Rosalia Wanita Peru Sopir Taksi dari Barcelona

Foto Harian Singgalang
×

Rosalia Wanita Peru Sopir Taksi dari Barcelona

Bagikan opini

Lapar. Sepulang dari museum semen, kami berhenti di Centre Comersial Arenas de Barcelona. Makam masakan Jepang. Kenyang, bergerak ke hotel. Mesti naik taksi.Masih Jumat (24/2), sedang ramai kota Barcelona sekarang. Inilah kota terbesar kedua di Spanyol dan merupakan ibu kota wilayah otonom Catalonia. Penduduknya di pusat kota 1,6 juta. Jika dijabodetakan, maka jadi 5 juta jiwa.

Disinilah rumah klub bola terkemuka, Barca yang didirikan pada 29 November 1899. Tentang klub ini, semua orang sudah tahu.Kota wisata ini, memang aduhai. Dalam situasi aduhai itulah kami memesan taksi warna hitam dengan pintu dan beberapa bagian cat kuning.

Sopirnya seorang perempuan, namanya Edwin Y Rosalia. Ia seorang perantau, berasal dari Peru. Rosalia meninggalkan desanya lantas terus ke ibukota, Lima di Amerika Latin. Dari kota ini, ia bergerak ke Barcelona mengadu nasib. Di sini, ia tak sendirian, tapi banyak sopir taksi perempuan.Ia lihai bahasa Spanyol. Ini karena negara itu dijajah oleh Spanyol. Merdeka pada 28 Juli 1821. Jadi secara budaya, Peru akrab dengan Spanyol dan Rosalia memilih Barcelona, bukan Madrid. Persis seperti orang Indonesia yang "akrab" dengan Belanda dan kotanya Amsterdam.

"Ini apa Bahasa Inggrisnya," ia bertanya nama sabuk pengaman.Ribuan taksi ada di Barcelona yang siap kapan saja melayani turis. Tarifnya memang tinggi jika dibanding rupiah. Kurs saja bertikai di jurang yang dalam. Satu euro sama dengan Rp16 ribu. Uang €100 sekejap saja bisa habis.

Jenis taksi di sini sedan dan van. Carteran juga ada. Sopirnha banyak seperti Rosalia, tak bisa berbahasa Inggris tapi nafkah ada di jalan raya.Tatkala naik taksi dari hotel menuju bandara taksi yang kami tumpangi melaju kencang. Mungkin sudah biasa, bisa juga karena kejar trip. Yang manapun, sopir beberapa kali hampir kena atau menyenggol.

Barcelona sebagai kota wisata di tepi Laut Tengah itu, waktu saya di sana, ramainya luar biasa. Para penyeberang jalan ramai sekali, tapi belum bisa nengalahkan Tokyo.Taksi yang ditumpangi terus melaju, Rosialia terus bercerita dalam Bahasa Spanyol. Kami tak mengerti, tapi ia riang. Sampai dan bayar. Selesai.

Rosalia kembali melaju di jalan lurus, mengadu nasib mencari nafkah di jalan kota besar itu. Sekejap saja taksi itu lenyap.Ibukota Provinsi Catalonia ini merupakan kota terpadat di Eropa. Gedung pencakar langitnya. Pembangunan hotel sebelum covid terpaksa dihentikan karena protes warga.

Jumlah wisatawan membludak.Sehabis covid dan Maret 2022 turis masuk ke Spanyol 8 kali lipat banding bulan yang sama tahun sebelumnya.

Dan, di semua kota Eropa yang saya kunjungi, masker sudah lama dibuang. Semua sudah sehat. Ekonominya juga sehat makanya bisa menggunakan mata uang tunggal.(*)

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini