Membaca Laporan Keuangan PTSP 1911

Foto Harian Singgalang
×

Membaca Laporan Keuangan PTSP 1911

Bagikan opini

“Jaarverslag en Balans Per Ult Maart 1911,” Inilah laporan keuangan Nederlandsch- Indische Portland Cement Maatschappijj (NIPCM), sekarang bernama PT Semen Padang. Dibaca dalam dokumen asli di Gemeente Museum Den Haag, Belanda.Kata Dr Suryadi, dokumen tentang Semen Padang di museum ini dan di lokasi lain di Belanda, jika ditumpuk, tingginya 6 meter, itu belum termasuk guntingan koran.

Dosen Universitas Leiden ini memang aktif membantu mengumpulkan dokumen PT Semen Padang disana. Ini gunanya untuk memperkaya dokumen, demi menuju Indarung I sebagai warisan dunia.Laporan keuangan saja sejak 1911 sampai 1970, yaitu 25 tahun setelah Indonesia merdeka. Semestinya hanya sampai 1958, saat dilakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda. Laporan sampai 1970 itu, membuktikan catatan keuangan masih dipegang Belanda sampai awal Orde Baru itu. Atau, Belanda juga membuat satu versi berbeda untuk keperluan dokumentasinya.

Laporan keuangan 1911 itu, membuktikan setahun setelah pabrik berdiri, perusahaan itu sudah berponduksi. Koran Belanda, De Indische Bladen edisi 15 Januari 1914, menuliskan, “ Di sini di Indarung, diproduksi semen yang setara dengan semen-semen terbaik di Eropa, dibuktikan oleh berbagai laboratorium di sini dan di Eropa.”Direktur Keuangan Semen Padang, Oktoweri, membaca dengan teliti laporan keuangan pertama perusahaan tersebut. “Jadi 1911 sudah berpoduksi,” kata dia di Den Haag, hari kedua ia di Belanda Senin (20/2). Laporan keuangan itu memuat secara sederhana posisi keuangan perusahaan 1910 yang dilaporkan pada Maret. Jadi pada saat itu laporan dibuat setiap Maret untuk tahun sebelumnya.

Dari dokumen yang ada, terlihat Belanda memang sangat teliti dan menyimpan semua arsip aktivitasnya di Indonesia. Bahkan, juga percakapan bagaimana seseorang melamar dan dialog antara si pelamar dan manajer perusahaan. Bahkan, terlihat pula catatan, manajer baru datang mesti ke kota untuk membeli kain pintu.Sebagaimana laporan saya sebelumnya, pabrik semen di Indonesia ini, merupakan pabrik tua, kalah 6 tahun saja dibanding semen di Barcelona. Gerak ekor Revolusi Industri di Eropa, salah satunya ada di Hindia Belanda dan itu di Padang. Itulah sebabnya, kenapa pabrik ini punya persyaratan yang lengkap untuk menjadi warisan dunia.

Laporan keuangan 1911 ini hanya lima halaman saja, tidak termasuk cover. Bagaimana kondisinya ketika dibuat, seperti itulah disimpan di museum. Tidak rusak sama-sekali. Hal serupa berlaku juga untuk semua laporan keuangan sejak awal. Juga dokumen-dokumen lainnya. Bahkan tersimpan juga foto-foto karyawan dan buruh.Semua dokumen yang sudah terkumpul sudah dibawa pulang ke Padang, untuk kemudian dibundel guna memperkaya dokumen untuk Unesco. Sekaligus ini juga bisa menjadi rujukan penelitian bagi mahasiswa S1-S2 dan S3 tentang salah satu kaki era indistrialisasi di Sumatera Barat. Kaki lainnya, tambang batubara, jalan kereta api dan pelabuhan Emma Haven.

Oktoweri membolak-balik laporan keuangan Belanda itu, ia terlihat membaca dengan teliti. Mungkin ia sedang membandingkan cara kerja Belanda dengan cara ia bekerja sekarang, atau sedang membayangkan kondisi perusahaannya pada tahun awal-awal berdiri. Ia juga membaca laporan keuangan untuk tahun-tahun berikutnya. Laporan keuangan dulu dan sekarang jauh berbeda, setidaknya dari tebalnya. Tentu juga dari bulan pembuatannya. Jika dulu per Maret, maka sekarang per tahun/Desember.Di Belanda, juga masih ada kantor NIPCM, tak ada perubahan signifikan, meski sekarang sudah jadi hotel. Hotel itu adalah saksi sejarah yang hanya bisa dipandang dan difoto, tapi membaca dokumen perusahaan adalah sesuatu yang sangat berharga. Membaca dokumen keuangan Semen Padang 1911 dan seterusnya, adalah membaca sejarah. Datang ke Belanda, menjemput semua dokumen, adalah sebuah langkah maju. Pertama kali, doeloe sudah pernah dijemput – kabarnya—oleh Dirut EH. Nizar Dt Kayo, beberapa foto menarik dibawa pulang dan sekarang dipajang di perusahaan itu di Indarung, Padang.

(habis)

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini