Ziarah ke Makam Pahlawan Ruhana Kuddus

Foto Harian Singgalang
×

Ziarah ke Makam Pahlawan Ruhana Kuddus

Bagikan opini

 Khairul Jasmi

Di rembang petang, di bawah langit Jakarta yang penuh polusi, saya sampai di TPU Karet Bivak, Jakarta, Senin (21/8)."Siap, ikuti saya," kata penjaga TPU itu. Tak lama, sampailah kami di makam Pahlawan Nasional Ruhana Kuddus.

Makam itu, tentu seperti makam lainnya, juga termasuk lebih selusin keluarga Ruhana Kuddus yang beristirahat di sana. Sama saja, tak ada bedanya."Saya yang selalu membersihkan selalu, ini kan neneknya Pak Eddy yang di Capayung," kata seorang bapak yang biasa menjaga makam pahlawan itu.

Di Karet Bivak, banyak orang hebat yang dimakamkan, seperti juga di Tanah Kusir. Di Bivak, misalnya Mhd Husni Thamrin, kemudian urang awak Usmar Ismail yang jadi pahlawan 2021 lalu. Usmar meninggal dunia 1971. Ibu Negara Fatmawati, yang menjahit Sang Saka Merah Putih juga dimakamkan di Bivak.Rumput di makam Ruhana Kuddus dengan mar-mar putih itu, sepertinya baru disiangi. Namanya diukir warna putih dengan dasar hitam. Roehana Khoeddos, lahir di Koto Gadang tgl 20-12-1884, wafat di Jakarta tgl 16 - 8 - 1972. Di sebelah- menyebelahnya ada makan kerabatnya.

Ruhanna ditetapkan jadi pahlawan nasional pada 2019, tapi sekarang sudah 2023, Agustus pun hampir habis, makam itu belum disentuh pemerintah. Perjuangan untuk mengangkatnya jadi pahlawan, bukanlah pekerjaan sekejap mata. Berbagai pihak melakukannya. Selain masyarakat Koto Gadang serta pemerintah Agam dan Sumatera Barat, maka dapat dicatat, perjuangan itu dilakukan oleh PWI dan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI), serta tentu dibantu pihak keluarga.Ruhana telah mendayung di tengah karang kuatnya adat dan persepsi "di rumah saja," terhadap perempuan Minang. Ia menyibak semua itu, lalu mengayuh perahunya. Ia sukses, bahkan tampil sebagai wartawati generasi pertama Indonesia bersama Zubaidah Ratna Juwita. Ratna, berhenti pada 1920, sedang Ruhana meneruskan sampai ia tak bisa lagi menulis usia tua.

Ia tak hanya menulis di Sunting Melayu tapi juga di koran dan majalah lainnya, baik semasa perjuangan maupun sesudah kemerdekaan.Namanya sempat tenggelam di tengah masyarakat pers sekalipun. Juga sering salah tulis, dari Roehana menjadi Rohana. Padahal, yang benar, Ruhana. Tapi, almarhumah adalah perempuan yang tabah, setabah perjalanan pers Indonesia. Akhirnya, masyarakat pers tersentak, mereka punya tokoh hebat. Lalu pada 2019 diangkat jadi pahlawan nasional. Maka, Ruhana dan sebelumnya Rasuna Said, adalah dua pahlawan perempuan asal Sumbar.

Ruhana wafat dalam usia 88 tahun, meninggalkan seorang anak laki-laki. Sedang Rasuna Said, wafat pada 1965 dalam usia 55 tahun, meninggalkan seorang anak perempuan. Saat ini sedang diperjuangkan oleh Sumatera Barat beberapa tokoh lagi untuk jadi pahlawan nasional, salah satunya perempuan, Rangkayo Syekhah Rahmah el Yunisiyyah.Sudah semakin senja, saya meninggalkan TPU Karet Bivak. Saya haus, ingin menikmati secangkir kopi dan segelas air sejuk. **

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini