibnya pada ayah bunda. Tapi apalah daya, kedua orang tuanya tidak mampu berbuat banyak untuk kesembuhan penyakit Rani yang sudah sedemikian parah.

Hari itu hari bahagia untuk SDN 01 Situjuah Gadang, karena dikunjungi anggota DPR RI yaitu Ade Rizki Pratama. Segala bentuk atraksi dan kreasi seni siswa di tampilkan. Semua siswa bergembira, foto bareng dengan sang anggota dewan RI, dan tak lupa pula Pak Ade Rizki Pratamamemberikan sedikit hadiah  atau uang saku pada setiap siswa yang menampilkan bakatnya masing-masing.Lain halnya dengan Rani, dia duduk menyendiri dengan pandangan kosong,  raut wajahnya diliputi kesedihan yang mendalam. Sebagai kepala sekolah merangkap sebagai guru, naluri keibuanku tersentuh. Ku hampiri Rani, tak peduli sepenting apapun acara saat itu. Aku bertanya pada Rani, kenapa masih belum dioperasi. Namun Rani menjawab kalau dia sudah capek untuk pulang pergi ke rumah sakit, sementara menunggu giliran operasi.

Tidak sampai di situ dalam hati kecilku, aku berjanji untuk ikut menyelamatkan Rani, menyelamatkan masa depan nya yang masih panjang.Ku temui ayah Rani. Aku bertanya pada ayah Rani kenapa masih belum diobati Rani, sementara sudah selalu minta izin berobat entah beberapa kali izin. Waktu itu ayah Rani seakan-akan putus asa. Dengan berlinang air mata ayah  Rani bilang, “Bantulah Rani buk, Karena Rani selalu menangis, dia ingin sembuh”. Saat itu aku berjanji untuk ikut berjuang demi kesembuhannya.

Beberapa hari telah berlalu, tapi aku yang berjanji untuk Rani belum bisa berbuat apa-apa. Setiap aku memandang Rani ketika bersalaman setiap pagi aku semakin merasa berutang padanya. Ingin segerah menghapus kesedihan di wajahnya yang ayu dan manis.Pada Jumat dan lupa tanggalnya, aku tidak masuk sekolah karena dalam keadaan sakit. Aku ingat Rani lagi, ku ambil HP lalu kutulis beberapa kalimat dan untaian kata yang mengungkapkan sesuatu kesediha  dan harapan untuk Rani. Dalam tulisan ku sertakan 4 foto Rani yang memperlihatkan penyakit yang diderita. Foto-foto itu sengaja ku minta pada wali kalas Rani.

Goresan kesedihan dan harapan ku   ku kirim kesalah seorang  dokter. Dialah Kolonel Purn Dr. Fahaan Abd Sp THT-BKL. Aku sangat beruntung berada dalam satu grup dengan beliau yaitu Grup Story Sastra. Keberadaanku dalam grup tersebut berkat kebaikan Bang Pinto Janir yang tak asing lagi bagi kalangan sastrawan Sumatera Barat ini.Takdir  telah mengenalkan aku pada seorang dokter berhati malaikat, yaitu Dr. Farhaan Abd, keluh kesahku ia tanggapi dengan sangat luar biasa. Dua hari penuh tak putus-putus dokter Farhaan memerintahkan aku untuk kelengkapan surat – surat Rani. Agar segera di bawah kerumah sakit.

Dr. Farhaan adalah dokter ternama yang selalu berjuang untuk kaum duafa. Dan Jumat itu dokter Farhaan menghimpun segala dukungan moril dan dana dengan teman-teman hebatnya, mulai dari kalangan politisi nagari,wartawan  sampai kepada komisaris dompet dhuafa yaitu Khairul Jasmi, serta Fauzi Yandri dari dompet dhuafa juga dengan rela mengurus keperluan dan kepentingan Rani.Jumat aku berkeluh kesah Sabtu pagi dokter Farhaan bersama teman-temannya telah berhasil mengumpulkan dana sebanyak belasan juta. Dana itu di peruntukan biaya perjalanan  dan biaya orang tua Rani dalam kepengurusan Rani.

Minggu, Rani langsung di bawa kerumah sakit, masuk ruangan inap. Sebelum pada pertengahan Agustus 2023 aku dengan guru lainnya dipanggil pihak rumah sakit. Saat di telpon aku bilang, kenapa harus aku, kan ada orang tua si Rani. Tapi dokter  yang menangani Rani ingin bertemu dengan aku sebagai kepala sekolah Rani. Barangkali ingin membahas tentang rencana operasi.Dialah dokter Roni Saputra, seorang dokter yang ramah baik hati hebat tentunya. Kami datang ke Padang memenuhi undangan satu-satunya dokter  ahli tulang punggung se Sumatera Barat. Itulah yang aku dengar dari pihak puskesmas nagariku.

Ketika kami dipanggil ke ruangnya, dokter Roni Roni bilang kalau penyakit Si Rani adalah penyakit yang sudah ada gejalanya semenjak lama namun seiring bertambah umurnya penyakit juga tumbuh sampai pertumbuhan si Rani remaja nanti. Walau penyakit scoliosis tidak membunuh tapi akan membuat pasien cacat.Setelah selesai. Roni memberi penjelasan. Aku minta maaf karena telah membuat dr. Roni sibuk, aku bilang bukan ada maksud sedikitpun membuat viral tentang penyakit Rani, tapi hanya naluri kasih seorang ibu atas penderitaan anaknya.

Dr. Roni bilang  tidak ada yang salah, justru dengan viralnya penyakit Rani pihak rumah sakit diuntungkan, dan dapat bantuan alat untuk operasi penyakit seperti penyakit separah Rani. Dr. Roni juga memberi saran Rani di operasi di di Padang saja. Karena awalnya dokter  Farhaan menginginkan Rani di operasi di rumah sakit Jakarta.Dan hari itu juga Rani di antar pulang dulu, sementara menunggu alat  datang dari Jakarta. Yang kata Dr. Roni Waktu itu alat itu dibantu langsung Menteri Kesehatan.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini