Pada Calau sudah melakat nama besar Syekh Abdul Wahab. Calau adalah sebuah Jorong Subarang Sukam di Nagari Muaro, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung.Di gerbang masuk ke Calau ada gapura yang gaya arsitekturnya perpaduan gonjong dan kubbah (gobah), ditulis “Selamat Datang di Makam Syekh Abdul Wahab”.
Syekh Abul Wahab (wafat 1869 di Calau) ialah seorang ulama besar yang lahir dari suku Kampai Tanjung Bonai Aur, Sumpur Kudus. Ia tokoh tarekat satariyah yang disegani. Mengajar di Surau Tinggi yang ia dirikannya bersama ninik mamak di sana.Sebelum di Calau Syekh Abdul Wahab mengajar dan tinggal di kampungnya Tanjung Bonai Aur, Kecamatan Sumpur Kudus, Sijunjung. Ke Calau ia dibawa dan diterima oleh para ninik mamak, ketika itu penghulu Calau payung Datuak Tan Marajo Calau.
Syekh Abdul Wahab dibawanya setelah bertemu dengannya di Muko-muko dekat Silokek DTW Alam Sijunjung sekarang. Ini bagian cerita Radius Tuanku Bandaro Malin seorang guru di Surau Tuo Calau yang memandu kunjungan ke urau Tinggi dan Makam Syekh-syekh Calau.Jumat sore, 6 Oktober 2023, sengaja saya menziarahi makam ulama Syekh Abdul Wahab di Calau dan menziarahi makam-makam ulama sesudahnya.
Makam-makam ulama itu di posisikan pada sebuah maqbarah (komplek pemakaman) diteduhi bangunan khusus dan terpelihara.Banyak diziarahi antara bulan Rajab dan Sya’an, dari berbagai daerah di nusantara bahkan dari luar negeri terutama yang berpaham tarekat satariyah.
Mereka datang memberikan do’a dan bertahlil. Karena kuatnya suasana religi di kawasan Calau ini, maka pemerintah bersama ninik mamak, mempasilitasi Calau sebagai DTW (Daerah Tujuan Wisata) Religi di Muaro Sijunjung.Ziarah dan Melihat Naskah Calau 1982
Dulu tahun 1982 saya pernah ke Calau. Ke Calau bersama Rektor IAIN Imam Bonjol M. Sanusi Latief. Ketika itu Sanusi dalam kapasitas direktur Islamic Centre Sumatera Barat (ICSB).Kami di samping berkunjung dan ziarah, juga sesuai gerakan ICSB mencari manuskrip dan naskah klasik buku tulisan ulama dan kepustakaan yang ada pada ulama.Yang jelas ingin melihat konisi naskah klasik yang ada di Surau Tinggi Calau, surau ini sekarang sudah menjadi Cagar Budaya.Ketika itu saya dan Sanusi memukan banyak naskah kitab kuning berbahasa Arab serta naskah klasik berbahasa melayu ditulis huruf Arab Melayu. Semua peninggalan Syekh Abdul Wahab.
Kalau tidak salah ingat, setelah saya bersama Sanusi itu, sudah pula dikunjungi dan mendapat pasilitas pemeliharaan naskah-naskah itu dari kawan-kawan pencinta manuskrip dan naskah klasik.Pencinta naskah itu berbasis di Fakultas Ilmu Budaya Unand dan fungsionaris MANASSA. Ialah rombongan rekan M. Yusuf dan Pramono dkk.
Naskah-naskah klasik Minangkabau yang dirawat Pramono dkk itu masih di Calau. Justru ini bagian dari fakta sejarah peninggalan Syekh Abdul Wahab.Ulama ini Syekh pada sentra pendidikan Islam di Surau Tinggi ini. Fakta-fakta sejarah lain di Calau yang masih dirawat di Calau di antaranya: Surau Tinggi yaang sudah di-Cagar-Budaya-kan, Surau Randa (Rendah), Suru Tuo dengan halaman tambah ikan yang luas, Surau Masjid berfungsi sebagai surau kaum Subarang Sukam, Surau Bawah Durian, Surau Tapi dan sebagainya. Surau-surau itu semua menjadi sentra pengajian sejak dulu.
Sekarang mengajar di Surau Tuo Radius Tuanku Bandaro Malin, tamatan mengaji dari Surau Nurul Yakin Ringan-ringan dengan Buya Ali Imran.Calau di Limbago Ninik Mamak dan Guru-gurunya