Secangkir Kopi di Little Netherland, Semarang

Foto Harian Singgalang
×

Secangkir Kopi di Little Netherland, Semarang

Bagikan opini

Oleh Khairul JasmiMalam telah tiba di Semarang dan saya segera ke kota tua. Tujuannya  Spiegel, sebuah kafe yang berada di gedung tua di kota tua. Ini Rabu (23/11), cahaya lampu berpendar dimana-mana. 

Kafe ini, langit-langitnya tinggi sekali, dindingnya tebal, dari beton zaman lampau. Pintunya berdaun dua dan jangkung. Di dalam tertata meja kayu yang kuat dengan lampu-lampu yang membuat suasana tentram. Di luar lalulintas ramai, pejalan kaki juga ramai. Dari jendela-jendela kaca atau jendela tak berdaun pintu terlihat warga kota, atau pelancong duduk sambil ngobrol, melupakan segala hal. Mereka hadir di sini di kafe yang tenang. 

Di kafe saya duduk ini, lantainya dari ubin tua atau marmer, saya susah membedakannya. Kursi ditata dua-dua dengan meja bulat putih. Ada meja lain dengan kursi lebih banyak. Temaram. Saya memesan kopi dan secangkir es krim. Serong ke kiri, ada sekelompok anak muda sedang ngobrol dan selfie. Dunia mereka sedang mengecil di meja hadapan. 

Tak lama kemudian musik dimainkan. Musik hidup. Saya tak tahu lagu anak muda itu, tapi bagus. Pegawai kafe berbaju seragam. Beberapa orang memakai celemek. Saya ke toilet dan tak seperti toilet. Bersih, tak bau dan terang-benderang. Kembali ke meja bulat kecil, tak ada AC sepertinya, namun adem. Saya saksikan orang-orang makan malam atau sekadar menikmati hidangan kecil yang mereka pesan.

Kafe tuaToko NV Winkel Maatschappij "H Spiegel"  di Semarang mulai ramai setahun setelah dibangun. Pemiliknya menjual pakaian bermerek dan dekorasi rumah tangga untuk keluarga ternama di kota itu. 

Toko ini selesai dibangun 1895. Tak lama kemudian, tiga pemiliknya keturunan Austria-Hungaria Yahudi, membuat bangunan serupa di Padang, Aceh dan Surabaya. Yang di Padang mungkin eks Hotel Ambacang. Bangunan serupa juga ada di Amsterdam yang sekarang  menjadi Hotel Victoria. Bangunan yang terpengaruh gaya Spanish kolonial ini, menghadap ke selatan. Bangunan dua lantai ini. Bangunan ini tahan karena dikerta dengan susunan batu khas tropis. Di sepanjang gedung ada banyak jendela yang juga jangkung dan melengkung. 

Dinamakan Spiegel karena selain pemilik, ia juga arsiteknya. Lalu gedung itu setelah kemerdekaan jadi gudang, kemudian terlantar. Pintunya digembok dan dirantai. Sebagaimana jamaknya gedung di Amsterdam, tak ada lahan parkir. Gedung ini pun demikian. Dan di gedung inilah saya hadir meneguk secangkir kopi pada 2022 atau 127 tahun kemudian saya hadir. Suasananya sudah sangat berbeda. 

Little  NetherlandBanyak rujukan di google menyebut, kota tua Semarang disebut juga Little Netherland, Belanda kecil. Maksudnya kota tua itu mirip kota di Belanda. Dan memang demikianlah kenyataannya. 

Di kota tua ini, bangunan peninggalan Belanda disulap menjadi kafe dan dikunjungi warga kota setiap malam. Juga ada tempat dugem yang kala saya datang bagian itu masih sepi dan akan ramai bila malam kian memanjat dinding sepi. Di bagian kota tua lainnya, terdapat trotoar yang lega dengan tiang-tiang besi di tepi jalan yang dipasang dalam jarak yang sama. Pengunjung leluasa berlalu-lalang di sana, tanpa mesti bersenggolan satu sama sama lainnya. 

Selain bangunan hebat seperti kantor bank, asuransi, kereta api, sekolah, gereja, Masjid, kantor pemerintahan kolonial, kantor pelabuhan dan telepon maka di kota tua ini terdapat banyak sekali bangunan dari abad 19-20. Jumlah bangunan besar itu lebih 20 unit dan bangunan kecil seperti rumah dan toko lebih 100 unit. Ketika saya datang malam ini, terlihat banyak yang sudah dipermak tanpa merusak struktur  bentuk asli. Namun, masih ada yang belum disentuh, tapi terlihat masih kuat. 

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini