Saya Mau Salat Subuh, Mesjid Mashur Itu Dikunci

Foto Harian Singgalang
×

Saya Mau Salat Subuh, Mesjid Mashur Itu Dikunci

Bagikan opini

Sudah sering saya ke kota Medan ini, karena setiap tahun saya mengikuti Haul Tarekat Mufarridiyah di Langkat Tanjung Pura, Sumut. Tapi kedatangan saya tahun ini bertepatan dengan Hari Pers Nasional (HPN) 2023 dikota yang walikotanya seorang anak muda, menantu Presiden Jokowi yang juga hadir pada puncak HPN Kamis (9/2l ) lalu.Karena agenda spritual yang akan saya ikuti Minggu (12/2) ini maka saya pindah menginap dari hotel HPN yang mahal ke hotel syari'ah yang murah di samping bahagian utara lokasi masjid Raya Mashum (Terpelihara) yang mashur itu.

Hikmah HPN tahun ini bagi saya, selain bertepatan dengan Haul, saya dapat mengikuti salat Jumat di masjid yang dibangun pada tahun 1906 oleh Sultan Kesultanan Deli yang bernama Ma'sum Al Rasyid Perkasa Alamsyah, Sultan yang ke 9 berkuasa di Deli tahun 1875 -1924.Kesultanan Deli adalah kerajaan Melayu terbesar di Pulau Sumatera selama 3 abad, sejak abad ke 17 Masehi, yang telah mempunyai 14 Sultan turun temurun.

Bagi generasi se umur saya, poto masjid itu tentulah tak asing lagi, sebab banyak sekali almanak ditahun 70 an bergambar masjid itu.Sekarang Alhamdulillah, setidaknya sekali setahun sejak 6 tahun terakhir saya transit di samping masjid yang ramai dikunjungi wisatawan, termasuk manca negara, yang terbanyak dari Malaysia.

Ada 5 kubah besar menyungkupi rumah Allah ini, ada gerbang mirip benteng Granada di Spanyol, halamannya sangat luas, terutama bahagian selatannya, sedang areal utama terdapat komplek kuburan yang entah sudah berapa ribu jasad manusia ditanam disana.Dua menara tinggi berdiri kokoh, dengan toa keras menyerukan Azan, yang dianjurkan untuk distel keras keras oleh Gubernur Sumut Edy Rahmyadi.

Saya naik masjid itu, saya hitung pula tangganya, 14 anak tangga, sehingga tinggi masjid itu sekitar 2 sampai 3 meter. Luas ruangan masjid tidak seluas ruang masjid Raya Padang sekitar 200 meter lah atau 20×10 meter. Bentuk ruangan persegi sepuluh atau berbentuk diamond, tapi ukiran interior masjid itu luar biasa seninya.Menurut Syaf (40), petugas masjid asal Maninjau Agam, motif ukiran masjid ini bergaya Arab, Eropa dan India.

"Tak ada unsur Melayu, hanya tiga itu Eropa, Arab dan India" kata dia.Pintu masuk masjid Raya ini ada 6 buah, tapi hanya 3 yang tetap dibuka. Ditengahnya berdiri kokoh 8 buah tiang sebesar drum minyak tanah setinggi 5 meter yang dibungkus batu mar mar warna ke kuning muda, tiang itu menjadi penyangga kubah besar diameter 3 meter.

Yang paling menarik didalam masjid itu adalah mimbar. Agak nya meniru mimbar masjid Nabawi Madinah. Bentuknya sama dengan mimbar Rasulullah, jumlah anak tangga masjid Mashum ada 9 sedangkan mimbar Nabi 12 anak tangga.Mimbar itu terbuat dari batu marmer mahal, kiri kanannya diberi pagar dengan 9 lengkung pembatas yang juga dilapisi marmer putih, sedangkan bahagian atas nya diberi atap, terbayang mimbar masjid Nabi, begitu juga mihrabnya, sama bentuknya dengan mihrab Rasulullah.

Saya duduk sejajar mimbar jelang khatib berkhotbah. Khatib keluar dari sebuah ruangan dinding masjid sebelah kiri, diiringi dua orang berjubah satu pengawal satu lagi muazin, khatib memegang tongkat perlahan menaiki mimbar mengucapkan salam, kemudian duduk terdengar lantunan azan membuai hati ke zona nyaman.Saya datang ratusan kilometer dari kota Medan ini, duduk dengan takzim mendengar khotbah di negeri orang Melayu yang menorehkan sejarah hebat negeri ini.

Inilah Jumat yang bernas, hilanglah penat-penat sehari semalam diatas mobil, saya merasakan salat Jumat saya yang ternikmat, padahal lebih walau 1 jam lebih jam saya duduk hingga pukul 13.30 Wib.Hari Sabtu Subuh (11/2) mendadak saya terbangun, terdengar suara azan jam menunjukkan pukul 04.35 Wib. Tapi tak biasa, suara azan itu agak cepat, .nyaris secepat kumandang iqamah. "Azan tergesa gesa, mungkin muazzin tertidur sehingga terlambat azan" pikir saya.

Saya terlonjak dari kamar tidur, tanpa pikir panjang, saya bersuci dan ambil wuduk, bergegas ke masjid yang letak nya hanya sekitar 20 meter dari hotel saya.Saya bergegas naik masjid melangkahi tangga yang berjumlah 14 itu, tapi pintu masjid ternyata masih terkunci. Saya coba mandorongnya, seorang penjaga masjid datang menghampiri saya.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini