Puasa Dalam Pembuktian Ilmiah

Foto Harian Singgalang
×

Puasa Dalam Pembuktian Ilmiah

Bagikan opini

Manusia modern adalah manusia yang hidup di abad 21 seperti sekarang, mereka cenrung menggunakan teknologi dan pengetahuan yang kian berkembang pesat. Kecendrungan Materialistik dan ilmiah menghiasi pola pikir manusia modern. Manusia modern tidak mudah percaya dengan sesuatu, kecuali ia melihat sendiri suatu fenomena, kejadian atau manfaat sesuatu melalui pembuktian pembuktian ilmiah dengan dalil kuat dan perhitungan statistik yang meyakinkan mereka.Begitu pula dalam keyakinan beragama dan rentetan peribadatan agama, manusia modern justru akan meningkat keyakinan mereka kepada Allah Swt dan meningkat kualitas peribadatan mereka, saat telah menyaksikan langsung pembuktian berbagai riset ilmiah tentang manfaat yang diperoleh manusia saat melakukan sebuah peribadatan, termasuk bukti nyata kebermanfaatan untuk tubuh dan kesehatan mereka. Pragmatis memang, tapi itulah salah satu ciri manusia modern.

Para ilmuan telah banyak melakukan riset mendalam tentang suatu peribadatan dalam agama, khususnya Islam, penelitian mereka tentang shalat, puasa, zakat, haji, hubungan silaturrahim dan tolerasnsi sebagai contoh, telah membuktikan bahwa aspek kerohanian tersebut sangat berpengaruh terhadap tubuh dan kesehatan manusia atau reaksinya terhadap sel-sel otak dan sel-sel tubuh lainnya. Penelitian ilmiah tersebut sampai pada suatu kenyataan yang mengagumkan yang kemudian bermuara pada muncul dan bertambahnya keimanan bagi orang banyak dan tidak sedikit di antara ilmuan-ilmuan tersebut berpindah keyakinan dan memeluk Islam sebagai pengakuan mereka terhadap kebenaran ajaran Islam yang telah mereka ungkap.Lalu… apa yang telah dikaji oleh ilmuan terhadap puasa? Hal pertama yang terungkap adalah; bahwa manusia bukanlah satu-satunya makhluk hidup yang menjalankan puasa, semua makhluk hidup yang terdapat di bumi, terbukti juga menjalankan suatu proses yang bisa disebut sebagai puasa, walaupun mereka sedang berada di lingkungan penuh dengan makanan, binatang seperti burung, ular, serangga, ikan, beruang semuanya juga berpuasa dan bahkan beberapa jenis tanaman juga kemudian terbukti melakukan puasa.

Hal kedua adalah setelah menjalankan “ritual” puasa, makhluk-makhluk seperti binatang dan tumbuhan tersebut muncul kembali dengan kegiatan yang lebih dinamis dan segar, malahan ada di antara makhluk tersebut ada yang tumbuh lebih sempurna, lebih sehat dan bahkan muncul dalam wujud yang berbeda dari sebelumnya. Binatang tersebut setelah menjalankan puasa mereka, lalu berganti kulit, berganti bulu, berganti cangkang untuk kemudian mendapatkan kulit, bulu dan cangkang baru yang lebih mengkilap, segar dan menarik, mulailah mereka kawin dan bernyanyi, makan dengan lahap dan berkembang biak.Makhluk-makhluk yang diceritakan di atas, hanyalah makhluk yang hidup dengan insting dan naluri, dimana puasa mereka hanyalah dianggap sebagai gejala biologis, fisiologis dan lebih dipandang sebagai respon mereka terhadap gejala alam semata. Lalu bagaimana dengan manusia yang bergarak dan bertindak di bawah kendali akal, sebagai suatu karunia terbesar yang dimiliki manusia, di samping karunia fitrah keislaman yang diberikan Allah kepada manusia muslim.

Hal ketiga yang dihasilkan dari kajian ilmiah tentang puasa adalah bahwa sebenarnya manusia-manusia kuno telah mengenal puasa berdasdarkan fitrah dan naluri jauh sebelum agama-agama diturunkan. Orang-orang Mesir kuno terbukti telah melakukan puasa lebih dari 5.000 tahun sebelum munculnya agama. Begitu pula dengan bangsa Greek dan Romawi telah berpuasa sebelum datangnya agama Kristen.Berbagai bukti peninggalan kuno menunjukkan bahwa manusia purba tersebut telah melaksanakan ritual puasa dengan peraturan yang ketat dan rapi sesuai dengan jenis dan tujuan tertentu. Namun secara umum dapat diungkapkan bahwa puasa yang mereka lakukan bertujuan sebagai pembersihan roh, penebusan dosa, pembuktian kesedihan atas suatu kematian, naik pada suatu level kemanusiaan, penguasaan suatu ilmu atau sebagai ritual pengobatan terhadap suatu penyakit.

Kenyataan yang telah disebutkan di atas, telah mendorong keinginan berbagai ilmuan untuk mengkaji lebih jauh dalam mengungkap manfaat berpuasa bagi kesehatan tubuh manusia, apakah puasa yang dilakukan akan berakibat baik bagi pembentukan sel tubuh dan meningkatkan kesehatan manusia atau justru akan membuat tubuh sakit, lemah dan kurang darah. Pembuktian ilmiah ini dilakukan untuk membuat manusia yakin dengan ubudiah yang dijalankannya sekaligus akan meningkatkan derajat manusia hingga derajat tertinggi yang disebut dengan taqwa, sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ (QS: 2: 183)Apa saja hasil temuan ilmiah tentang puasa? Pertama, ilmuan telah menemukan bahwa terjadi proses kimia dan biologis dalam tubuh manusia yang berpuasa. Pada saat berpuasa tubuh akan menggunakan zat-zat makanan yang tersimpan, jika zat yang tersimpan sudah habis, maka protein yang membentuk bagian tubuh terutama hati dan otot akan bergerak aktif, sekiranya berpuasa dilakukan dalam jangka waktu tententu dengan aturan yang telah Islam gariskan, seperti puasa Ramadhan, maka gerak aktif dari hati dan otot akan menyebabkan protein akan mudah memperbarui diri, lebih baru, segar dan lebih aktif.

Hal di atas akan memperlihatkan bahwa puasa Ramadhan menyebabkan pembaruan dan penyegaran jaringan-jaringan tubuh, terutama jaringan-jaringan hormon yang memiliki tanggung jawab pada pertumbuhan dan gerak yang menguasai pencernaan dan perkembangan tubuh, hal inilah kemudian yang membuktikan bahwa pada kasus binatang yang telah disebutkan di atas, setelah berpuasa berubah menjadi sehat dan aktif.Temuan kedua, ilmuan telah membuktikan bahwa setelah tubuh menggunakan zat-zat makanan yang tersimpan dan simpanannya habis, tubuh akan menggunakan jaringan lain dan jaringan yang digunakan adalah jaringan yang terlemah, sakit, rusak dan telah tua, untuk selanjutnya dikeluarkan dari tubuh. Puasa yang dilakukan bisa diibaratkan pisau operasi yang membuang sel-sel yang rusak dan lemah dari bagian tubuh dan memberi kesempatan kepada tubuh untuk melakukan peremajaan sel. Dengan temuan ini puasa dianggap sebagai tindakan preventif (pencegahan) penyakit menyerang tubuh manusia.

Temuan ketiga, bahwa puasa dapat mengendalikan gula darah tidaklah mitos, hasil riset ilmuan membuktikan bahwa puasa menyebabkan kelenjar pankreas memiliki kesempatan untuk istirahat dan mampu memperbaiki dirinya sehingga dapat menghasilkan insulin yang pada akhirnya akan mampu mempengaruhi kadar gula dalam darah dengan merubah kelebihan gula menjadi karbohidrat dan lemak.Temuan keempat bahwa puasa dapat menyehatkan lambung. Selama puasa lambung mengalami kekosongan sekitar 12 jam dan teratur selama 30 hari untuk puasa Ramadhan, jangka waktu itu sudah cukup untuk memberi kesempatan kepada lambung istirahat dari kerja keras mengolah makanan yang bertumpuk, kekhawatiran penderita maag akan berjangkit selama puasa justru tidak beralasan di banding teori ini, malahan penderita maag akan merasa sehat selama puasa.

Temuan kelima bahwa puasa mampu mengurangi berat tubuh. Hasil riset ahli membuktikan bahwa puasa merupakan pola diet paling baik dan dapat mengurangi kegemukan, asal tidak makan berlebihan saat berbuka. Jika justru makan berlebih saat berbuka maka efek puasa justru menjadi terbalik, sehingga banyak orang yang merasakan selama menjalan puasa Ramadhan justru berat badannya makin naik, istilah “berbuka dengan yang manis” seperti diiklankan banyak produk di televisi agaknya menyesatkan, karena kalau dikaji dari hadits nabi tidak pernah mengatakan berbuka dengan yang manis, akan tetapi “berbukalah dengan kurma, jika tidak ada, maka berbukalah dengan minum air”.Pembuktian-pembuktian ilmiah yang telah dinukilkan di atas, merupakan gambaran konkrit yang dapat dipelajari oleh manusia modern, sehingga manusia modern dapat lebih meyakini dan mempercayai ajaran agamanya melalui keberadaan temuan ilmiah ini, sehingga semakin memperkokoh keberadaan dalil-dalil naqli berupa al-Quran dan sunnah Rasulullah, Semoga ! (Dikutib dari berbagai sumber)

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini