Beeb Aku Disakiti

Foto Harian Singgalang
×

Beeb Aku Disakiti

Bagikan opini

Pajak yang dibebankan kepada rakyat dipungut dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Lalu: buncahlah negeri ini, karena pejabat pajak punya kekayaan melimpah. Anaknya gahar dan smart dan jahat dan bapaknya mundur dan segala dan dan lainnya. Vonis telah jatuh, sebelum diadili, itulah meja mahkamah rakyat.“Jangan lelah mencintai Indonesia,” kata Menkeu Sri Mulyani pada banyak kesempatan. Indonesia terbuat dari rindu, kata seorang kawan. Makanya Anda sering rindu, entah pada siapa dan apa, saya tak tahu.

Berurusan dengan pajak banyak keluhan. Pertama tentang pajaknya. Segala akan dipajaki saja. Kedua dokumennya. Sudahlah uang kita yang dipungut, dokumennya bejibun dan namanya aneh-aneh. Sudahlah aneh, mengisinya susah pula. Sudahlah susah, orang pajak ogah-ogahan membantu.Saya pernah menyarankan, bisakah disederhanakan bahasa yang dipakai sehingga gampang dimengerti? Angin lalu saja. Tapi sudahlah.

Kata kawan, kenapa kita pula yang mesti melapor tiap tahun ke kantor pajak. Menurut kawan itu, kantor pajaklah yang seharusnya melapor kepada wajib pajak, tahun berjalan, uangnya sudah dipotong untuk pajak dan telah dipergunakan untuk pembangunan. "Uang kita yang dipotong, kita pula yang melapor," katanya.Yang jelas sebuah mobil mewah Robiccon warna hitam, diparkir pada sebuah hamparan. Seorang anak muda gagah bercelana pendek, duduk di atas ambek lago (bumper)nya. Dia anak pejabat tinggi ditjen pajak kemenkeu. Dia disapa “beeb” oleh kekasihnya.

“Beeb aku disakiti.”Cinta memang aduhai dan halus, ketika lain buta dan jahat. Alkisah sesingkat-singkatnya, anak muda gagah itu, mandaram seorang anak muda lainnya, karena cinta. Korban koma, sebab kepalanya ditendang berkali-kali. Betapa jahatnya. Korban dirawat di rumah sakit. Itu kata informasi yang bersileweran.

Lalu sebagaimana biasanya kekuatan netizen Indonesia, seperti kuda dalam peperangan, tak ada lawan. Netizen bekerja dan hasilnya, tahulah rakyat Indonesia, oknum pejabat dan keluarganya hidup mewah, hedonis dan ternyata ada yang jahat. Tapi, benarkah itu uang aneh? Tak tahu. Jangan-jangan salah semua, yang benar hasil usaha.Tapi itu nantilah kita lihat. Sekarang, karena kasus ini ada urusan dengan pajak, maka rakyat mulai bertanya-tanya “masih pantaslah kita bayar pajak?” Ketika itulah seorang kawan mengirim pesan WA kepada saya, “Bang, wak dapek honor Rp125 ribu, potong pajak.” Bisa bayangkan betapa pajak itu seperti mata elang.

Si beeb rupa-rupanya belum bayar pajak mobil mewahnya, sedangkan kantor Samsat di seluruh Indonesia, penuh tiap hari karena antre bayar kewajiban.Dan seorang kawan, mau coba buka usaha, maka didirikanlah perseroan. Urus NPWP, sebulan kemudian datang surat dari kantor pajak. Hidup seperti dililit hutang, tapi itulah gunanya kita berbangsa dan bernegara. Penduduk berpendapatan wajib bayar pajak, siapapun dia.

Yang membuat miris adalah, oknum pejabat pajak kayanya minta ampun, uangnya seperti beranak- pinak. Untuk orang semacam itu tak perlu nasihat, yang wajib dilakukan adalah penegakkan hukum. Sayang pula, hukum kita bak raga-raga atau agar-agar, entang saja kelihatannya, kurang bisa dipercaya, padahal enak. Bukan hukumnya tapi penegakkannya.Kita memang hebab beb*

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini