Selasa (20/12) pukul 14.35, di stasiun tua Sawahlunto. Langit biru, sinar matahari terasa memanggang, ketika itulah Masinis Heri menarik tuas peluit di ruang kemudi lokomotif zaman lampau itu.Bunyinya mengejutkan Sawahlunto. Sekali lagi, melengking tinggi, seiring dengan asap hitam yang membubung. Lalu asap itu berpendar dimainkan angin.
Bau batubara terbakar segera tercium, debunya berjatuhan dan melayang dibawa angin."Jadi itulah sebabnya kenapa dinamai Mak Itam, bukan hanya karena gerbongnya berwarn hitam, tapi zaman lampau jika naik kereta, apapun warna baju, akan hitam kena asap," kata seorang warga di sana.
Pada Selasa itu, Sawahlunto sedang ramai. Mobil-mobil rancak terlihat berjejer panjang. Kali ini bukan soal mobil, namun tentang kereta api yang sedang berdiri gagah di stasiun yang dibangun pada 1900, atau 122 tahun kemudian. Stasiun itu, meletakkan beban sejarahnya dan segera memikul beban baru.Mak Itam
Menteri BUMN Erick Thohir bersama anggota DPRRI Andre Rosiade, Wagub Audy Joinaldi dan Walikota Sawahlunto Deri Asta, Kapolda Sumbar Irjen Pol Suharjono dan tokoh masyarakat Andrinof Chaniago, serta massa yang menyemut, meresmikan pemakaian Mak Itam. Ini ditandai dengan pemecahan kendi.Loko dengan nomor E 1060 itu, berwarna hitam legam, dengan sedikit sentuhan warna merah. Menurut Masinis Heri, kecepatannya 20 knot. Ke Muaro Kalaban akan ditempuh sekitar 15 sampai 20 menit.
Jalur sepanjang 4 Km Ini sudah lama mati. Menurut Dirut PT KAI Didiek Hartantyo diaktifkan kembali dengan biaya Rp18 miliar yang diinisasi oleh Erick Thohir. BUMN yang terlibat Semen Indonesia Grup, PT Bio Farma, Pupuk Indonesia dan PT KAI yang tentu saja paling berkepentingan.Lokomotif uap buatan Jerman 1965 itu, dinamakan Mak Itam oleh rakyat Sawahlunto. Mak Itam itulah yang bergerak membangun sejarah baru dengan tetap tampil sebagaimana sediakala, di jalur rel yang sama.
Budi co-masinis, yang seperti juga Heri, berpakaian dinas resmi, telah berdiri di ruang kemudi. Keduanya terlihat gagah. Di belakangnya ada tong batubara yang kapan diperlukan segera dipakai. Seorang petugas lain menyertai kedua orang ini.Kereta melaju meninggalkan stasiun, peliutnya kembali memisau di udara, seolah berusaha membangunkan Sawahlunto untuk kembali mengenang masa lampau. Jarak 4 Km ke Muaro Kalaban, memiliki terowongan sepanjang 828 meter. Inilah terowongan kereta terpanjang di Sumbar.Stasiun SawahluntoStasiun kereta api Sawahlunto adalah saksi bergeraknya peradaban Minangkabau ke masa kini. Kecil saja. Sekarang jadi museum. Di sisi kirinya ada depo. Di museum itu ada foto dirinya dipajang dalam bingkai.
Sebuah foto hitam putih. Dalam foto itu, setidaknya ada 23 pejabat Belanda, berdiri di stasiun itu, mungkin menunggu kereta datang. Mereka ditemani setidaknya pula 11 orang pribumi. Di hadapan mereka rel silang-siur. Tak tahu kapan foto ini diambil. Foto besar itu, adalah warisan kisah masa lampau yang berharga.Sawahlunto dibangun bergaya Eropa. Di sini pada 1816 ahli geologi Belanda W.H. de Greve menemukan endapan batubara di tepi sungai Ombilin, dengan deposit hampir membuat dia pingsan, 200 juta ton lebih. Kini, 154 tahun kemudian deposit itu masih banyak dan menggiurkan.
Tak lama kemudian kawasan lembah kuali itu, mulau ramai. Pekerja didatangkan entah darimana. Kelak terkenal sebutan "orang rantai". Belanda merantai kakinya tapi disuruh bekerja keras menggali batubara.Setelah Sawahlunto lalu dibangun pelabuhan yang dinamai Emma Haven, ikon baru di Padang. Inilah yang sekarang bernama Teluk Bayur.
Jalur kereta api Padang Panjang- Sawahlunto dibangun Staatsspoorwegen ter Sumatra’s Westkust pada 1887 – 1896. Lubuk Alung-Padang Panjang tuntas 1 Juli 1891. Dari Padang Panjang bersimpang jalan ke Fort de Kock 1 November 1891. Pada 1 Juli 1892, segmen Padang Panjang–Solok telah selesai dibangun. Segmen Solok–Muaro Kalaban 1 Oktober 1892. Pada 1 Januari 1894, perpanjangan Muaro Kalaban menuju Sawahlunto. Hampir semua pembangunan rel kereta itu dikerjakan insinyur dari Inggris. Maka lancar jayalah transportasi di Minangkabau.Tak lama benar kemudian dibangun pabrik semen, 1910. Tambang, jalur kereta, pelabuhan dan pabrik semen adalah empat kaki kokoh yang membangun era industrialisasi di Minangkabau. Khusus semen membangun peradaban beton.