Maafkan Kami Bu Guru!

Foto Harian Singgalang
×

Maafkan Kami Bu Guru!

Bagikan opini

Oleh Safaruddin Dt. Bandaro Rajo (Bupati Limapuluh Kota)Perasaan kita sama. Sama-sama terluka. Perasaan kita sama. Sama-sama kecewa. Saya terluka menyimak kabar viral itu. Saya lebih kecewa lagi, ketika mana—mengapa justru sang guru yang disuruh minta maaf?

Adat apa ini?Maaf, saya kecewa sekali. Tadi siang, Kamis 20 Juli, saya panggil staf saya. Saya panggil Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten 50 Kota. Saya panggil kepala sekolah yang bersangkutan. Kekecewaan saya sungguh tak terkira. Saya jarang marah memang. Namun, bila sudah menyangkut harkat dan martabat guru, saya tak bisa main-main. Bagi saya ini adalah sesuatu yang sangat serius.

Berkali-kali saya menyampaikan ke ruang publik, hormati gurumu. Bila kita kehilangan rasa hormat kepada guru, maka ilmu akan lenyap. Pengetahuan tak akan lekat di ruang kepala. Hilang karomah guru, maka hilang adab dan budi pekerti. Islam memberikan penghargaan tertinggi pada guru kita. Guru tak boleh dilecehkan, apalagi ditekan-tekan!Menurut buku Konsep Pendidik KH. M. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Al Adab Al-‘Alim Wa Al-Muta’alim dan relevansinya oleh Zulfaizah Fitri, M. Pd, bukti bahwa Islam menghargai guru terlihat dari kedudukannya yang setingkat di bawah nabi dan rasul. Sebab, guru berkaitan dengan ilmu dan Islam yang sangat menghargai ilmu seperti dijelaskan dalam surat Al Mujadilah ayat 11 yang sering saya sampaikan di berbagai kesempatan.

Tidak itu saja, dalam Hadis Rasulullah diriwayatkan oleh Al Baihaki juga ditegaskan tentang pentingnya ilmu yang diajarkan oleh guru yang berbunyi: Jadilah engkau orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu, dan janganlah engkau jadi orang kelima, maka engkau akan celaka.Hadist lain tentang guru: "Barang siapa memuliakan orang alim (guru) maka ia memuliakan aku. Dan barang siapa memuliakan aku maka ia memuliakan Allah. Dan barang siapa memuliakan Allah maka tempat kembalinya adalah surga (Kitab Lubabul Hadits).

Simak hadist ini : "Barang siapa memandang wajah orang alim (guru) dengan satu pandangan lalu ia merasa senang dengannya maka Allah Ta’ala menciptakan malaikat dari pandangan itu dan memohonkan ampun kepadanya sampai hari kiamat (Kitab Lubabul Hadits)".Begitu mulianya pekerjaan seorang guru di mata Islam. Pahalanya akan terus mengalir di dunia dan akhirat!

Sulit saya menahan rasa kekecewaan ini ketika sang guru yang sangat mulia justru seperti ditekan untuk minta maaf. Pada pertemuan tadi, saya ingatkan semua jajaran; guru jangan sekali waktu diintervensi.Hari ini, pada kesempatan di tulisan ini, saya minta maaf kepada publik dan guru di tanah air dan khususnya di Sumatera Barat dan Kabupaten Limapuluh Kota, atas kefatalan peristiwa yang melukai hati kita bersama ketika mana, justru sang guru yang meminta maaf.

Saya tak hendak sedang mencari siapa yang salah. Tapi, apa yang dinamakan dengan klarifikasi guru minta maaf atas peristiwa viral yang tersebar di berbagai platform media sosial itu adalah suatu kekeliruan yang sangat fatal. Kepada pihak-pihak yang teridentifikasi memberikan "tekanan" saya akan memberikan sanksi yang tegas.Saya telah meminta pertanggungjawaban kepala dinas Pendidikan dan kepala sekolah yang bersangkutan serta pihak-pihak yang ikut mendampingi sang guru sewaktu menyampaikan klarifikasi.

Bila hati guru dilukai, niscayailah saya akan berada di depan. Saya akan kobarkan spirit "saveguru". Karena kita sangat tahu bahwa guru adalah orang tua kita setelah orang tua kandung di rumah. Para orang tua, saya mohonkan, beri kepercayaan mendidik kepada ibu dan bapak guru di sekolah. Bila anak dimarahi di sekolah, jangan serta merta dengan emosional membela sang anak dan "menyerang" sang guru.Saya mohon pengertian dan rasa paham orang tua.

Baca juga: Batik Tanah Liek

Sekali lagi, sebagai Bupati di Limapuluh Kota, dengan segala kerendahan hati, saya minta maaf atas peristiwa diluar jangkauan saya sehingga terjadi peristiwa "klarifikasi" guru minta maaf di saat mana seharusnya dan idealnya, si anak di dampingi orang tua minta maaf kepada masyarakat; bukan gurunya!Sebagaimana beredar kabar yang saya ikuti di media sosial menyangkut peristiwa ini, bahwa si anak yang "mampacaruik an" gurunya itu anak pejabat dan memiliki bekingan, saya pastikan itu tidaklah benar. Kalaupun ada yang membeking-bekingi, bagi saya; bila sesuatu sudah menyangkut adab dan mengancam "kenyamanan" guru mengajar, maka sanksi tegas harus tegak.

Guru harus nyaman mengajar.Peristiwa itu wajar bikin masyarakat gusar dan geram. Seperti apa yang saya rasakan kini.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini