Memilih Nakhoda PSSI

Foto Harian Singgalang
×

Memilih Nakhoda PSSI

Bagikan opini

Oleh: Defiyan Cori Pemerhati Sepak bola dan Ekonom Konstitusi

Indonesia dalam waktu tidak lama lagi akan menjadi tuan rumah perhelatan olah raga sepak bola yang sangat digemari warga negara dunia. Hal ini terjadi, setelah Indonesia terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20/2021 berdasarkan rapat Dewan FIFA di Shanghai, China, pada tanggal 24 Oktober 2019. Seharusnya, ajang sepak bola tersebut diadakan pada tahun 2021, tetapi Federasi Sepak bola Internasional (Federation Internationale de Football Association/FIFA) pada 24 Desember 2020 memutuskan menunda pelaksanaan karena situasi pandemi COVID-19 yang saat itu mengalami lonjakan. Akhirnya, otoritas sepak bola dunia tersebut bersepakat memastikan penyelenggaraan Piala Dunia U-20/2021 menjadi Piala Dunia U-20/2023 akan berlangsung di Tanah Air pada tanggal 20 Mei -11 Juni 2023. Pertanyaannya, lalu apa dan bagaimana persiapan Indonesia sebagai tuan rumah kompetisi bergengsi sejagat ini? Sementara, Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai induknya sedang melakukan suksesi. Paling tidak, suksesi kepemimpinan PSSI dan keberhasilan menjadi tuan rumah ajang kompetisi sepak bola dunia harus menjadi pertimbangan dalam memilih sosok. *Rekam Jejak Keberhasilan* Sepak bola merupakan olah raga rakyat Indonesia, dan tidak ada satupun cabang olah raga lain yang menandingi jumlah kehadiran penonton serta kecintaan total penggemarnya. Wajar saja rakyat Indonesia, khususnya penonton dan "penggila" sepak bola tanah air memimpikan prestasi dunia bagi kesebelasan kesayangannya, INDONESIA. Begitu emosionalnya, kegagalan tim nasional (timnas) merah putih dalam ajang Piala Federasi Sepak Bola Asean (Asean Football Federation/AFF) tahun 2023 mengundang kekecewaan publik. Tidak salah juga kemudian harapan prestasi berikutnya disandarkan pada tim Garuda yang akan berlaga di kandang selaku tuan rumah diajang Piala Dunia U-20 tahun 2023. Atas perspektif inilah menyongsong Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI yang diagendakan pada tanggal 16 Februari 2023 penting kiranya publik menelisik arah kepemimpinan mendatang. Publik dan pecinta sepak bola tanah air tentu sangat mendukung munculnya kepemimpinan yang akan membawa perubahan prestasi lebih baik pasca tragedi stadion kanjuruhan, 1 Oktober 2022. Presiden FIFA Gianni Infantino setelah bertemu Presiden Joko Widodo bulan Oktober 2022 lalu telah memastikan persiapan (Piala Dunia U-20) sampai pelaksanaannya berjalan sesuai standar FIFA. Sekaligus, menegaskan bahwa setelah Piala Dunia senior, yang digelar bulan Nopember tahun 2022 lalu di Qatar, maka Piala Dunia U-20 Indonesia merupakan kompetisi sepak bola putera paling bergengsi berikutnya. Pertanyaannya, lalu apa dan bagaimana persiapan Indonesia sebagai tuan rumah kompetisi bergengsi sejagat ini? Sementara, Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai induknya sedang melakukan suksesi? Disinilah rekam jejak keberhasilan kandidat menjadi pedoman peserta KLB secara rasional. Setidaknya, telah ada 5 (lima) orang calon Ketua Umum (Ketum) yang mendaftarkan diri untuk memperebutkan kursi kepemimpinan PSSI sebagai putera-putera terbaik bangsa. Salah seorang diantara yang ikut mendaftar adalah Erick Tohir yang saat ini juga menjabat Menteri BUMN pada kabinet Indonesia Maju. Tidak ada orang atau publik di Indonesia, bahkan dunia yang tak mengenal kiprah Erick Thohir diberbagai cabang olah raga nasional dan internasional. Rekam jejaknya dalam dunia olah raga, khususnya sepakbola tidak perlu diragukan lagi, yang fenomenal yaitu pernah menjadi pemilik sekaligus presiden klub raksasa Italia, Inter Milan, pada tahun 2013 hingga 2016. Selain itu, Erick Tohir juga memiliki saham mayoritas di klub sepak bola Amerika Serikat, DC United, dan klub basket NBA, Philadelphia 76'ers. Sedangkan di tanah air Indonesia, Menteri BUMN ini juga merupakan pemilik klub basket Satria Muda dan Wakil Komisaris Utama selama delapan tahun, yaitu dari tahun 2011 hingga 2019. Tampaknya, kehadiran Erick Thohir sebagai calon Ketum PSSI seakan membuka secercah harapan bagi masa depan sepakbola Indonesia yang lebih cerah apabila melihat rekam jejaknya. Sosoknya juga dikagumi kalangan anak muda dan artis sampai-sampai ajang pendaftaran pun ditemani oleh para pesohor terkenal tanah air sebagai wujud dukungan mereka. Tidak hanya itu, sebagai Ketua Panitia Pelaksana Asian Games (INASGOC) Erick Thohir sukses menyelenggarakan pentas olah raga se-kawasan Asia di dua lokasi berbeda, yaitu Jakarta dan Palembang pada tanggal 18 Agustus - 2 September 2018 lalu. Padahal, persiapan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018 tersebut sebenarnya relatif singkat disebabkan penunjukkan tuan rumah terjadi setelah Vietnam mengundurkan diri pada Maret 2016. Namun, gelaran Asian Games 2018 justru berhasil melampaui perkiraan perencanaan INASGOC, yaitu total partisipasi peserta dan ofisial mencapai 17.244 orang ditambah kehadiran para jurnalis dalam negeri dan asing sebanyak 11 ribu orang. Dibandingkan jumlah atlet dan oficial pada Asian Games tahun 2010 di Guangzhou, Republik Rakyat Cina (RRC), yang diikuti 9.704 peserta dan Asian Games Icheon, Korea Selatan tahun 2014 dengan jumlah peserta hanya 9.501 orang. Maka, dengan jumlah cabang olah raga yang dipertandingkan terbanyak tetap dipegang oleh Asian Games 2010, yaitu 42 cabang olahraga, tetapi justru rekor partisipasi terbanyak diraih pada Asian Games 2018, Jakarta-Palembang. Berdasarkan rekam jejak kepemilikan klub sepak bola dan kesuksesan penyelenggaraan pesta olah raga Asian Games 2018 yang diamanahkan kepada Erick Tohir, maka sosoknya sangat mumpuni memimpin PSSI ke depan. Kepiawaian mengelola kompetisi olah raga internasional dalam waktu relatif singkat itu juga diharapkan publik kembali terjadi oleh tangan dingin Erick Tohir. Sebab, sebagai tuan rumah ajang sepak bola bergengsi Piala Dunia U-20/2023 itu, PSSI tinggal memiliki waktu 4 (empat) bulan efektif saja, lebih singkat dibanding waktu untuk mempersiapkan penyelenggaraan Asian Games 2018. Disamping itu, pengalaman selama menjabat Menteri BUMN tentu akan menambah amunisi Erick Tohir mempersiapkan penyelenggaraan pesta sepak bola dunia pertama kali bagi tuan rumah Indonesia tersebut. Kinerjanya dalam pengelolaan BUMN secara kasuistis juga tampak dalam upaya mengurangi beban utang PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) sejumlah RP 62,5 triliun. Hal ini diakui sendiri oleh Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo yang menyebutkan, bahwa pembayaran kompensasi dan subsidi kepada PLN oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dilakukan dengan cepat atas pendekatan (lobby) Menteri BUMN. Darmawan menyatakan juga, selama tiga tahun kepemimpinan (2019-2022) pembayaran kompensasi bukan hanya tepat waktu melainkan juga mencukupi bagi PLN dalam upaya melakukan pengelolaan utang (debt management) secara lebih baik. Dengan rekam jejak itu, rasanya, tidak cukup alasan bagi KLB PSSI untuk tidak menunjuk secara aklamasi Erick Tohir sebagai Ketua Umum menggantikan posisi Mochamad Iriawan. Ditangan Erick Tohir inilah, negeri nusantara melalui ajang Piala Dunia sepak bola U-20 yang sangat digemari rakyat dapat kembali *gemah ripah loh jinawi* tentunya dengan prestasi terbaik, minimal timnas mampu lolos ke babak semi final sebagaimana yang pernah dicapai oleh tim Korea Selatan. Secara ekonomi pun perhelatan sepak bola Piala Dunia U-20/2023 akan menggerakkan perekonomian nasional dan tidak akan gelap. Sektor akomodasi dan konsumsi pasti akan tumbuh sebagaimana dorongan yang terjadi pada perekonomian Qatar yang disampaikan oleh Kepala Program Power Vacuums di Newlines Institute, Washington, Caroline Rose dengan perkiraan keuntungan US$ 17 miliar (setara Rp 266,9 triliun pada kurs Rp 15.700/US$). Logistik, distribusi dan transportasi merupakan sektor lain yang akan sibuk serta berkontribusi saat kompetisi berlangsung. Sebuah perjuangan tidak ringan sebagai tuan rumah yang merindukan prestasi, keadilan kinerja, dan kemakmuran dari sebuah tata raharja sepak bola mencapai mulia abad serta gengsi dunia ini. Kepemimpinan Erick Tohir di PSSI inilah yang ditunggu masyarakat agar mampu mengangkat harkat, martabat dan prestasi sepak bola di tanah air. Tentu saja tantangan lainnya, adalah mampukah Indonesia memecahkan rekor total jumlah penonton sepak bola dunia senior tahun 2022 yang dicapai oleh tuan rumah Qatar, yaitu sejumlah 3,45 juta orang menyaksikan laga secara langsung pada babak penyisihan? Bahkan, menurut catatan FIFA, jumlah penonton hadir langsung ini lebih tinggi dari capaian Piala Dunia tahun 2018 di Rusia yang tercatat hanya sejumlah 2,17 juta orang. Oleh karena itu, kesiapan dan kesigapan tuan rumah dengan waktu yang terbatas akan menjadi perhatian dunia dalam melayani penonton. Tangan dingin Erick Tohir jika terpilih sebagai nakhoda PSSI dipandang pencinta sepak bola tidak saja akan mampu menyelesaikan permasalahan ditubuh organisasi, melainkan lahirnya gebrakan mendulang prestasi dunia. Harapan tertinggi sebagai tuan rumah, timnas mampu meraih gelar Juara Dunia sepak bola U-20. Dan, semoga bukan sebuah harapan yang berlebihan!
Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini