Sosialisasi Hasil Musyawarah Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (MMS-PKS) dilakukan secara nasional secara Luring dan Daring oleh PKS, Kamis 23 Feb 2023.Pada mulanya, Saya tidak tahu apa maksud sosialisasi dan apa produk MMS yg disosialisasikan itu. Selama ini belum pernah saya diundang resmi untuk sosialisasi semacam itu. Namun seperti biasa apa saja undangan Parpol bila ada waktu dan sedang di tempat, selalu dan alhamdulilah saya hadir.
Sebelum-sebelumnya pada undangan partai lain seperti Gerindra, NASDEM, Demokrat, PPP, PAN, Golkar, PDIP dan Partai Umat, selalu saya hadir.Undangan Partai ke Tokoh Masyarakat (ToMas) merupakan penghormatan dan itu mesti diapresiasi tinggi. Termasuk kali ini.
MPW PKS Sumbar mengundang Tokoh Masyarakat (ToMas) kali ini, rupanya adalah Deklarasi Anies Rasyid Baswedan sebagai Capres PKS 2024.Sekitar 1 Jam acara berlangsung dan di ujung acara kami yg hadir diminta 3 orang memberikan komen atau sambutan singkat pada agenda yang berlangsung di Kantor PKS Sumbar Jl Adinegoro Padang.
Kami yang diminta adalah Saya Ketua PW Muhammadiyah SB 2000-2005; 2015-2022 dan Penasihat 2022-2027 sekarang Dosen Pascasarjana UM Sumbar.Dari yg milenial Ketua BKPRMI (Badan Kerjasama Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia) adalah Dr. Nurlizam, Dosen UIN Bukittinggi.
Yang ke-3 dari tokoh wanita adalah Motivator, Konselor Keluarga, Dosen Pascasarjana UIN Imam Bonjol Prof Associate Dr. Hj. Ulfatmi Amirsyah, M.A.Ketiga kami menghargai tinggi undangan ini. Mudah2an semua Partai terus mengundang ToMas utk semua hal yg relevan.
Tentang Bacapres PKS, ketiga kami mengatakan sangat pula menghargai. Harapan kami pilihan itu akan menuai hasil pada 2024.Setelah pertemuan itu saya merenung. Bahwa sampai hari ini ada 4 kekuatan politik yang optimis sesuai Presiden Treshold 20 ? kursi DPR RI. Yaitu PDIP sudah punya 20 %. Gerindra dan PKB Koalisi Kebangkitan (KKIR-Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya ). Koalisi Bersatu (Koalisi Indonesia Bersatu) Golkar, PAN dan PPP). Koalisi Perubahan terdiri atas Nasdem, Demokrat, Nasdem dan PKS.
Dua di antara Koalisi tadi viral menghadapi Pilpres 2024 . Dua calon Prabowo dan Anies dari dua koalisi Kebangkitan dan Perubahan, diperkirakan kalau Panjang umur dan izin Allah akan final ke KPU. Mereka sedang lobi siapa pula dua Bacawapres yang mereka usung sampai hari H ke KPU dalam waktu tak lama lagi.Sesingkat pantauan saya, meski selalu di tiga besar hasil survei nasional, belum satupun Partai Deklarasikan Ganjar Pranowo sebagai Bacapres, kecuali suara lepas dari PSI yang mendapat koreksi dari PDIP.PDIP sendiri yang tak perlu koalisi suara juga belum mengumumkan siapa Bacapres mereka, apalagi Bacawapres. Bahwa nanti akan ada yang bergabung mengusung Bacapres dengan calon PDIP, itu merupakan keniscayaan.Kembali deklarasi Anies oleh PKS. Presiden PKS Ahmad Syaikhu menyatakan 7 kriteria mengapa MMS-PKS memilih Anies sebagai Bacapres. Diantaranya yang paling menarik adalah yang pertama, nasionalis-religius. Yang 6 lainnya cukup rasional dan konkret.
Diksi nasionalis-religius merupakan pengembangan dari teori lama 78 tahun lalu. Dekat 8 dekade lalu, wacana aliran dan identitas sub-ideologi Indonesia disebut Nasionalisme-Sekuler dan Nasionalisme-Islami .Endang Syaifuddin Anshari-ESA (1938-1996) dalam Tesis Masternya di McGill University tahun 1976 yang berjudul : "Piagam Jakarta 22 Juni 1945 : Sejarah konsensus Nasional antara Nasionalis Islamis dan Nasionalis 'Sekuler' tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1949", mengikhtisarkan penandatangan Piagam Jakarta sebagai terdiri atas gabungan kedua stereotip tadi.
Mereka adalah Haji Soekarno, Haji Achmad Soebardjo, Haji Abdul Kahar Muzakir, Alex Andries Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Haji Mohammad Hatta, Haji Abdul Wahid Hasyim, Haji Agoes Salim dan Haji Mohamamad Yamin. (Shofwan Karim, Langgam.id 19 Jan 2022). Agaknya waktu itu Soekarno, M Hatta, A Soebardjo. AA Maramis dan M Yamin dianggap, tipologi kedua. Dan AK Muzakir, A Tjokrosejoso, AW Hakim dan Agus Salim, tipologi pertama.Diksi Nasionalis-Islamis dan Sekuler-Nasionalis sekarang sudan melebur menjadi Nasionalis-Religius dan Religius Nasionalis. Artinya tidak ada lagi kekuatan formal politik yang murni sekuler atau murni religi. Bila dilihat kepada koalisi yang sudah ada untuk Pilpres 2024, kelihatan sekali politik identitas seperti kalangan tertentu masih masih menyuarakan, menjadi ketinggalan “kereta”.