Oleh Barlius Chaniago/Kadisdik SumbarSafari Ramadhan (SR) telah ada sejak jaman Orde Baru. Jika saya tak salah, kegiatan ini dimulai pada era Menteri Penerangan H. Harmoko, sebagai kegiatan rutin Ramadhan, forum kunjungan/pertemuan pemerintah (umara), ulama, masyarakat di masjid pada malam-malam Ramadhan. Ini sesuai dengan tugas departemen penerangan ketika itu.
Di samping ajang silaturrahim, kegiatan SR juga dimanfaatkan sebagai media sosialisasi kegiatan pembangunan, yang pada era Orde Baru dikenal dengan trilogi pembangunan, yaitu pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas. Kegiatan itu dilaksanakan pemerintah pusat sampai daerah (provinsi, kabupaten/kota sampai kecamatan). Sebagaimana ghalibnya suatu kunjungan, putiah kapeh dapek diliek, putiah hati bakaadaan, bajalan babuah batih malenggang babuah tangan, maka kegiatan SR juga menyertakan bantuan untuk tiap masjid yang dikunjungi, berupa dana pembangunan masjid serta sejumlah Alquran. Semua pengurus berusaha masjidnya jadi objek kunjungan tim SR. Jemaah bergembira tatkala dapat kabar masjidnya dikunjungi tim SR, sekalipun hanya tingkat kecamatan. Segalanya dipersiapkan, amai-amai menyiapkan menu, kudapan yang akan dihidangkan kepada tamu terhormat itu.
Seiring berganti rezim, kegiatan SR masih dilanjutkan, dari pusat sampai daerah dengan variasi yang berbeda-beda. Ada yang dilaksanakan malam hari, ada juga yang memilih siang. Ada daerah yang konsisten, jadi agenda tetap daerah pada Ramadhan, dianggarkan melalui bagian/biro kesra, ada juga yang tergantung kemauan siapa kepala daerah yang berkuasa.Khusus di Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, saya sudah tahun kedua ikut SR bersama Tim 1, pimpinan Gubernur H. Mahyeldi Ansharullah Dt Marajo. Alhamdulillah saya kembali dapat menikmati SR seperti dulu saya bertugas di Padang.
Kekhususan SR ala Buya Gubernur, dan ini konsisten dilaksanakan pada malam-malam Ramadhan sejak jadi Walikota Padang, adalah bahwa SR tak selesai dengan hanya mengunjungi jemaah suatu masjid dan menyerahkan bantuan ke masjid tersebut di malam hari. SR berlanjut sampai pagi hari.Dalam sambutan pada SR malam hari setelah shalat tarawih, gubernur yang sejak muda jadi mubaligh itu selalu mengajak jemaah agar beramar ma'ruf nahi munkar, memakmurkan masjid, membangun silaturrahim, kebersamaan. Jangan sampai berpecah-pecah dan mau dipecah-pecah. Jika ada bibit-bibit perpecahan di masyarakat, bibit itu dari awal sebelum berkecambah, harus segera dimatikan. Suatu yang dianggap baik, bila dilaksanakan akan berpotensi menimbulkan perpecahan masyarakat, maka tangguhkan dulu, sosialisasikan dulu sampai semua lapisan masyarakat paham dan setuju dengan program tersebut.
Gubernur yang tatkala mahasiswa tinggal di masjid jadi garin itu mengajak jemaah untuk mempersembahkan yang terbaik untuk generasi muda, anak-anak dan para remaja. Berikan waktu terbaik untuk mereka, sikap terbaik, didikan terbaik, makanan terbaik, karena mereka adalah pemimpin bangsa masa depan. Mereka adalah wajah Indonesia masa depan, wajah dakwah masa depan, wajah umat Islam masa depan. Wajah peradaban masa depan.Negeri kita negeri kaya hasil bumi. Kita punya ladang, punya laut, punya sungai, punya kolam ikan, punya ayam, punya telur ayam, punya itik, di sawah kita ada belut, di ladang kita ada sayur. Itu adalah karunia Allah, gizi untuk anak-anak dan cucu kita. Utamakanlah itu untuk mereka, termasuk asupan gizi untuk ibu hamil. Kita tak layak punya balita gizi buruk (stunting).
Masalah kita hanya pola makan saja. Kita harus utamakan gizi ibu hamil, dan gizi balita. Tak cukup hanya kenyang saja. Jika punya ikan, punya telur ayam, telur itik, punya ayam, jangan selalu dijual, tapi nikmatilah makanlah bersama anak-anak. Demikian Buya Gubernur.Mengutip ayat Al Quran, gubernur mengatakan bahwa kita diingatkan oleh Allah, hendaklah kamu takut tatkala meninggalkan generasi yang lemah, lemah fisiknya, lemah ilmunya lemah agamanya, lemah mentalnya lemah ekonominya. Kita harus meninggalkan generasi yang kuat, generasi yang tegak kepala di tengah pergaulan antar bangsa. Karena bangsa kita bukanlah bangsa ecek-ecek. Sejarah mencatat bahwa kita adalah satu diantara dua bangsa Asia yang merdeka melalui perang, angkat senjata, bertarung antara pilihan merdeka atau mati.Mabit/I'tikaf dan sahur di rumah dhuafaSuatu hal yang spesifik dari SR Gubernur Sumbar adalah istirahat di masjid, shalat tahajud. Istirahat tidur di masjid selalu mengutamakan kebersihan masjid dengan mewajibkan anggota tim membawa alas tidur dan bantal. Sekitar pukul 2.30.s.d 3.00 harus bangun melaksanakan shalat tahajud bersama atau sendiri-sendiri.
Pada keheningan malam, ketika jengkrik bersenandung bersahut-sahutan, tatkala embun serentak turun membalut bumi, tatkala makhluk bumi terlelap pulas, ibu-ibu mulai bangun menyiapkan makan sahur, rombongan SR gubernur bergerak ke suatu rumah duafa yang tak layak huni. Setelah menempuh perjalanan sekitar 20-25 menit, sampailah di rumah yang dituju. Dengan lembut tangan Buya Gubernur menggedor pintu rumah sembari berucap assalamu'alaikum. Selang berapa lama, ibu penghuni rumah membuka pintu dengan raut wajah keheranan, melihat tamu jumlah dua puluhan membawa penerangan, tikar, dan makanan/minuman sahur. Para tetanggapun ikut terbangun menyaksikan kejadian langka di kampung mereka.
Dengan gagap si ibu menyilakan masuk sembari sang ibu membangunkan suami dan anak-anak. Tim SR dengan sigap memasang tikar di rumah dan sebagian di halaman. Buya Gubernur dan rombongan disilakan duduk di dalam rumah berhadap-hadapan dengan tuan rumah. Point dari kegiatan ini adalah momen seorang pemimpin hadir ditengah-tengah keluarga yang kurang beruntung dari segi ekonomi. Apalagi keluarga yang telah kehilangan kepala keluarga, meninggalkan anak-anak yatim. Gubernur menghibur dan membangkitkan semangat kepada kepala keluarga untuk berikhtiar merubah kehidupan menjadi lebih baik, dan mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Kepada ibu disarankan untuk selalu mendidik anak-anak, mengutamakan pendidikan anak-anak termasuk belajar mengaji dan belajar agama Islam. Kepada anak-anak, Buya Gubernur menyemangati untuk rajin beribadah, rajin mengaji, rajin sekolah mencapai cita-cita. Tancapkan cita-cita setinggi-tingginya. Bila rajin dan selalu berdo'a, insya Allah dikabulkan Allah. Amat mudah bagi Allah mempertemukan hamba dengan cita-citanya.
Momen makan sahur bersama gubernur adalah momentum langka bagi keluarga kurang beruntung secara ekonomi ini. Inilah bukti bahwa pemimpin tak berjarak dari rakyatnya. Pemimpin satu degup jantung dengan rakyatnya. Pemimpin berasal dari rakyat, bekerja untuk rakyat. Suatu hal yang membuat si tuan rumah gembira adalah bantuan bedah rumah serta paket Ramadhan yang diserahkan gubernur bersama pengurus BAZNAS provinsi Sumatera Barat.