Bantu Aku Bang, Kirim Nomor Rekeningmu

Foto Harian Singgalang
×

Bantu Aku Bang, Kirim Nomor Rekeningmu

Bagikan opini

Semenjak tahun 2009 saya mendapat ujian hidup yang sangat luar biasa. Kalau secara medik dokter syaraf terkemuka diPadang bilang ada penyumbatan diotak kanan setelah melihat hasil scan dan MRI. Dan harus dioperasi tapi saya tidak melakukannya. Karena menurut dokter tersebut walaupun dioperasi hasilnya masih fifty fifty. Tapi lucunya sebelum saya mengalami penyakit ini sudah ada 2 orang besar yang sudah memprediksi saya bakalan mendapat ujian seperti ini. Dan saya tak perlu menyebut orang yang luar biasa tersebut disini.Semenjak 2009 saya mengalami perjalanan hidup yang aneh. Dunia saya terbalik. Apa yang saya suka sebelumnya menjadi tidak suka. Seperti berbisnis..walaupun sudah mempunyai kantor cabang di Inggris dan Amerika tapi pada saat itu saya tidak ada keinginan berbisnis lagi. Bahkan sudah tidak mempedulikannya. Kantor saya disalah satu hotel ternama dikota Padang saya biarkan kosong begitu saja.

Mendengar musik adalah pantangan buat saya pada saat itu padahal semenjak Sma saya sudah hidup dari musik dan nyanyi. Saya jadi penyanyi di pub dan hotel semenjak Sma.Semenjak saat itu saya bisa tiba - tiba "hang" atau hilang ingatan. Dan menimpa saya 10 sampai 15 kali setiap hari. Makanya semenjak itu istri saya tidak membolehkan lagi menyetir mobil karena pernah beberapa kali saya tiba - tiba pingsan sedang mengendarai mobil. Dan itu berlangsung cukup bahkan sampai saat menulis buku ini walaupun lebih ringan dan tidak berpengaruh besar lagi. Yang parah itu sekitar 5 tahunan walaupun saya merasa tidak sampai sebulan.

Sekitar 3 tahun lebih saya betul - betul sibuk dengan dunia saya sendiri. Sudah tidak mempedulikan lagi bisnis bahkan keluarga. Saya hanya sibuk dengan dunia sendiri dan tidak lagi bergaul dan nongkrong seperti kebiasaan saya sebelumnya. Jangankan media social, hppun kadang saya tidak mau menggunakannya. Untunglah saya punya istri dan keluarga yang luar biasa yang mau berkorban untuk saya. Akhirnya sang istri mulai mengambil alih perusahan dan berusaha menjalannnya semampunya karena masih ada juga permintaan bisnis yang harus dikerjakan. Dia melakukannya dengan team - team saya yang masih tetap setia.Sekitar tahun 2012 saya mulai merasa sadar setelah melihat perjuangan yang dilakukan oleh istri saya dalam menghidupi keluarga. Dia bahkan rela menjual seluruh aset yang kami punya demi bertahan hidup. Dan lucunya saya merasakan kejadian yang menimpa saya tidak sampai sebulan ternyata sudah bertahun!

Ketika mulai agak sadar saya mulai akrab kembali dengan hp dan media sosial seperti facebook dan lainnya. Tapi dampak yang cukup hebat dari penyakit yang saya alami saya banyak lupa masa lalu!Akhirnya setelah membaca dan bergaul lagi khususnya dimedia sosial saya mulai banyak mengaggumi tokoh - tokoh muda didunia kepariwisataan Indonesia yang bermain di niche tourism market atau wisata minat khusus dan lebih khusus lagi di pariwisata hijau atau Green Tourism. Dan yang lebih luar biasa lagi mereka dengan aksinya bisa menyelamatkan lingkungan didaerahnya!

Sabarata Bangun..dari Porter menjadi Tour LeaderDan ketika mulai aktif dimedia sosial dan mulai meng update status tiba - tiba Sabarata menelpon saya dengan semangatnya " Bang apa kabar bang? Sudah sehat bang? ". " Alhamdulillah Bar sudah sehat." jawab saya senang. Tapi saat mendengar bahwa saya sudah sehat tiba - tiba dia berkata " Gini bang...aku perlu uang...tak banyaknya bang..cuma 20 juta !" dengan logat Bataknya. Saya kaget juga ketika mendapat permintaan tersebut karena dari status yang saya ikuti tentang dia sudah sangat sukses dibanding pertemuan awal dengan saya. Tapi Alhamdulillah semenjak saya sakit saya menjadi lebih tenang dan tidak cepat emosi. Saya komfirmasikan kepada dia untuk apa uang cuma sebanyak karena yang saya lihat sepertinya sudah sukses dibanding awal pertemuan dengan saya pertama kali. Saya lihat program - program wisata yang digarapnya khususnya untuk Leuser National Park dan beberapa destinasi di Sumatera Utara sudah mendatangkan banyak tamu khususnya overseas market. Dan bahkan dia sudah dipercaya top - top operator dari Amerika dan Eropah. Dan dia menjelaskan " begini bang...kita kan sudah punya punya green camp disini dan beberapa penginapan tapi belum layak jual bang.

Pas mendengar "Kita" saya langsung komfirmasikan lagi ke dia. "Kita maksud kau apa Bar?". Mendengar itu Sabar dengan sedikit emosi langsung menjelaskan. " bang..abang punya akomodasi ditanah yang abang beli dulu disini tapi belum layak jual karena MCKnya belum ada !". Lalu dia menjelaskan bahwa saya dulu pernah membeli tanah dilokasi yang sangat bagus dipinggiran sungai dikawasan Bukit Lawang atas permintaan Sabar karena dia ingin memiliki green resort sendiri bersama. Dan dia mengatakan bahwa saya sudah membeli tanah seluas sekitar 10.000 meter dan dia mengatakan bahwa itu milik saya sepenuhnya walaupun atas nama dia karena kami membeli ala kampung dan semua surat pembeliaannya masih dipegang sama dia. Saya karena tidak ingat sama sekali dan tak merasa memiliki sama sekali saya serahkan saja semuanya ke dia untuk menjadi miliknya sendiri. Dan dia sangat marah dan mengatakan bahwa tenpat tersebut sepenuhnya punya saya dan dia tidak berhak untuk memilikinya walaupun surat - suratnya ada pada dia. Dan bahkan dia menyarankan untuk menjualnya saja karena sudah ada yang menawar 500 juta dan dia sangat tahu tentang kondisi keuangan saya karena dia selalu berkomunikasi dengan istri saya. Bahkan ternyata dia sering menelpon dan memantau saya cuma saya saja yang tidak ingatMendengar hal itu dan kejujurannya yang luar biasa akhirnya saya buat suatu kesepakatan dengan dia. Pokoknya apapun aset disana dia memiliki 60% dan saya 40% dan saya ingatkan kepada dia untuk tidak menolaknya. Walaupun sampai sekarang saya masih menganggap itu bukan punya saya!

Perkenalan Pertama dengan Sabar yang membuat saya respek.Pertama kali saya ke Bukit Lawang sekitar awal 2000an karena ada permintaan trip dari kantor cabang saya di Inggris. Dan saya datang 3 hari lebih awal untuk sekaligus survey dan menyiapkan segala sesuatunya untuk trip ekspedisi Orangutan sekitar 5 hari di Bukit Lawang dan kawasan hutan Leuser National Park. Dan waktu itu kita sudah mempunyai team yang lengkap mulai dari tour guide, pemandu lokal, porter serta cheft karena sekitar 3 hari kita akan camping dihutan.

Waktu saya ngopi santai sendiri setelah survey seharian direstoran Ecolodge seorang pemuda lokal menghampiri saya sambil memperkenalkan dirinya Sabarata Bangun. Dan saya langsung mengajak dia untuk menemani saya minum kopi. Setelah akrab dia menjelaskan bahwa dia seorang pemandu lokal dan tertarik untuk ikut serta dengan trip saya walaupun bahasa Inggrisnya baru sekedar bahasa greeting. Tapi waktu itu saya menolaknya dan mengatakan bahwa team saya sudah lengkap. Tapi dia terus memohon sambil mengatakan dia dipakai sebagai porterpun tidak apa dan bahkan rela tidak dibayar karena dia ingin belajar. Mendengar ingin belajar dan kegigihannya saya justru sangat suka dengan dia dan mempersilahkan dia ikut dengan trip saya. Saya menjelaskan trip itu berikut hak dan kewajibannya secara detail dan dia begitu senang sekali walaupun dilibatkan sebagai porter.Dan ketika trip berjalan Sabar betul - betul melaksanakan segala tugasnya dengan sangat baik. Walaupun bahasa Inggrisnya masih sangat minim tapi ketika tamu meminta tolong atau menyuruh dia dia seperti tahu apa yang diinginkan tamu. Dan tamu sangat terhibur sekali dengan dia karena gaya dan aksinya ditengah hutan membawa suasana riang. Ada saja candaanya yang menbuat suasana satu sama lain menjadi akrab. Dan dia betul - betul sangat membantu sekali. Dia juga membantu memasak dan keperluan lainnya. Saya betul - betul suka melihat dia karena dia betul - betul bekerja dengan hati!

Bahkan ketika trip berakhir dia mendapat tip yang sangat besar dari tamu. Dan sayapun disamping honor memberikan tambahan bonus juga karena trip pertama kami disana sangat sukses dan tamu sangat senang sekali dengan trip ini.Dan sayapun mengundang dia khusus untuk menemani saya makan malam karena ingin tahu lebih banyak tentang dia.

Dan sayapun memulai pembicaraan serius setelah makan. Dan sayapun langsung menawarkan kepada dia untuk bekerjasama lebih baik lagi dengan dia karena saya melihat banyak keahlian yang masih tersimpan didirinya. Dan diapun sangat senang menerima apalagi saya tidak peduli ketika dia mengatakan bahwa ijazah sd pun dia tidak punya. Saya betul - betul tidak peduli dengan ijazahnya karena saya melihat potensi lain dari dirinya. Terutama kejujuran dan keterus - terangannya!Tantangan Pertama ; Bahasa Inggris!

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini