Ditampar Angin Dingin Belanda Sejak Pagi

Foto Harian Singgalang
×

Ditampar Angin Dingin Belanda Sejak Pagi

Bagikan opini

Pagi membentangkan sayapnya di Amsterdam, mata tropis saya sudah terbuka. Ini bukan karena alim tapi tersebab jetlag. Lalu, menikmati Iqos keluar hotel. Langsung saya ditampar dan dipagut dingin nan hebat.Selesai, mau masuk lagi, saya lihat seorang tamu tak bisa buka pintu otomatis, terkunci otomatis pula dari dalam. Sepagi ini, siapa pula yang mau masuk. Dia minta dibukakan pintu dan Anda tahu, saya menumpang saja dengan langkah panjangnya. Masuk lift, saya baca antara lain, " 4 seconden." Inilah senyum pertama saya untuk Rabu (22/2). Maksud kalimat itu, isi lift 4 orang.

Lalu beberapa jam kemudian turun lagi untuk sarapan. Saya yang pertama dan ternyata belum buka. Petugas bilang dalam bahasa Inggris, 10 menit lagi. Hal seperti ini pernah saya alami di Tokyo.Tadi sebelum turun, ketua MUI Sumbar, Buya Gusrizal Gazahar menelepon saya dan diskusi singkat tentang Harta Pusaka Tinggi di Minangkabau. Jangan salah arti dulu, Buya bukan bertanya hal itu pada saya namun minta agar kitab tentang topik tersebut dikirim kepadanya. Bukan pula kitab saya tapi karya Syekh Ahmad Khatib al Minangkabawi. Kalau ini memang hanya saya yang punya. Didapat dari cicit ulama besar itu. Ada agak kerek sedikit sama saya ngak? Hahaha.

Manggau----------

Saya hari ini sayabagak manggau-manggau tanggung. Takut tidak, berani juga tidak. Kawan mengajak keliling kota, seperti lagu anak-anak dari Cocomelon itu. Tapi, tentu tidak manggau, ketika masuk ruangan sarapan. Sebutir telur dan lainnya. Nikmat. Semeja dengan Dirut Semen Indonesia, Dony Arsal.Suhu di luar 4 derajat pada pukul 08.00 pagi. Merpati terbang-terbang di depan taman. ABN Ambro, bank Belanda di sisi salah satu taman kota ini, masih tutup. Saya teringat saja nama bank tersebut karena pernah akrab dengan Semen Padang, suatu masa dulu. Trem melaju darimana entah mau kemana, warga bersepada juga lalu-lalang. Trem Amsterdam itu sudah ada sejak 1975. Panjang rel sekitar 200 Km.

Dingin. Masuk hotel lagi dan petugas di depan pintu putar menyapa saya dengan kata templat: Morning. Saya jawablah tapi ujung telinga saya terasa panas dicubit angin Eropa.Lobi Grand Hotel Anantara Krasnapolsky memang hangat, saya duduk saja di sini sekejap. Hotel ini dibangun 1855 memiliki 402 kamar dan saya ada di salah satu kamarnya. Hangat, sehangat selimut bayi. Selunjur saya sebab sehari sebelumnya sudah top: lebih 10 ribu langkah.

Dan saya ke Factory Outlet Ochtrup di perbatasan Belanda - Jerman. Di sini surga belanja dan saya memang belanja, kopi plus sepotong kue, duduk di meja taman. Saya beli di Ralphis Coffee, yang jualan di atas mobil bercat biru. Meja dan kursinya warna senada. Serasa saya sedang berada di Eropa.Meski sinar matahari telah muncul tapi suhu masih 6 derajat. Tak apa kapan lagi menikmati dingin sembari melihat orang-orang Benua Biru hilir mudik di sini. Tentu saja ini selain kawasan belanja, juga pejalan kaki.

Apa saja bisa dibeli di sini yang serba mahal itu. Semua, pakaian. Dan jika uang cukup, siapapun Anda, sebaiknya beli koper kosong. Tapi, saya tidak, bukankah sedang manggau-manggau tanggung.Belanda memang memanjakan wisatawan dengan pusat-pusat belanja, kafe, hotel, jalan dan museum-museumnya. Juga kanal serta obyek seni yang banyak. Adalah sia-sia ke Belanda jika sekadar jalan-jalan saja. Tapi, tak apa juga, terserah yang berwisata saja.

Kopi belum habis, tapi segera saja menjadi dingin. Jangankan kopi, hatipun bisa beku di sini, jika segala akan dipikirkan. Dan tak seorangpun di sini yang memikirkan apa yang saya renungkan haha. Saya sedang di negara kecil di Eropa. Monarki dengan 12 provinsi dengan penduduk hampir 18 juta jiwa. Bagi Indonesia, Belanda sudah terang-benderang, 350 tahun lamanya, Indonesia dijajah.Tapi sudahlah, jemari saya sudah kebas. Siang sudah tiba dan pengunjung makin banyak, meski tidak seramai hari libur.

Baca juga: Penertiban PKL

Galigato mulai terasa, saya mesti mencari tempat yang hangat. Bukan sehangat selimut bayi tapi seperti tungku.(*)

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini