Secangkir Kopi di Desa La Pobla Lillet

Foto Harian Singgalang
×

Secangkir Kopi di Desa La Pobla Lillet

Bagikan opini

Pada sebuah tikungan berbelok dan menurun, ada sebuah kafe Kecil. Namanya Llar del Pensionista. Terletak di lembah, tapi meski lembah posisinya 843 mdpl. Kafe ini berada di daerah bersejarah, yang jadi obyek wisata. Namanya La Pobla de Lillet.Pada Jumat (24/2) sekembali dari museum semen sejauh 100 Km ke utara Barcelona, kami mampir di sini. Sebenarnya bukan hendak berwisata, juga bukan menyeruput kopi, tapi numpang ke toilet sembari ngopi. Itulah yang sesungguhnya.

Tapi, apa hendak dikata, lokasi ini aduhai cantiknya. Saya saksikan beberapa orang duduk di trotoar dengan meja kecil menikmati bir. Ada dua meja kosong, saya duduk di sana sembari menikmati kopi pesanan.Tak lama kemudian sebuah sedan yang setir kiri itu, berhenti di dekat agak ke atas.

Seorang perempuan turun membawa surat pos. Mungkin petugas dari kantor pos terdekat. Ia mendekati meja yang di sana duduk beberapa pria. Ia serahkan amplop itu, mereka semua kemudian berkelakar dan perempuan pergi. Ia ngebut sembari melambai.Berselang, lewat sebuah bus wisata. Besar. Melaju lembut menggunting aspal menuju entah kemana, tak saya uruslah itu, sebab saya sedang mencicipi kopi yang jauh dari rumah ini.

La Pobla de Lillet, punya sebuah kastil terkenal, yang dibangun abad ke-9 tapi hancur dan dibangun kembali abad ke-14.Tapi, sekarang yang ada puing-puingnya.

Kastil adalah tempat tinggal atau bangunan pertahanan yang lazim di Eropa pada abad pertengahan. Kastil dibangun oleh raja-raja atau kalangan militer. Umumnya untuk rumah peristrahatan yang damai.Lalu banjir besar melanyau kawasan ini pada 1864, merusak banyak situs bersejarah. Di depan kafe kecil ini, memang ada sebuah anak sungai, seperti anak sungai dari gunung Marapi di kawasan Agam dan Tanah Datar.

Dan kafe ini memang pas untuk melepas lelah. Adem. Di sebelahnya di tingkungan lain, ada kafe lain yang lebih besar dengan jejeran kursi di halamannya. Petugas kafe terlihat sedang menyiapkan meja-meja untuk tetamu yang akan datang, jika siang mulai tergelincir.Sebelum kawasan berpenduduk satu juta ini, tak ada pemukiman, juga sesudahnya. Rumah-rumah di sini berdiri di pinggang bukit dari semen dan gaya khas Spanyol.

Lalu kami pergi, tak jauh benar, sopir memperlambat mobil van. Ia menunjukkan sebuah merk besar. "Baga." Apa itu? Sebuah kawasan di Catalonia di pergunungan Comoro, dekat Hostal Cal Batista. Ya apa? Dari sini bisa melihat kota wisata Baga yang cantik dan penuh peninggalan sejarah. Kami tak ke sana. Panek.Lalu van kembali ke Barcelona, tadi waktu pergi, kami masuk tol dan bayar. Jadi siapa bilang jalan tol tak berbayar? Ke Barcelona, seperti tadi melaju mulus dengan kecepatan 100 Km/jam di jalan lurus.

Waktu yang singkat di kota bola ini, mesti dimaksimalkan. Saya ingin ke pantai Laut Tengah yang selalu terbayang dalam ingatan saya sejak SMP. Ini gara-gara kepala sekolah saya masuk kelas menggantikan guru yang tak datang. Ziyad, panglima perang Islam yang menaklukkan Granada.Tapi, tak sempat. Inilah yang amat saya sesali, mungkin bisa seumur hidup, tapi mana tahu, suatu hari kelak saya akan ke sana lagi. (**)

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini