Ibadah yang Nilainya Setara Ibadah Sepanjang Malam Ramadhan

Foto Harian Singgalang
×

Ibadah yang Nilainya Setara Ibadah Sepanjang Malam Ramadhan

Bagikan opini

Mendirikan malam bulan Ramadhan adalah impian setiap orang yang beriman. Mengisi setiap detik sepanjang malam Ramadhan dengan ibadah kepada Allah SWT menjadi hal yang paling didambakan. Tidak sekadar ibadah formal rutin berupa salat tarawih saja, melainkan kalau bisa tidak tidur semalaman dan mengisinya dengan ibadah, entah itu salat, membaca al-Qur’an, berzikir, dan ibadah-ibadah lainnya. Tiada yang dikejar dan diharapkan melainkan ampunan dan rahmat Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam hadis Rasulullah SAW “Siapa saja yang mendirikan malam Ramadhan dengan penuh iman dan keikhlasan, Allah ampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).Namun, tentu saja kita sadar bahwa melaksanakan hal itu sangatlah sulit. Mayoritas kita adalah orang yang bekerja mencari nafkah pada siang hari. Apabila seluruh malam kita bangun bergadang, khawatir berdampak terhadap kinerja di siang hari. Selain itu, ada pula sebagian kita yang memang Allah takdirkan bekerja di malam hari seperti petugas keamaan, supir, pedagang, dan lain-lain, sehingga kadang tidak sempat mengisi seluruh malam dengan beribadah.

Beruntung Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita beberapa ibadah yang apabila dilaksanakan, maka nilai dan pahalanya insya Allah setara dengan mendirikan malam Ramadhan seluruhnya. Berikut ini adalah ibadah-ibadah yang apabila dilaksanakan, maka nilainya setara dengan ibadah sepanjang malam.Pertama, melaksanakan salat malam (tarawih) berjamaah bersama imam sampai selesai. Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang salat (tarawih) bersama imam sampai selesai, maka baginya adalah pahala salat semalaman.” (H.R. Ahmad, al-Tirmidzi). Ini adalah standar normal yang sedapat mungkin kita laksanakan setiap malamnya. Salat tarawih berjamaah nyaris kita temukan di Masjid atau Mushalla terdekat. Apabila kita tidak ada uzur, maka jangan lewatkan satu malam pun di bulan Ramadhan ini tanpa beribadah salat tarawih secara berjamaah dan selesainya bersama imam pula. Kalau tidak ada halangan, ikutlah salat berjamaah tarawih hingga sampai selesai witir.

Kedua, apabila rasanya tidak sempat atau tidak punya waktu banyak di malam hari karena uzur atau kesibukan tertentu, maka setidaknya ikutlah melaksanakan salat isya dan subuh secara berjamaah, utamanya di masjid atau mushalla. Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang salat isya dengan berjamaah, maka seumpama ia mendirikan salat separuh malam. Dan siapa yang salat subuh dengan berjamaah, maka seumpama ia mendirikan salat semalaman penuh.” (H.R. Muslim).Ketiga, apabila rasanya tidak sempat pula untuk salat isya dan subuh berjamaah dikarenakan uzur tertentu, maka usahakanlah setidaknya melaksanakan salat sunat sendiri paling sedikit dua rakaat dengan membaca minimal sepuluh ayat di dalamnya. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang salat dengan membaca sepuluh ayat, maka ia tidak termasuk orang yang lalai. Siapa yang membaca ratusan ayat, maka ia termasuk orang-orang yang gemar mendirikan malam, dan siapa yang membaca seribu ayat, maka ia telah mendapatkan ganjaran yang sangat besar.” (H.R. Abu Daud, Ibn Khuzaimah, Ibn Hibban). Mendirikan salat dua rakaat di waktu manapun di malam hari bulan Ramadhan dengan membaca ayat sepuluh saja mungkin hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit saja. Usahakanlah.

Keempat, apabila ternyata tidak punya hafalan ayat sampai sepuluh ayat, maka setidaknya sempatkan melaksanakan salat sunat dua rakaat ringan dengan penuh iman dan ikhlas karena Allah. Imam Waliyuddin al-Iraqi menjelaskan bahwa pahala mendirikan malam Ramadhan tidak mesti dengan melakukan salat sepanjang malam, tetapi juga dapat diraih dengan salat yang ringan di malam hari. Melaksanakan salat dua rakaat ringan hanya membutuhkan waktu kurang dari lima menit.Kelima, apabila ternyata tidak punya waktu juga untuk salat malam dikarenakan uzur seperti berada di atas kendaraan yang tidak memungkinkan untuk salat, atau karena sibuk dengan urusan lainnya hingga susah untuk salat, maka usahakanlah setidaknya membaca dan mewiridkan dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah. Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah di malam hari, maka dua ayat itu akan mencukupi dirinya.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).  Al-Imam al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan maksud hadis tersebut di antaranya adalah bahwa siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah di malam hari, maka dua ayat itu akan mencukupi dirinya dari membaca al-Qur’an semalaman. Artinya, ia dikira dan dinilai seolah telah membaca al-Qur’an semalaman. Membaca dua ayat ini sejatinya hanya butuh kurang dari tiga menit saja.

Keenam, kalau apabila tidak mungkin juga untuk membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah pada malam hari disebabkan uzur, maka usahakanlah ketika sebelum tidur berniat agar dapat bangun di malam hari dan mengisinya dengan ibadah. Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang hendak tidur (sudah siap-siap mau tidur), lalu sebelum tidur ia berniat akan bangun dan mendirikan salat malam, lalu ternyata rasa kantuk dan pulasnya tidur telah mengalahkan dirinya (sehingga tidak terbangun di malam hari) hingga ia terbangun waktu subuh, maka ia telah mendapatkan pahala apa yang telah ia niatkan tadi, sementara tidurnya ia adalah bentuk sedekah Allah kepadanya.” (H.R. al-Nasa’i)Malam bulan Ramadhan adalah malam yang penuh berkah, ampunan, dan rahmat Allah. Tentu saja masing-masing kita memiliki kadar kemampuan dan kesempatan untuk mendirikannya. Apabila kita diberikan kelapangan waktu, kemampuan, dan kesempatan untuk mendirikannya, maka mari kita maksimalkan semampu kita. Namun, apabila ternyata Allah menakdirkan kita memiliki uzur untuk mengisinya dengan optimal, maka ragam ibadah di atas insya Allah dapat bernilai sama bagi kita. Tentu saja catatan utamanya adalah apapun ibadah yang kita kerjakan, maka melaksanakan ibadah tersebut harus dengan “imaanan” penuh rasa iman dan percaya akan Allah, percaya akan janjiNya, percaya akan segala balasanNya, dan juga “ihtisaaban” penuh keikhlasan, semata dilaksanakan hanya untuk Allah saja.(*)

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini